Global-News.co.id
Kesehatan Utama

Pernikahan Dini Sumbang Tingginya Angka Stunting, BKKBN Terus Lakukan Terobosan untuk Capai Target 14% pada 2024

Koordinator Bidang Latbang BKKBN Jatim Sukamto dan pakar komunikasi Unair Suko Widodo dalam kegiatan Rembuk Stunting dan Gerak Sinergis bersama Insan Pers, Kamis (29/12/2022).

SURABAYA (global-news.co.id) – Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Perwakilan Jawa Timur terus melakukan terobosan dalam upaya menurunkan angka stunting hingga tercapai target nasional sebesar 14% pada 2024. Berdasarkan Survey Status Gizi Balita Indonesia (SSGI) 2021, angka stunting nasional 24,4%, sedangkan Jawa Timur 23,5%.

Koordinator Bidang Pelatihan dan Pengembangan BKKBN Jatim, Sukamto mengatakan, salah satu penyebab tingginya angka stunting adalah masih tingginya angka pernikahan usia dini. Mendasarkan data Pengadilan Tinggi Agama Surabaya –yang dikutip Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Kependudukan (DP3AK) Jawa Timur– selama Januari hingga Agustus 2022, jumlah perkara dispensasi kawin diterima 10.275 kasus dan dikabulkan 9.863 kasus atau 96%.

“Hal ini menunjukkan angka pernikahan dini masih tergolong tinggi, sehingga dikhawatirkan bisa menghambat percepatan penurunan stunting,” ujarnya dalam kegiatan Rembuk Stunting dan Gerak Sinergis bersama Insan Pers, Kamis (29/12/2022).

Dijelaskan, melalui Program Generasi Berencana (GenRe), BKKBN bermaksud melakukan Pendewasaan Usia Pernikahan (PUP). “Usia ideal menikah itu kalau BKKBN, perempuan minimal 21 tahun dan laki-laki 25 tahun. Tapi di sisi lain UU (Perkawinan) membolehkan laki-laki dan perempuan 19 tahun,” terang Sukamto.

Ditambahkan, sejauh ini memang belum ada survei langsung terkait korelasi antara pernikahan usia dini dengan stunting. “Tapi jika dikaitkan data pernikahan dini dengan kota/kabupaten yang angka stuntingnya tinggi kok relevan. Secara mental mereka ini belum siap, begitu pula secara fisik,” tandasnya.

Ke-10 Kabupaten/Kota yang prevalensi angka stuntingnya tertinggi meliputi Bangkalan (38,9), Pamekasan (38,7), .Bondowoso (37), Lumajang (30,1),.Sumenep (29), Surabaya (28,9), Mojokerto (27,4), .Malang (25,7),.Kota Malang (25,7), dan Nganjuk (25,3).

Sementara 10 Kabupaten/Kota yang tertinggi Pernikahan Dininya meliputi Jember (880), Malang (845), Kraksaan (770), Lumajang (566), Banyuwangi (563), Bondowoso (471), Pasuruan (464), Bojonegoro (369), Situbondo (346), Kediri (346).

Sebagaimana pernah dikatakan Kepala BKKBN Dr dr Hasto Wardoyo, persoalan stunting itu kompleks. Selain masalah medis juga masalah non medis seperti faktor ekonomi keluarga, pengetahuan, kebersihan, dan sanitasi.

Untuk mengejar target penurunan angka stunting menjadi 14% pada 2024, BKKBN terus menggalakkan beberapa program untuk mencegah stunting, di antaranya program perencanaan kehamilan untuk menjaga jarak kehamilan yang juga menentukan kualitas anak dan program perencanaan pra nikah.

BKKBN juga membentuk Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS), Satgas dan Tim Pendamping Keluarga (TPK). TPK terdiri dari unsur Bidan/Tenaga Kesehatan lainnya,TP- PKK dan Kader KB. Di Jatim terdapat 31.243 TPK atau 93.729 orang TPK yang tugasnya mendampingi keluarga berisiko stunting, yaitu calon pengantin /calon pasangan usia subur, ibu hamil, ibu pasca persalinan, dan anak usia 0-59 bulan.

Pakar Komunikasi dari Universitas Airlangga, Dr Suko Widodo menyebut, salah satu upaya mengurangi pernikahan dini untuk mencegah stunting adalah dengan melakukan edukasi di berbagai lini masyarakat. “Pemberitaan media massa juga menjadi salah satu media edukasi. Apalagi saat ini media tidak hanya berbasis cetak, tapi juga ranah media sosial yang akrab di masyarakat. “Menyasar edukasi lewat medsos juga akan lebih tepat dilakukan sesuai sasaran BKKBN yaitu anak muda,” ujarnya.

Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, yang ditandai dengan panjang atau tinggi badannya berada di bawah standar yang ditetapkan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan.

Ciri-ciri stunting di antaranya berat bayi < 2.500 gram atau tinggi badan < 48Cm), Wajah tampak lebih muda dari anak seusianya, pertumbuhan giginya terlambat, performa buruk pada kemampuan fokus dan memori belajarnya, berat badan balita cenderung menurun, perkembangan tubuh anak terhambat, seperti telat menarche (menstruasi pertama anak perempuan).

Stunting disebabkan faktor multidimensi, di antaranya kurangnya asupan gizi selama kehamilan, kebutuhan gizi anak kurang tercukupi, praktik pengasuhan yang tidak baik, terbatasnya layanan Kesehatan, termasuk ANC-anti natal care, postnatal, serta kurangnya akses air bersih dan sanitasi. (ret)

baca juga :

Dukung Pembangunan Bangsa, ITS Kembali Cetak 264 Insinyur Baru

Titis Global News

Liga Inggris: Erik ten Hag Kecewa MU Kalah pada Laga Perdana

Redaksi Global News

Liga 1: Suporter Jadi Kunci Penampilan Apik Persik Kediri

Redaksi Global News