Global-News.co.id
Kesehatan Nasional Utama

Khofifah Ajak Satukan Langkah Turunkan AKI, AKB, Stunting, TBC, dan Katastropik

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menandatangani naskah MoU dengan RS Pusat Otak Nasional dalam Rakorkesda, Rabu (26/7/2023).

SURABAYA (global-news.co.id) – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengajak seluruh stake holder kesehatan mulai dari pemerintah pusat, provinsi dan kab/kota untuk menyatukan langkah dan harmonisasi dalam mewujudkan sistem dan layanan kesehatan yang tangguh serta peningkatan derajat kesehatan masyarakat.

Pesan tersebut disampaikan saat membuka Rapat Koordinasi Kesehatan Daerah (Rakorkesda) bertema, ‘Harmonisasi Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam mendukung Transformasi Kesehatan di Jawa Timur’ di Hotel Novotel Samator, Rabu (26/7/2023).

Pada kesempatan itu, Gubernur Khofifah menjelaskan lima poin bidang kesehatan yang perlu diperkuat dalam Program Prioritas Kesehatan Tahun 2023. Di antaranya penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), stunting, pencegahan dan tindakan penyakit tuberkulosis paru (TBC), serta penyakit katarostropik.

Penurunan AKI, AKB dan stunting juga merupakan prioritas pembangunan kesehatan sebagaimana tercantum dalam Peraturan Presiden nomor 18 tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional tahun 2020 -2024.

Berdasarkan data Pusdatin Kemenkes, AKI di Jawa Timur tahun 2022 sebanyak 499 kasus. Jumlah tersebut menurun per Januari-Juni 2023 sebanyak 203 kasus. AKI di Jatim jauh lebih rendah daripada nasional. Tahun 2022 AKI di Jatim 93/100000 kelahiran hidup. Sedangkan target nasional target tahun 2024 adalah 183/100000 kelahiran hidup. Meski sudah menurun, Gubernur Khofifah meminta seluruh pemangku kepentingan tidak cepat berpuas diri. “Pencapaian ini tidak berhenti sampai disitu, tetapi semua harus tetap bekerja keras,” katanya.

Sedangkan jumlah kematian AKB di Jawa Timur pada tahun 2022 sebanyak 3.172 bayi dan data per 1 Juli 2023 sebanyak 1.502 bayi. “Sementara berdasarkan data laporan kabupaten/kota di Jawa Timur sampai dengan 30 Juni 2023 terdapat 216 kematian ibu dan 1.618 kematian bayi,” katanya.

Untuk memacu capaian yang baik tersebut, Gubernur Khofifah mengaku Pemprov Jatim berupaya meningkatkan kunjungan pemeriksaan ibu hamil 6 kali selama masa kehamilan, pendampingan ibu hamil risiko tinggi, edukasi program kesehatan ibu dan anak secara rutin.

Upaya pencegahan AKI dan AKB juga diikuti dengan sosialisasi masif mengenai stunting. Mengingat ketiga komponen tersebut merupakan satu kesatuan prioritas penanganan yang tidak terpisahkan.

Gubernur Khofifah mengatakan, angka prevalensi stunting pada balita di Jatim menurut survei status gizi indonesia (SSGI) oleh Badan Litbang Kesehatan Kemenkes RI di tahun 2022 sebesar 19,2 % dan tahun 2024 stunting bisa turun hingga 14 %.

Upaya yang dilakukan untuk percepatan penurunan, lanjutnya, adalah dengan meningkatkan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita yang dilakukan rutin setiap bulannya dengan melibatkan seluruh elemen pentahelix dan melakukan intervensi strategis antara lain berupa peningkatan akses pelayanan kesehatan yang berkualitas. “Kami juga berupaya meningkatkan partisipasi masyarakat untuk hadir ke posyandu yang menjadi salah satu intervensi untuk mendeteksi masalah balita stunting,” katanya.

Selain pencegahan AKI, AKB dan stunting, Pemprov Jatim menaruh perhatian serius terhadap penyakit tuberkulosis paru (TBC). Jatim menduduki posisi kedua di tingkat nasional dalam penemuan kasus TBC untuk menuju eliminasi TBC tahun 2030.

Upaya menanggulangi penyakit menular tersebut, Gubernur Khofifah menerbitkan Peraturan Gubernur Jawa Timur nomor 50 tahun 2022 tentang penanggulangan penyakit tuberkulosis dan melalui surat keputusan gubernur Jawa Timur nomor 188/9/KPTS/013/2023, telah terbentuk tim percepatan penanggulangan tuberkulosis provinsi Jawa Timur.

Menurutnya, strategi Temukan Obati Sampai Sembuh (TOSS) merupakan langkah yang tepat dalam memutus rantai penularan TBC di masyarakat dengan melibatkan seluruh sektor kegiatan investigasi kontak TBC dan skrining mandiri gejala TBC melalui aplikasi e-tibi yang massif dilakukan di masyarakat.

“Upaya tersebut diharapkan mampu menemukan kasus TBC sedini mungkin dan pasien TBC segera mendapatkan pengobatan yang bermutu di seluruh fasilitas layanan kesehatan di provinsi Jawa Timur,” katanya.

