Global-News.co.id
Ekonomi Bisnis Malang Raya Utama

Wisata Edukasi AMKE, Magnet Tersembunyi di Lereng Gunung Panderman

Jajaran Direksi Bank Jatim saat menikmati suasana sejuk dan segar di AMKE Oro-Oro Ombo Batu

DI DESA Oro-Oro Ombo, Kecamatan Batu, ada edukasi wisata terkait pelestarian lingkungan. AMKE (Area Modal Konservasi dan Edukasi) Batu memiliki sekitar 17 edukasi, tetapi yang dibuka di tengah pandemi Covid-19 saat ini hanya 7 edukasi. Namun tak menyurutkan pesona objek wisata yang dirintis sejak 2018 lalu.

Oleh : Titis Tri W

Objek wisata outdoor saat ini banyak menjadi pilihan destinasi di tengah pandemi Covid-19. Wisata alam dinilai aman untuk mengurangi risiko penularan Covid-19. Salah satu yang bisa didatangi yakni Wisata Edukasi AMKE di Desa Oro-Oro Ombo Kecamatan Batu.

Pemandangan di AMKE Batu begitu indah, masih alami. Semua gunung yang melingkari Kota Batu terlihat jelas dari sini, mulai Gunung Kawi dan Arjuno. Pendek kata, bisa menikmati pemandangan Kota Batu dari Gunung Panderman. Suasananya segar dan sejuk. Pemandangan hijau di mana-mana. Berada di pinggir jalan raya sekitar 10-15 menit dari Kota Batu, meski untuk menjangkau objek wisata ini jalannya naik turun dan meliuk-liuk.

Lokasi AMKE ini berada di kawasan konservasi Hutan Panderman, tak heran yang mengelola adalah para petani hutan yang tergabung dalam Kelompok Tani Hutan Panderman. Sekretaris KPTH Panderman, Sukinem, menjelaskan bahwa lokasi wisata edukasi ini berdiri sejak 2018, tujuannya untuk memanfaatkan hutan demi menambah income warga, sekaligus menjaga keberadaan hutan tetap hijau dan lestari.

“Sebelumnya, tempat ini hanya untuk penanaman bibit, peternakan dan pembuatan pupuk. Sekarang sudah banyak aktivitas,” ujar Sukinem kepada sejumlah awak media yang mengikuti Media Gathering Bank Jatim Tahun 2021 ke Wisata Edukasi AMKE Batu beberapa waktu lalu.

Dijelaskannya AMKE luasnya 10 hektare. Lahan ini merupakan Tanah Kas Desa (TKD) Pemdes Oro-Oro Ombo yang dikerjasamakan dengan warga dengan sistem bagi hasil. Komposisinya 30:70. Warga mendapat 70%. Memang tidak semua warga, mereka yang mengelola adalah warga yang tergabung dalam Kelompok Tani Hutan (KTH) Panderman.

Dikatakannya awalnya, pengelola wisata ini hanya terdiri dari 32 kelompok tani, tetapi kini berkembang menjadi 72 kelompok.

Wanita yang mengikuti dari awal berdirinya AMKE ini menceritakan saat ini AMKE makin berkembang menjadi kampung wisata dan edukasi. Kondisi ini membawa berkah bagi warga sekitar. AMKE juga melakukan banyak aktivitas seperti budidaya jamur, pengembangan kandang komunal untuk hewan seperti kambing, pembuatan pupuk organik, edukasi pembibitan, tanaman porang, sereh merah, jahe dan empon-empon.

Di sana juga terdapat Rumah Jamur, kampung edukasi batik dan eco print, healing forest, terapi alam aromatic sereh wangi, edukasi herbal dan HHBK center dan saung bumi perkemahan.

“Tujuan kami, tempat ini sebagai tempat untuk belajar, penelitian, serta studi banding. Dan yang terpenting adalah pelestarian lingkungan dan pemberdayaan perekonomian warga,” ujarnya.

Sejak satu bulan ini, AMKE kembali didatangi banyak warga. Pelan-pelan pemasukan mulai mengalir. Warga yang berjualan mendapat berkah. Bibit tanaman juga mulai terserap pasar.
“Di sini ada kafe dengan hidangan khas, seperti bakso, siomay, es krim dari porang. Ke depan rencananya kami juga akan kembangkan tempat pengolahan hasil panen jamur, diolah jadi makanan jadi agar langsung bisa dinikmati pengunjung,” katanya.

Sukinem mangaku di masa pandemi saat pemerintah memberlakukan pembatasan mobilitas warga AMKE mengalami penurunan drastis, bahkan nol pendapatan sehingga merugi. Padahal sebelumnya, omzet yang diperoleh AMKE mencapai sekitar Rp 1 miliar yang didapat dari penjualan bibit karena bekerjasama dengan beberapa dinas, salah satunya Dinas Pertanian Kota Batu.

