Global-News.co.id
Indeks Mancanegara Utama

Situasi Politik di AS Memanas, KJRI Imbau WNI Hindari Kerumunan

Reuters
Massa Trump menyerbu Gedung US Capitol.

WASHINGTON (global-news.co.id) – Perkembangan politik Amerika Serikat (AS) menjelang pelantikan Presiden AS yang baru kian memanas. Menyikapi kondisi ini, Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) New York menghimbau warga negara Indonesia (WNI) agar waspada.

Para WNI diminta menghindari kerumunan. “Langkah antisipasi perkembangan situasi politik Amerika Serikat bagi warga masyarakat Indonesia di wilayah kerja Konsulat Jenderal Republik Indonesia New York,” ungkap pernyataan KJRI New York, Kamis (7/1/2021).

“Imbauan ini berlaku di negara bagian Connecticut, Delaware, Maryland, Maine, Massachussetts, New Hampshire, New Jersey, New York, North Carolina, South Carolina, Pennsylvania, Rhode Island, Vermont, Virginia dan West Virginia,” papar imbauan KJRI tersebut.

Ketegangan di AS tampaknya akan terus berlanjut hingga Joe Biden dilantik sebagai presiden yang baru. Bahkan setelah pelantikan pun tak ada jaminan situasi politik akan mereka.

Aksi pendudukan para pendukung Trump itu untuk membatalkan hasil pemilu 3 November yang dimenangkan secara sah oleh Joe Biden saat ini terjadi di Amerika Serikat.  Ulah ribuan pendukung Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyerbu gedung US Capitol membuat geram Presiden AS terpilih Joe Biden.

Akibat ulah yang bikin kacau itu, Kongres terpaksa menunda sidang yang akan mengesahkan kemenangan Joe Biden dalam pemilu tersebut. Dengan senjata terhunus dan gas air mata, polisi mengevakuasi para anggota parlemen. Aparat berusaha membersihkan Gedung Capitol dari para pendukung Trump yang masuk melalui aula Kongres.

FBI mengatakan telah melucuti dua perangkat peledak yang dicurigai dibawa para pendukung Trump. “Itu adalah serangan paling merusak pada bangunan ikonik itu sejak tentara Inggris membakarnya pada tahun 1814,” ungkap pernyataan US Capitol Historical Society.

Adegan kacau terungkap setelah Trump berbicara kepada ribuan pendukungnya. Dia mengulangi klaim tidak berdasar bahwa pemilu dicuri darinya karena penipuan dan penyimpangan yang meluas.

Picu Reaksi Dunia

Reaksi seluruh dunia pun segera muncul atas aksi ini. Perdana Menteri Swedia Stefan Lofven dalam tweetnya menggambarkan adegan itu sebagai “serangan terhadap demokrasi”. Menteri Luar Negeri (Menlu) Jerman Heiko Maas mengatakan musuh demokrasi akan dihibur dengan adegan kekerasan di US Capitol. Dia meminta Trump menerima keputusan para pemilih AS.

Dalam satu Tweet, Maas mengatakan kekerasan itu disebabkan oleh retorika yang menghasut. “Trump dan pendukungnya harus menerima keputusan pemilih Amerika pada akhirnya dan berhenti menginjak-injak demokrasi,” ujar dia.

“Cukup banyak gambar bergaya Maidan yang datang dari DC,” papar Wakil Duta Besar Rusia Dmitry Polyanskiy memposting di Twitter, merujuk pada protes di Ukraina yang menggulingkan Presiden Ukraina yang didukung Rusia, Viktor Yanukovich pada 2014.

“Beberapa teman saya bertanya apakah seseorang akan membagikan kerupuk kepada para pengunjuk rasa untuk menggemakan aksi Victoria Nuland,” ungkap dia, mengutip kunjungan 2013 ke Ukraina ketika saat itu Asisten Menteri Luar Negeri AS Victoria Nuland menawarkan makanan kepada para pengunjuk rasa.

Perdana Menteri Australia Scott Morrison menggambarkan pemandangan di Washington sebagai “menyedihkan”.

“Kami mengutuk tindakan kekerasan ini dan menantikan transfer damai Pemerintah ke pemerintahan yang baru terpilih dalam tradisi demokrasi Amerika yang hebat,” ungkap dia di Twitter. tri

baca juga :

Pilkades Serentak 2022: Polres Mojokerto Petakan Titik Rawan TPS

Redaksi Global News

Setelah Menemui Massa Aksi, Walikota Eri Langsung Temui Gubernur Sampaikan Aspirasi Warga Madura

Titis Global News

Klien Lahirkan Bayi Tak Sesuai Program, Dokter Bayi Tabung Digugat