Global-News.co.id
Politik Utama

Doa Anies Baswedan dan Religiusitas Politik Indonesia

Oleh Masdawi Dahlan*

ADA yang menarik dilakukan oleh Anies Rasyid Baswedan saat pidato pada acara Apel Siaga Perubahan Partai Nasdem yang digelar di Gelora Bung Karno beberapa hari yang lalu. Pada saat itu calon presiden dari partai politik yang tergabung dalam koalisi perubahan ini sebagian besar dari isi pidatonya disampaikan dalam bentuk doa.

Sekalipun dari isi materi yangg disampaikannya tidak jauh berbeda dengan isi pidato yang pernah disampaikan sebelumnya, yakni masalah problema bangsa dalam berbagai aspeknya, namun penyampaian yang dilakukan dengan kemasan berdoa adalah cara baru yang memunculkan analisa dari berbagai banyak kalangan.

Effendi Choirie (Gus Choi) fungsionaris Partai Nasdem dalam acara talk shaw yang dilakukan oleh sebuah stasiun TV nasional mengatakan bahwa dengan mengubah metode penyampaian materi pidato politik dalam bentuk doa menunjukkan bahwa Anies adalah figur yang cerdas dalam mencari bentuk metode berkomunikasi dengan masyarakat. Dia menilai Anies adalah figure yang kaya ide, baik materi maupun metode penyampaiannya kepada masyarakat. Dengan berdoa, maka Anies ingin menunjukkan kepada public bahwa, ada kekuatan yang maha dahsyat yang akan menentukan segala sesuatu yang terkait kehidupan alam semesta.

Dalam Islam doa selain sebagai ibadah yang jika dilakukan akan mendapat pahala, doa juga sebagai sarana berkeluh kesah hamba dan meminta pertolongan Allah SWT. Rasululah Muhammad SAW bersabda: “Berdoa adalah ibadah “ (HR Daut, Nasai dan Tirmizi.)

Dalam Al Quran Allah berfirman: “Berdoalah kamu kepadaku, niscaya aku perkenankan bagimu apa yang kamu harapkan. Sesungguhnya orang yang sombong dan tidak mau beribadah kepadaku akan masuk neraka “ (QS : Ghafir ayat 60). “Mintalah kamu kepada tuhan dengan rendah hati dan suara lembut, ” (QS Al k A’raf : 55).

Doa bagi umat manusia memiliki lima manfaat, pertama akan mengubah takdir, sebagai senjata bagi orang beriman, membantu keberlangsungan hidup baik masa lampu ata yang akan datang, menolak takdir buruk dan menyelamatkan diri dari musuh dan melancarkan rezeki.

Ada beberapa analisa yang bisa dikemukakan atas doa politik yang terdapat dalam pidato Anies. Pertama dia ingin menunjukkan bahwa dia meyakini dengan pasti bahwa kekuasaan mutlak untuk mengubah keadaan adalah di tangan Allah SWT. Manusia hanya melakukan ikhtiar sesuai dengan kemampuannya, tuhan yang menentukan hasilnya. Man proposes god disposes. Manusia berusaha tuhan yang menentukan.
Dengan doa Anies juga yakin bahwa hanya Allah yang memiliki kekuasaan untuk memberikan kekuasaan kepada yang dikehendaki dan juga mencabut kekuasaan dari orang yang dikehendakiNya. Karena itu beriringan dengan usaha atau ikhtiar yang dilakukannya, maka doa dan permintaan bantuan kepada Tuhan wajib dilakukan. Karena hanya Tuhanlah yang mempunyai kekuatan untuk memberikan dan mencabut kekuasaan pada manusia.

Dengan berdoa Anies juga ingin menunjukkan bahwa dia berjuang untuk meraih simpati publik dan melakukan perjuangan untuk gerakan perubahan, harus dilakukan sacara jujur dan tulus sebagai pengabdian, bukan semata mata untuk mengejar kekuasaan dan dunia. Kekuasaan yang ingin diraihnya akan diabdikan untuk rakyat dan bangsa atas nama Tuhan yang maha kuasa. Sehingga cita cita perubahan yang diinginkan mendapat rida dan pertolongan dari Allah SWT.

Berdoa juga merupakan bentuk moralitas dan kesetiaan yang tinggi seorang manusia. Artinya Anies ingin menunjukkan bahwa perjuangan untuk meraih kekuasaan dan melakuan perubahan tidak boleh dilakukan dengan segala cara, namun harus dilakukan dengan penuh etika, demokratis mematuhi aturan main perundang-undangan yang berlaku. Tidak boleh ada begal, jegal menjegal politik apalagi bermain curang.
Dengan berdoa Anies ingin mengajak seluruh lapisan masyarakat dan menyampaikan pesan bahwa jika kekuasaan bisa diraih adalah amanat dari Allah SWT, dan para pemimpin harus sadar bahwa dia akan dimintai pertanggungjawabannya. Dan yang paling penting juga adalah bahwa dengan berdoa dalam pelaksanaan tugas kepemimpinannya, seorang pemimpin tetap harus meminta bantuan Allah SWT, sehingga terhindar dari perilaku kepemimpinan yang menyimpang.

Anies ingin mengajak semua elemen bangsa bahwa proses pemilu harus sesuai dengan aturan main yang bersih dan jujur, dan apa pun yang dihasilkan dari proses pemilu dengan segala plus minusnya harus diterima sebagai kesepakatan bersama dan merupakan takdir dari Allah SWT. Sehingga pasca pemilu siapa yang akan terpilih jadi pemimpin, maka masyarakat harus tetap kompak bersama membangun bangsa, untuk mencapai cita-cita yang diinginkan.

Kesimpulannya Anies ingin menunjukkan bahwa perlunya sikap religiusitas dalam berpolitik. Sikap tersebut akan menjadi petunjuk bagi para pemimpin dalam menjalani proses politik yang demokratis, sesuai dengan regulasi yang ada, dan tentunya yang paling utama adalah menghadirkan Tuhan sebagai factor utama dalam mencari referensi menjalankan aktivitas politik. Sehingga kepemimpinan yang dihasilkan adalah kepemimpinan yang diridhai dan mendapat petunjuk tuhan dalam menjalankan tugas kepemimpinannya. (*)

*Penulis adalah wartawan Global News Biro Pamekasan.

baca juga :

Belajar dari Wisudawan Terbaik: Kuliah Plus Bekerja Tetap Bisa Berprestasi

gas

Tebing di Desa Wonocolo Bojonegoro Longsor

Redaksi Global News

Tinjau Progres Renovasi GBT, Risma Tegaskan Kebutuhan Utama Sudah Rampung

Redaksi Global News