Global-News.co.id
Kesehatan Malang Raya Utama

HKN ke-59, Gubernur Khofifah Ajak Kelompok Mager Jadi Seger

Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa didampingi Kepala Dinas Kesehatan Jatim Dr dr Erwin Astha Triyono SpPD (dua dari kiri) dan Direktur RSUD dr Soetomo, Prof Dr dr Joni Wahyuhadi SpBS (kiri) menyaksikan pelaksanaan vaksinasi hepatitis B yang dicanangkan pada puncak peringatan HKN ke-59 di Kota Batu, Kamis (16/11/2023).

BATU (global-news.co.id) – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengajak masyarakat untuk membiasakan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) mulai dari diri sendiri dan dari lingkungan terkecil, baik lewat gaya hidup (lifestyle), PHBS, dan gerakan masyarakat hidup sehat (Germas). Ini untuk mendukung langkah promotif dan preventif bidang kesehatan yang sedang digencarkan di seluruh dunia.

Ajakan itu disampaikan saat menghadiri puncak Peringatan Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke-59 di Kota Batu, Kamis (16/11/2023). “Jadi langkah promotif dan preventif harus dikuatkan. Kalau tahun 90-an lebih banyak kuratif dan rehabilitatif, tapi mulai tahun 2000-an preventif dan promotif digencarkan di seluruh dunia. Jadi kelompok yang malas gerak (mager) harus berubah jadi senang gerak (seger),” kata Khofifah.

“Pemprov Jatim punya senam seger. Dan sekarang berbagai gerakan senam bisa diakses dari YouTube. Jadi kita bisa olahraga di mana saja. Jangan jadikan kemajuan digital ini membuat kita mager. Tidak ada alasan untuk tidak olahraga,” tegasnya.

Pada momen HKN itu, Gubernur menekankan pentingnya 6 pilar transformasi kesehatan untuk mewujudkan sistem kesehatan yang lebih kuat dan berkualitas. Enam pilar transformasi kesehatan tersebut yakni Layanan Primer, Layanan Rujukan, Sistem Ketahanan Kesehatan, Pembiayaan Kesehatan, SDM Kesehatan, serta Teknologi Kesehatan.
“Enam pilar transformasi kesehatan ini menjadi bagian yang secara programatik ada di dalam setiap institusi pemerintah daerah dan institusi pelayanan kesehatan. Sebagai penopang sistem kesehatan, ini harus kita bangun bersama dengan serius dan terus menerus,” katanya.

Enam pilar ini diharapkan dapat mengatasi permasalahan kesehatan dengan lebih cepat. Ini juga selaras dengan tema HKN ke-59 yakni ‘Transformasi Kesehatan untuk Indonesia Maju’.
Secara khusus, Khofifah mengatakan, pilar ketiga transformasi kesehatan yakni transformasi sistem ketahanan kesehatan. Pilar ini memegang peran untuk mempertahankan sistem kesehatan yang baik di tengah ancaman kesehatan global.
Implementasi dari transformasi sistem ketahanan kesehatan ini antara lain mencakup produksi hingga distribusi sediaan farmasi dan alat kesehatan (alkes). Sehingga dapat diproduksi di dalam negeri atau memiliki prosentasenya Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) yang memenuhi syarat.

“Bagaimana kita menyiapkan Alkes dengan TKDN yang lebih besar persentasenya. Namun yang tidak kalah penting, ketika misalnya ada alkes yang sudah mencapai 40% TKDN-nya, yang menggunakan alkes harus cukup percaya diri menggunakan alkes itu. Begitu pula untuk industri farmasi,” katanya.

Hal ini, terang Khofifah, juga menjadi penguat untuk pilar kelima transformasi di bidang kesehatan yaitu SDM kesehatan. Di mana, SDM kesehatan ini tidak hanya nakes tapi juga para ahli yang expert dalam memproduksi alkes maupun sediaan farmasinya. Termasuk kolaborasi dengan perguruan tinggi yang punya basic teknologi dan jaringan cukup kuat dalam dan luar negeri.

Pada kesempatan itu, Khofifah juga memberikan penghargaan kepada para insan kesehatan berprestasi dan stakeholder yang berperan serta dalam mendukung pembangunan kesehatan di Jawa Timur sekaligus mencanangkan Vaksinasi Hepatitis B bagi para tenaga kesehatan.
“Pada peringatan HKN ini, sudah sepatutnya kita ucapkan terima kasih dan berikan apresiasi kepada seluruh insan kesehatan yang selama ini telah berjuang dalam pembangunan kesehatan di Jawa Timur, khususnya bagi para insan kesehatan yang berprestasi, para bupati/ walikota, serta stakeholder terkait yang berkomitmen dalam mendukung pembangunan kesehatan di Jawa Timur,” ungkapnya.

Dikatakan, sebagai garda terdepan dalam melayani masyarakat Jawa Timur, tenaga kesehatan juga harus mendapatkan perlindungan kesehatan ekstra, salah satunya perlindungan dari infeksi hepatitis B. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, prevalensi Hepatitis B pada tenaga medis (named) dan tenaga kesehatan (nakes) di Indonesia saat ini sebesar 4,7%. Sedangkan proporsi nakes yang memiliki antibodi anti-HBs+ hanya sebesar 36,7%. “Dari data tersebut diketahui ,tenaga medis dan tenaga kesehatan merupakan populasi berisiko tinggi tertular dan menularkan hepatitis B, sehingga penting memberikan perlindungan kepada mereka dari penularan hepatitis B sebagai upaya percepatan pencapaian tujuan eliminasi hepatitis B pada tahun 2030 dengan pemberian imunisasi hepatitis B pada nakes, khususnya nakes yang melakukan intervensi/tindakan medis,” jelas Khofifah.

