Global-News.co.id
Jember Raya Opini Utama

Jurnalistik dan Sastra Merambah PDM Bondowoso

Suyanto (kanan) Ketua Komunitas Sastra Indonesia (KSI) Banyuwangi.

Oleh: Suyanto *)

SETELAH membaca dan mendengar Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Tuban menggelar Diklat Website dan Sastra,  PDM Bondowoso yang masih tergolong kecil tak mau berlama-lama  menunda kegiatan serupa.  Pak Malik, dosen Fakultas Agama Islam yang juga ketua PDM  Bondowoso pun segera mengumpulkan organ penting di lembaga yaitu Majelis Pustaka Informasi dan Digitalisasi (MPID)  dan Majelis  Dikdasmien. Bahkan, Agus Triyono Kepala SMK Muhammadiyah sangat intens mencari celah bagaimana Diklat bisa segera digelar.

Maka, Sabtu, 27 Januari 2024 acara bertema Peran Literasi Digital terhadap Keterampilan Jurnalistik digelar di SD Muhammadiyah Bondoworo Jl. MT.Haryono Nomor 10 Kutakulon Kauman Kecamatan Bondowoso Kabupaten Bondowoso.

Tampil di sesi pertama ialah Pemimpin Redaksi (Pimred) Radar Jember Nur Hariri, S.Sos yang menyampaikan materi menulis berita. Paduan teori dan praktik dilibas langsung oleh tokoh muda yang juga mantan awak Radar Genteng Banyuwangi itu. Hal penting dalam menulis berita menurutnya harus lengkap menggunakan rumus 5W+1H dan ini tidak boleh dikurangi unsurnya.

Jika dikurangi maka  berita tidak akan lengkap menyorot peristiwa, bahkan nuansa berita terasa hambar, terasa ada yang kurang. Misalnya saja jika unsur tempat (where) tidak disebutkan dalam teks berita maka peristiwa itu terjadi dimana tidak akan  bisa diketahui pembaca koran, bahkan bisa jadi pembaca akan menyesal bahkan menggugat penulisnya atau korannya.

Sementara itu, Didik Supriyanto SE narasumber kedua yang merupakan wartawan Radar Ijen (Radar Bondowoso) menyampaikan materi seputar apa yang apik dan menarik oleh jurnalis.  Didik membuat peserta diklat tercengang apalagi disampaikannya dengan menarik, maka tak ada  istilah peserta ngantuk di jam pelaksanaan presentasi ini. Tulisan yang berjudul literasi bacatulis di era digital itu menyebutkan bahwa literasi   tulis, literasi numeral, dan literasi ilmiah akan terus berdaya  hingga akhir zaman. Bahkan nanti akan ada literasi jenis lain yang mengikuti perkembangan ini.

Didik dengan nada nyantai menyebut bahwa  era sekarang, manusia modern harus peka dan bersiap menggunakan otak ketiga yang disebut neo kortek agar manusia bisa bernalar dan berlogika secara canggih.

Di sesi terakhir setelah Ishoma, Suyanto melempar joke-joke disertai doorprize yang menarik. Dengan cara ini peserta bisa terhibur dan tercuci otaknya ketika narasumber membombardir peserta dengan  beragam pertanyaan. Lebih dari lima puluh doorprize dilepas ke peserta. Ada dari Kompas, Gramedia,  beragam jenis tas, kaos, dan lain-lain.

Materi sastra yang disampaikan secara berselingan doorprize akan terasa  fair, familier,  dan enteng. Pada materi puisi,  Yanto berharap, karena kekuatan puisi ada pada keindahan kata dan kalimat, maka pengarang puisi harus kaya diksi dan pandai memanajemen atau mengelolanya. Kaya juga inventarisasi majas atau bahasa figuratif atau gaya bahasa, karena dalam puisi bahwa maksud yang luas hanya diwakili oleh  satu larik kalimat.

Setelah mengarang puisi cepat, pesertadiajak membaca puisinya, tampak ketua MPID PDM  Ilham Faizin, ST, Didik jurnalis  Radar Ijen, delapan guru PAUD dan TK,  Lima guru SMK dan SMA, tiga guru SMP dan empat guru SD serta pimred Radar Nur Hariri tak mau ketinggalan ikut juga membaca puisi.

Adapun pada genre cerpen, maksud  yang luas tak diwakili oleh kata maupun kalimat.  Dan perlu diingat bahwa kalimat-kalimat dalam teks cerpen adalah maksud ucapan itu semua. Serumpun kalimat adalah maksud isi dari sebuah dialog atau monolog seorang tokoh cerita.

Cerpenis Indonesia, Mohammad Diponegoro almarhum (nama cerpenis seperti itu, tidak dibenarkan mengganti/membenarkan huruf-huruf yang dipakai), pengarang berideologi Muhammadiyah ini telah menelorkan buku teori mengarang cerpen yang masih relevan dan berdaya guna hingga era sekarang. Temukan buku itu, satu di antaranya berjudul Nulis Cerpen Yuk. Terbit pertama tahun 2011 oleh penerbit Narasi Yogyakarta.

Diklat berakhir pukul 15 30 wib  dengan dibentuk grup peserta berjuluk MPID JURNALISTIK 2024 yang beranggotakan peserta Diklat dan narasumbernya. (*)

*) Esais dan pengarang prosa. Ketua Forum Banyuwangi untuk Kebudayaan (ForBuK)  Ketua Komunitas Sastra Indonesia (KSI) cabang Banyuwangi. Dan Staf ahli Dewan Pendidikan Kabupaten Banyuwangi yang kini tinggal di Gentengkulon 

baca juga :

Surabaya Raih Penghargaan Nirwasita Tantra dari KLHK Tujuh Kali Beruntun

Sri Mulyani Janjikan Gaji ke-13 PNS Cair Lebih Cepat

Redaksi Global News

Tips bagi Pralansia Ala Ayu Dyah Pasha

Redaksi Global News