“Kita saat ada pembatasan mobilitas habis, gak ada pemasukan. Namun sejak sebulan terakhir sudah mulai bangkit lagi. Alhamdulillah ini juga ada bantuan dari Bank Jatim yang memberikan pembinaan, pelatihan. Termasuk membantu promosi lewat medsos hingga fasiltas permodalan,” ungkapnya gembira.

Ini juga dibenarkan Penyuluh Kehutanan dan Pendamping serta Pimpinan Pengelola AMKE Sri Asih. “Kami mendapat Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari Bank Jatim senilai Rp 275 juta. Anggaran ratusan juta itu bakal dibuat untuk pengembangan program penggemukan sapi dan kambing, juga pembuatan rumah produksi,” tuturnya.

Direksi Bank Jatim meninjau lokasi pembibitan pohon durian di AMKE Oro-Oro Ombo Batu

Sri Asih juga menjelaskan berbagai kegiatan yang dilakukan di AMKE bertujuan untuk bisa menata konservasi. Secara tak langsung pada akhirnya mampu meningkatkan pengetahuan SDM, melestarikan lingkungan, dan berdampak pada perekonomian warga sekitar. “Tak hanya mereka yang ada di KTH,” ujarnya.

Jual Bibit Tanaman

Sri mengatakan sebelum pandemi, usaha warga ini diawali dengan pembibitan berbagai tanaman hias dan pohon. “Jadi awalnya pemasukan kami lebih banyak berasal dari penjualan bibit-bibit tanaman/pohon dan pupuk organik, serta dari kegiatan studi banding dengan 17 edukasi. Kami banyak bekerjasama dengan instansi-instansi yang membutuhkan bibit yang banyak untuk penanaman,” katanya.

AMKE juga terus mengembangkan berbagai potensi yang ada seperti pengembangan budi daya jamur tiram, budi daya lebah madu, hingga tanaman serai merah untuk bahan baku minyak atsiri.
“Omzet yang kami terima dari penjualan bibit, kegiatan edukasi-edukasi atau studi banding itu rata-rata sekitar Rp 250 juta per minggu atau sekitar Rp 1 miliar per bulan. Namun, sejak pandemi langsung drop, tidak ada pesanan bibit, tidak ada kunjungan wisatawan,” katanya.

Namun kelompok tani AMKE tidak menyerah dan tetap terus merawat hewan ternak dan bibit-bibit tanaman yang ada. Hanya saja, AMKE terpaksa harus mengurangi tenaga kerja yang awalnya 50 orang, kini tinggal 15 orang. Adapun saat ini AMKE Batu memiliki sekitar 17 edukasi, tetapi yang saat ini dibuka hanya 7 edukasi. Di antaranya seperti budi daya bibit, budi daya jamur merang dengan potensi panen 3 kg setiap hari untuk dijual di sekitar lokasi, budi daya madu lebah, kandang komunal kambing serta produksi minyak atsiri.

Sementara itu, Direktur Risiko Bisnis Bank Jatim Rizyana Mirda berharap AMKE bisa meningkatkan perekonomian masyarakat di wilayahnya. Ia juga memastikan, Bank Jatim siap memberi bantuan untuk AMKE.

“Kita juga akan memberikan bantuan baik pelatihan dan permodalan untuk AMKE Batu ini. Kami berharap keberadaan AMKE dapat meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar,” ujarnya.

Mirda mengatakan AMKE Batu merupakan salah satu pemenang UMKM Bank Jatim Award dan telah mendapatkan hadiah berupa alat penyulingan minyak atsiri dan pengolahan madu. “AMKE memenangkan UMKM Bank Jatim Award ini karena memiliki model usaha yang cukup unik dan bagus dengan memberdayakan masyarakat sekitar Oro-Oro Ombo. Harapannya AMKE bisa dikembangkan lagi, tentunya dengan peran perbankan dalam hal permodalan,” ujarnya.

Selain menerima hadiah, AMKE juga telah mendapatkan bantuan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari Bank Jatim dengan realisasi sebesar Rp 275 juta. Rencananya, dana KUR tersebut dikembangkan untuk rumah produksi berbagai tanaman hasil hutan, dan hasil olahan bisa dijual kepada pengunjung. Ke depan, AMKE juga akan mengembangkan program penggemukan kambing dan sapi. (*)

baca juga :

Miracle Kenalkan Ultherapy, Metode Pengencangan Kulit Terbaru Tanpa Pembedahan

Redaksi Global News

Pemprov Jatim Terima Apresiasi 10 Provinsi Terbaik Perencanaan Pembangunan Daerah dari Bappenas

Bersama Forkopimda Jatim, Gubernur Khofifah Canangkan Gerakan Santri Bermasker

Titis Global News