Dengan bekal vaksin hepatitis B ini, diharapkan mereka lebih percaya diri dalam memberikan layanan pada masyarakat.
Gubernur juga menyontohkan kasus hipertensi yang berdasarkan Riskesdas 2018, prevalensi hipertensi di Jawa Timur sebesar 36,3%. “Untuk menekan prevalensi hipertensi tersebut, kita harus menggalakkan upaya pencegahan melalui intensifikasi KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi), serta meningkatkan skrining faktor risiko hipertensi kepada masyarakat luas. Hal itu sebagai salah bentuk transformasi layanan primer,” jelas Khofifah.

Untuk mengoptimalkan transformasi layanan rujukan, Jatim telah membangun jejaring pengampuan layanan penyakit prioritas yang secara komprehensif mendukung dan melengkapi upaya sebelumnya yang telah dilakukan. Program ini bertujuan untuk bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan kompetensi layanan rujukan di Jawa Timur terhadap 10 penyakit prioritas, seperti kanker, jantung, stroke, uronefrologi (KJSU), KIA, TB dan penyakit respirasi, penyakit infeksi emerging (PIE), DM, gastrohepatologi, dan kesehatan jiwa, sehingga masyarakat dapat semakin mudah mengakses layanan penyakit prioritas dengan mutu layanan yang berkualitas.

Gubernur juga mengingatkan, Indonesia masih menghadapi masalah kesehatan, salah satunya yaitu masalah gizi. “Masalah gizi yang sedang kita hadapi yaitu kekurangan gizi, kelebihan berat badan, dan kekurangan zat gizi mikro,” ungkapnya.
Diingatkan pula masalah stunting, angka kematian ibu (AKI), dan angka kematian bayi (AKB) yang merupakan prioritas pembangunan kesehatan sebagaimana tercantum dalam peraturan presiden nomor 18 tahun 2020 tentang rencana pembangunan jangka menengah nasional tahun 2020-2024. AKI di Jatim pada 2022 adalah 93/100.000 Kelahiran hidup (sumber data Pusdatin Kemenkes). Angka tersebut mengalami penurunan dibanding tahun 2021 yaitu 233,09/100.000 kelahiran hidup, serta telah berada di bawah target nasional tahun 2024 yaitu 183/100.000 kelahiran hidup.

Menurut Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) oleh badan litbang kesehatan Kemenkes tahun 2022, prevalensi stunting di Jatim sebesar 19,2 % dan masih perlu kerja keras untuk menurunkan prevalensi stunting sebesar 14% di tahun 2024.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Dr dr Erwin Astha Triyono SpPD KPTI, menambahkan, implementasi dari tema HKN ini adalah dengan menghubungkan program-program unggulan yang sudah digaungkan pemerintah dengan situasi di lapangan. Supaya program itu membumi dan masyarakat punya kontribusi untuk menjada kesehatan. “Sehingga momen HKN tidak hanya secara seremonial, tapi juga menggaungkan bahwa sehat itu penting, sehat itu murah, dan kalau sudah sakit itu mahal. Meski yang sakit sekarang tetap kita bantu dengan sistem kesehatan yang ada, JKN,” ujarnya.

Lebih lanjut Erwin juga menyebut, yang juga disosialisasikan ke masyarakat adalah menggeser isu dari kuratif menjadi preventif promotif. “Isu itu membuat masyarakat harus sehat, dipaksa sehat atau mereka paham bahwa sehat itu penting. Apalagi kita menghadapi target Indonesia Emas 2045. Sulit tercapai kalau tidak dimulai sekarang,” pungkasnya.

Penghargaan yang diberikan Gubernur Khofifah pada HKN kali ini antara lain pembina industri rumah tangga pangan terbaik Tahun 2023 yang diraih Kota Batu dan Kabupaten Madiun. Penghargaan Kab/Kota ODF diraih Kabupaten Malang, Penghargaan Kab/Kota atas komitmen pengembangan pelayanan kesehatan remaja yang diraih Kota Batu.

Kemudian penghargaan bagi penggerak aktif implementasi Germas Tempat Wisata Tahun 2023 yang diraih Kota Batu, penghargaan bagi posyandu berprestasi tingkat Provinsi Jatim yang diraih Posyandu Adenium (Ds.Balongmojo, Kab. Mojokerto), serta penghargaan bagi para tenaga kesehatan teladan tingkat Provinsi Jatim Tahun 2023.

Usai acara, Gubernur menyempatkan meninjau beberapa stan pameran kesehatan yang menampilkan enam pilar transformasi kesehatan. Terdapat 20 stand pameran antara lain dari Dinkes Provinsi Jatim dan kab/kota, Puskesmas dan rumah sakit dari beberapa kab/kota, serta Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang. (ret)

baca juga :

Berawal dari Hobi, Gitar Yudha Bernilai Rupiah

Redaksi Global News

Purwoasri Diterjang Puting Beliung

Titis Global News

Liga 1: Diperkenalkan, Pelatih Baru Persebaya Sekaligus Dirtek

Redaksi Global News