Global-News.co.id
Gaya Hidup Metro Raya Utama

Keroncong, Musik yang Semakin Diminati Kalangan Muda

Vokalis Grup Keroncong Gita Remaja dari Banyuwangi menampilkan Grimis-Grimis dalam irama keroncong

SURABAYA (global-news.co.id) – Bukan hanya campursari, musik keroncong juga diminati banyak kalangan muda. Ini bisa dilihat dari animo anak-anak muda yang ikut hadir dalam Silaturahmi Keroncongers Jawa Timur Nduk Kota Suroboyo, yang digelar di aula Gedung GNI Bubutan, Minggu (11/6/2023) siang.

Beberapa kelompok yang tampil dari berbagai daerah terdiri dari anak-anak muda. Salah satunya Grup Keroncong Gita Remaja dari Banyuwangi yang antara lain beranggotakan siswa-siswa setingkat SMA. Lewat vokalisnya Srina, grup musik arahan Ny Sakirah ini membawakan komposisi Grimis-Grimis, lagu pop jawa yang dipopulerkan legenda keroncong asal Surabaya, Mus Mulyadi.

Ketua Pamori Surabaya, Mulyadi, mengungkap minat terhadap keroncong ini juga ditumbuhkan lewat kegiatan ekstra kurikuler di sekolah-sekolah dari jenjang SD, SMP, SMA hingga perguruan tinggi. “Ini salah satu cara yang ditempuh agar keroncong tidak punah. Dan ternyata mereka antusias, seperti di kampus Unesa kelompok keroncongnya berkembang. Selain Unesa, keroncong juga dikenalkan di Ubaya dan Unipa (Universitas PGRI Adi Buana) Surabaya,” ujarnya.

Dia menyebut, di masa sekarang semua lagu bisa dibawakan dalam irama keroncong. “Jadi gendernya keroncong, lagunya bisa macam-macam. Jadi tidak dipatok harus lagu keroncong,” terangnya.

Ini terlihat dari lagu kedua yang dibawakan Keroncong Gita Remaja. Pasha sang vokalis membawakan komposisi Yang Penting Hepi milik Jamal Mirdad dalam irama keroncong. Mendengar lagu yang begitu akrab, para keroncongers (penyanyi dan penggemar irama keroncong) spontan berjoged bersama.

Sementara dari Magetan menampilkan lagu campursari Caping Gunung yang sudah dimodifikasi jadi berirama keroncong.

Penasihat Pamori Surabaya, Musafir Isfanhari, mengaku senang melihat perkembangan musik keroncong di tanah air. “Semakin banyak anak muda yang menggemari keroncong. Pengetahuan musik mereka bagus, jadi bukan hanya di-skill tapi pengetahuannya,” ujar Isfanhari yang juga komposer dan arranger ini.

Lebih lanjut dikatakan, saat ini musik keroncong lebih kelihatan maju dan sudah mendekati genre music lain. “Kalau dulu dangdut dan keroncong itu kan musik yang terpinggirkan, musike wong tuwek-tuwek (musiknya orang-orang tua). Tapi dangdut kemudian bisa berkembang, bahkan ada gelar Raja Dangdut yang disematkan pada Oma Irama. Nah keroncong butuh ikon semacam itu. Ada Waldjinah yang punya banyak lagu, begitu beliau menyanyi orang langsung tahu itu Waldjinah,” ungkapnya.

Di Surabaya sendiri, kata Mulyadi terdapat 36 grup keroncong. Lewat kegiatan silaturahmi ini pihaknya berharap kepada Dinas Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga serta Pariwisata (Disbudporapar) Kota Surabaya agar kegiatan menampilkan keroncong di taman-taman kota yang dihentikan karena Covid kembali diadakan. “Harapan kami, Covid kan sudah mereda, mohon keroncong bisa ditampilkan di taman-taman lagi untuk melestarikan. Jadi tidak hanya dibina, tapi juga diberi insentif,” lanjutnya.

Acara Silaturahmi Keroncongers diikuti pada penggemar keroncong dari berbagai kota di Jawa Timur. Menurut bendahara Pemori Surabaya, Mamik Purbowati, pertemuan para keroncongers ini digelar 6 bulan sekali. “Sebelumnya diadakan di Trenggalek. Pada pertemuan yang kelima ini, Surabaya ketempatan jadi tuan rumah,” ujarnya.

Pada acara yang berlangsung dengan gayeng itu, Ketua Pamori Jatim, Bambang Satriawan juga memamerkan kemampuan nyanyinya dengan membawakan Kr Tembang Kiasan karya Budiman BJ. (ret)

baca juga :

ITS Bantu Tingkatkan Kompetensi Guru SMK se-Jatim

Redaksi Global News

Jaga Kepercayaan Investor, BNI Komitmen Kinerja Solid

Piala Dunia 2022: Laga Final, Kesempatan Mbappe Sentuh Level Dewa

Redaksi Global News