Global-News.co.id
Kesehatan Metro Raya Utama

Gandeng FK Unair, Pemkot Surabaya Wujudkan Zero Stunting di Tahun 2023

Pemkot Surabaya berkolaborasi bersama FK Unair dalam pencegahan dan penurunan stunting

SURABAYA (global-news.co.id) –
Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya berkolaborasi bersama Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK Unair) dalam pencegahan dan penurunan stunting. Tujuan kolaborasi ini, juga bagian dari upaya Pemkot mewujudkan Kota Surabaya zero stunting di tahun 2023.

Walikota Surabaya Eri Cahyadi bertemu dengan Dekan FK UNAIR Prof Budi Santoso membahas kerjasama antara Pemkot dan FK Unair ke depannya. Walikota Eri mengatakan, targetnya tak hanya ingin Kota Surabaya zero stunting. Namun, juga zero gizi buruk serta zero angka kematian ibu dan anak.

“Saya selalu katakan, Pemkot tidak bisa berjalan sendiri, Pemkot memiliki perguruan tinggi yang luar biasa, sangat hebat, fakultas kedokteran Unair,” kata Walikota Eri Cahyadi, Selasa (8/7/2023).

Pada pertemuan ini, Walikota Eri juga mengungkapkan, Prof Budi Santoso siap mengerahkan dokter muda hingga mahasiswa di FK Unair untuk membantu penanganan stunting di Kota Surabaya. Hal ini membuatnya semakin yakin, permasalahan stunting di Kota Surabaya pada tahun 2023 dapat cepat tertangani lebih baik lagi.

“Ketika beliau menyampaikan tadi, maka muncul semangat baru, muncul keyakinan baru. Maka insyaallah di tahun ini kita bisa melewati itu semuanya,” ujarnya.

Walikota Surabaya yang akrab disapa Cak Eri itu mengungkapkan, sebenarnya program kerjasama ini sudah ada yang berjalan di beberapa titik di Kota Surabaya. Namun, pada Agustus 2023 ini akan digeber lagi agar target zero stunting, gizi buruk, hingga angka kematian ibu dan bayi dapat ditekan maksimal.

Walikota Surabaya Eri Cahyadi bertemu dengan Dekan FK UNAIR Prof Budi Santoso membahas kerjasama antara Pemkot dan FK Unair ke depannya

Beberapa pelayanan yang akan diterapkan di lapangan di antaranya ada layanan dasar ultrasonografi (USG) untuk mencegah angka kematian ibu dan anak, pendampingan oleh dokter anak, hingga pendampingan mahasiswa FK Unair dengan cara home visit (kunjungan ke rumah) atau melalui Balai RW.

“Insyaallah bulan Agustus ini, kalau memungkinkan ya (digerakkan serentak) sebelum 17 Agustus. Karena 17 Agustus adalah Hari Kemerdekaan, maka juga harus merdeka dari stunting, kemiskinan, angka kematian ibu dan anak bisa terwujud di Surabaya,” ungkap Cak Eri.

Ia menerangkan, pada tahun 2021 kasus stunting di Kota Surabaya menurun 28,9 persen (6.772 balita), kemudian di tahun 2022 turun menjadi 4,8 persen (923 balita) sehingga menjadi kota yang terendah kasus stuntingnya di Indonesia. Hingga akhirnya per 30 Juni 2023 angka stunting di Kota Surabaya tersisa 651 balita.

“Sama dengan angka kematian ibu dan anak di Kota Surabaya, dalam hal pencegahan kita terbaik kedua di Jawa Timur. Padahal sebelumnya kita yang tertinggi (angka kematian ibu dan anak), ini karena apa? Sinergi dengan semua stakeholder yang ada khususnya FK Unair,” terangnya.

Targetnya tak hanya ingin Kota Surabaya zero stunting, namun juga zero gizi buruk serta zero angka kematian ibu dan anak

Dekan FK Unair Prof Budi Santoso menyampaikan, beberapa program kerjasama antara FK Unair dengan Pemkot Surabaya sudah ada yang berjalan. Di antaranya penanganan angka kematian ibu (AKI) yang sudah dijalankan di 6 Puskesmas, diantaranya Puskesmas Ngagel, Pucang, Mulyorejo, Tenggilis Mejoyo, dan sebagainya. Rencananya, program penanganan AKI di Kota Surabaya akan lebih diperluas lagi.

Budi mengatakan, dari FK Unair ada 315 mahasiswa yang dilibatkan dalam pencegahan AKI. Agar maksimal, ke depannya FK Unair juga akan ada kolaborasi dan menggelar pelatihan untuk para mahasiswa kedokteran dari berbagai universitas di Kota Surabaya.

“Sebenarnya sudah digerakkan oleh Pak Wali setahun atau dua tahun lalu, melibatkan fakultas-fakultas kedokteran, namun berjalan sendiri-sendiri. Mungkin kita akan melakukan suatu pelatihan untuk mahasiswa fakultas kedokteran Unair, Ubaya, Unusa, UMS, dan sebagainya, sehingga materi yang dibawakan mahasiswa saat pendampingan itu sama,” katanya.

Konsep pendampingannya, yaitu para mahasiswa kedokteran itu akan mendampingi ibu hamil hingga proses melahirkan. Tujuannya, agar kondisi kesehatan ibu dan anak dapat terkontrol dan terekam, sehingga ketika proses melahirkan berjalan dengan baik.

Budi menambahkan, pendampingan dan turun langsung ke lapangan ini juga akan dimasukkan ke dalam kurikulum FK Unair. “Ini akan ada di semester 2, sebagai penunjang ya, tugas yang harus dilakukan. Mereka nanti nggak akan mendapatkan kenaikan kalau tidak menyelesaikan tugasnya. Jadi, mereka juga diajari agar peduli terhadap masalah sosial di masyarakat,” kata dia. (pur)

baca juga :

Walikota Minta Pencuri Besi Penutup Saluran Air di Surabaya Ditangkap

Redaksi Global News

Piala Dunia: Juara dari Masa ke Masa

Redaksi Global News

Segera Hadir di Surabaya, Pemkot Gelar Soft Launching Medical Tourism

Redaksi Global News