Global-News.co.id
Metro Raya Utama

Bersama TACB, Walikota Surabaya Bahas Raperda Bangunan Cagar Budaya

Walikota Surabaya Eri Cahyadi berdiskusi bersama Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) di ruang kerjanya, Rabu (12/10/2022).

SURABAYA (global-news.co.id) – Walikota Surabaya Eri Cahyadi berdiskusi bersama Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) di ruang kerjanya, Rabu (12/10/2022). Dalam pertemuan itu, walikota membahas beberapa poin tambahan yang akan dimasukkan ke dalam Raperda Bangunan Cagar Budaya.

Menurut Walikota Eri Cahyadi, bangunan kuno yang ada di Kota Surabaya tidak bisa asal disebut sebagai bangunan cagar budaya. Sebelum disebut sebagai cagar budaya, bangunan kuno itu harus dikaji terlebih dulu.

“Harus ada filosofi dan ceritanya apa saja dari bangunan tersebut. Sehingga nanti dibuatkan cerita di depan bangunan itu, tujuannya agar anak-anak tahu sejarah dari bangunan itu,” kata Walikota Eri.

Ia juga ingin di dalam Raperda tersebut disebutkan, bangunan kuno yang ada di Kota Surabaya dikategorikan secara tematik. Tujuannya untuk mempermudah pelestarian bangunan kuno yang telah ditetapkan sebagai cagar budaya.

“Misal, di suatu kawasan mayoritas terdapat bangunan kuno dengan keunikan arsitektur, maka ditonjolkan arsitekturnya. Ketika di wilayah lain ada bangunan yang berkaitan dengan perjuangan, maka akan disesuaikan juga,” ujar dia.

Ketika sudah ditentukan seperti itu, maka ke depannya kawasan yang terdapat bangunan peninggalan zaman dulu bisa dijadikan sebagai tempat wisata heritage. Selain itu, walikota yang akrab disapa Cak Eri itu juga menyebutkan, ke depannya kawasan wisata heritage juga bisa dijadikan sebagai sarana edukasi untuk anak-anak yang duduk di bangku SD dan SMP.

Sementara itu, Ketua Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kota Surabaya, Retno Hastijanti mengatakan, pertemuan itu untuk menyesuaikan Raperda tentang cagar budaya dengan Undang-undang (UU) Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Dikatakan, Raperda sebelumnya disesuaikan dengan UU Nomor 5 Tahun 1992 tentang Cagar Budaya yang hanya sebatas penyelamatan bangunan cagar budaya.

“Nah, sedangkan di UU yang baru Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya itu nyawanya lebih ke pengelolaan. Jadi nanti bangunan cagar budaya yang ada di Kota Surabaya itu akan lebih mudah pengelolaannya,” kata Retno.

Selain itu, di UU yang baru juga tidak ada lagi kategori bangunan cagar budaya kelas A, B dan C. Namun, disesuaikan dengan tingkatan, yakni lokal di skala kota/kabupaten, regional skala provinsi dan nasional. “Sedangkan calon Perda kita nanti tetap ada penggolongan, untuk memudahkan kegiatan pelaksanaan pelestariannya. Jadi nanti itu ada golongan utama, madya dan pratama,” paparnya.

Ia juga menyampaikan pesan Cak Eri, dalam pelestarian bangunan cagar budaya Pemkot Surabaya harus melibatkan komunitas dan stakeholder. Tujuannya agar bangunan cagar budaya itu bisa dilestarikan secara berkelanjutan sebagai salah satu ciri khas Kota Pahlawan. (pur)

baca juga :

Jokowi Pastikan Tak Ada Impor Beras hingga Juni 2021

Titis Global News

Citayam Fashion Week: Saat Sejumlah Pria Mengamuk Bubarkan Even

Gajah Tunggal Group Sumbang 100 Ribu Masker Kepada Pemprov Jawa Timur 

gas