Global-News.co.id
Kesehatan Utama

Cegah Seks Bebas, BKKBN Tekankan Pentingnya Pendidikan Seks

Kepala BKKBN, Dr (HC) dr Hasto Wardoyo SpOG (K)

SURABAYA (global-news.co.id) – Tingginya angka kehamilan tak diinginkan pada remaja yang berujung permohonan dispensasi nikah mendapat perhatian serius Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Sebagai koordinator percepatan penurunan stunting di Indonesia, BKKBN berharap pemerintah dan seluruh masyarakat bekerjasama dan bekerja keras untuk memberikan edukasi terbaik pada remaja agar terhindar dari perilaku berisiko tinggi, salah satunya seks bebas.

Berdasarkan data Pengadilan Tinggi Agama Surabaya, sebagaimana disampaikan Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur, Maria Ernawati, baru-baru ini, dari 15.212 putusan dispensasi nikah di Jatim pada 2022, sebanyak 80% di antaranya karena alasan hamil.

Kepala BKKBN, Dr (HC) dr Hasto Wardoyo SpOG (K), dalam rilisnya Kamis (19/1/2023) mengatakan, tingginya permohonan dispensasi nikah tidak hanya terjadi di Jawa Timur. Menurut dia, yang perlu mendapat perhatian adalah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan akibat kurangnya pengetahuan tentang seks pada remaja Indonesia.

“Pendidikan seks di Indonesia sangat lemah karena masih dianggap tabu. Upaya kita untuk melakukan sexual education secara komprehensif masih menemui banyak tantangan,” tandasnya.

Dokter spesialis kandungan dan kebidanan ini menjelaskan, pendidikan seks bukan memberikan edukasi bagaimana berhubungan seks, tetapi lebih kepada pengenalan alat reproduksi, fungsi, serta bagaimana menjaga dan merawatnya. Ini sebagai upaya pencegahan terjadinya berbagai penyakit baik pada perempuan maupun laki-laki di masa depan.

Melalui program Generasi Berencana (GenRe), BKKBN mencoba untuk memberikan pendidikan seks melalui generasi sebaya. “Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur di bawah kepemimpinan Ibu Maria Ernawati telah berhasil menjembatani sinergi lintas sektor di dalam pembinaan remaja, memberikan dukungan terhadap kegiatan positif remaja, dan bersama-sama remaja mengembangkan kegiatan yang akrab dan sesuai dengan kebutuhan remaja melalui Insan GenRe,” ujar Hasto.

GenRe adalah program yang dikembangkan BKKBN dengan kelompok sasaran program remaja berusia 10-24 tahun (SMP, SMA, hingga mahasiswa) tapi belum menikah. Ada 3 masalah remaja yang saat ini berusaha diselesaikan BKKBN melalui forum GenRe, tingginya angka pernikahan dini, pergaulan atau seks bebas, dan penggunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif (Napza).

“Saya yakin jika remaja, laki-laki maupun perempuan, mendapatkan sex education, mereka akan menjaga diri sebaik mungkin dan tidak akan melakukan free sex (seks bebas),” imbuhnya.
Konsultan

Fertilitas-Endokrinologi Reproduksi ini menjelaskan, perempuan di bawah usia 20 tahun itu memiliki bentuk serviks atau mulut rahim yang masih menghadap keluar. Sehingga bila tersentuh alat kelamin laki-laki, maka akan sangat rawan dan sangat berpotensi terjadi infeksi Human Papilloma Virus (HPV). Bila sudah terpapar HPV, maka dalam kurun waktu 7 hingga 20 tahun ke depan sangat berpotensi terjadi kanker serviks atau kanker mulut rahim.

“Saat saya menjadi Bupati Kulonprogo selama dua periode, pendidikan seks sudah saya masukkan ke mata pelajaran Penjaskes. Bisa dilihat bagaimana dispensasi nikah di sana, dan jumlah kehamilan atau kelahiran pada remaja rendah. Ini bisa dijadikan contoh untuk daerah lain,” jelasnya. (ret)

baca juga :

Piala Dunia: Spanyol Pesta Gol ke Gawang Kosta Rika

Redaksi Global News

Walikota Eri Sebut Taman Surya Jadi Pilihan Wisata Keluarga di Surabaya

Redaksi Global News

Kinerja Positif, SIG Raih Pendapatan Rp 34, 96 Triliun Sepanjang 2021

Redaksi Global News