Lebih lanjut, upaya transformasi kesehatan layanan rujukan sebagai pilar transformasi kedua adalah menata sistem rujukan penyakit katarostropik. Dalam hal ini, Kementerian Kesehatan mempunyai program penguatan layanan penyakit katarostropik yang menyebabkan kematian terbesar dan menyebabkan peningkatan beban biaya.

Di setiap provinsi, Kemenkes memproyeksikan rumah sakit pengampu Paripurna dan Rumah Sakit pengampu Utama pada setiap penyakit. Rumah Sakit tersebut diampu oleh RS vertikal yang ditunjuk sebagai pengampu nasional (Kordinator). Terkait ini, dalam rakorkes juga dilakukan penandatanganan MoU antara 8 rumah sakit pengampu nasional dengan Pemprov Jatim. Ke-8 rumah sakit itu Rumah Sakit Umum Pusat Cipto Mangunkusumo sebagai pengampu layanan diabetes melitus (DM), ginjal, hepar, dan kesehatan ibu dan anak (KIA), Rumah Sakit Pusat Otak Nasional sebagai pengampu layanan stroke, Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita sebagai pengampu layanan stroke, Rumah Sakit Kanker Dharmais, RS Persahabatan, Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, serta Rumah Sakit Jiwa Marzoeki Mahdi dan Rumah Sakit Jiwa Radjiman Wediodiningrat sebagai pengampu layanan kesehatan jiwa. Sedang rumah sakit provinsi atau regional yang diproyeksikan sebagai rumah sakit pengampu adalah RSUD dr Soetomo Surabaya dan RSUD dr Saiful Anwar Malang.

Pelaksanaan Rakorkesda bertema ‘Harmonisasi Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam mendukung Transformasi Kesehatan di Jawa Timur’ di Hotel Novotel Samator, Rabu (26/7/2023).

Sekjen Tenaga Kesehatan Kementerian Kesehatan, Sugianto SKM, MSc PH mengatakan, rumah sakit yang ditunjuk sebagai pengampu mendapat dukungan penguatan SDM, pelayanan dan sarana prasarana. Salah satunya dengan adanya DAK penugasan, pembinaan dan peningkatan kapasitas SDM dari RS vertikal yang ditunjuk sebagai koordinator.

Diungkapkan, dalam mengupayakan pembangunan bidang kesehatan, Kementerian Kesehatan terus melakukan transformasi sistem kesehatan yang memprioritaskan program promotif dan preventif di seluruh siklus kehidupan manusia. Transformasi kesehatan itu sendiri berfokus pada 6 bidang, yaitu transformasi layanan kesehatan primer, transformasi pelayanan rujukan, transformasi sistem ketahanan kesehatan, transformasi sistem pembiayaan kesehatan, transformasi SDM kesehatan, dan transformasi teknologi kesehatan.

Lebih lanjut dikatakan, upaya perbaikan sistem kesehatan dimulai dari menjalin sinergi dengan seluruh stakeholder terkait dengan melibatkan masyarakat. “Gerakan ini menjadi gerakan masyarakat yang dikerjakan bersama-sama agar fasilitas pelayanan kesehatan di seluruh pelosok semakin merata dan berkualitas,” ujarnya.

Pemprov Jawa Timur sendiri, kini berperan aktif dalam mewujudkan upaya penataan sistem rujukan penyakit katarostropik di Jawa Timur. Melalui Dinas Kesehatan Jatim, Pemprov menginisiasi penyusunan clinical guidelines penyakit prioritas level provinsi dengan menjadikan rumah sakit milik Pemprov sebagai percontohan dan menggandeng organisasi profesi serta asosiasi sebagai evaluator.

“Clinical guidelines dapat diadaptasi oleh seluruh stakeholder kesehatan untuk kemudian disesuaikan dengan kemampuan atau kompetensi di faskes masing-masing dengan dinas kesehatan sebagai pembinanya,” kata Khofifah.

Menurut Gubernur Khofifah, standarisasi pelayanan yang dicapai melalui clinical guidelines diharapkan mampu memberikan layanan yang lebih adil dan merata bagi masyarakat Jawa Timur. “Clinical guidelines menjadi fondasi dalam penyusunan sistem rujukan yang baik, terstandar, jelas dan berbasis kompetensi,” imbuhnya.

Pada kesempatan yang sama, Khofifah pun mengapresiasi kinerja 23 kab/kota yang berupaya mencapai Universal Health Coverage (UHC) sebesar 60 persen maupun yang berupaya mempertahankan UHC. Selain itu juga memberikan penghargaan kepada bupati dan walikota pada beberapa kategori, di antaranya kategori capaian penurunan AKI, kategori capaian intervensi spesifik stunting, kategori capaian tertinggi SPM terduga TBC, capaian terbaik konektivitas sistem informasi manajemen Puskesmas (SIMPUS) ke satu sehat, dan kategori pemanfaatan vaksinasi Covid-19 Inavac (produk dalam negeri) periode Januari-Juli 2023. (ret)

baca juga :

Kenaikan Tunjangan Kinerja PNS Tahun Ini Ditunda

Redaksi Global News

JUMAT BERBAUR DI DESA ANGSANAH,   Badrut Tamam: Pesantren Penggerak Hidup Bersih dan Sehat

gas

Pulang Luar Kota, Warga Surabaya Wajib Tunjukkan Hasil Tes Antigen