Global-News.co.id
Mancanegara Utama

Ketika Australia Lockdown Dicekam Varian Delta, Kuncinya Penegakan Hukum dan Disiplin Warga


Suasana lengang di Sir Fred Schonell Drive, salah satu jalur utama yang menghubungkan kampus University of Queensland dan pusat kota Brisbane, Rabu 20 Juni 2021. (Foto/Achmad Supardi)

Empat kota di Australia akhirnya menerapkan lockdown menyusul melonjaknya angka kasus covid-19 di negeri itu. Setelah Sydney, Perth, dan Darwin, kini Brisbane menjadi kota besar keempat yang lockdown untuk menangani penyebaran Covid-19. Achmad Supardi, Dosen Prodi Ilmu Komunikasi, President University, yang juga mantan wartawan Surabaya Post dan kini tengah melanjutkan studi S3 di University of Queensland, Brisbane, merasakan situasi terkunci di rumahnya di kota yang dijuluki Lonely Planet sebagai daerah yang keren itu.

Laporan Gatot Susanto

VARIAN Delta asal India saat ini juga mencekam negeri kanguru. Kota Brisbane pun lockdown selama tiga hari hingga Jumat 2 Juli 2021 hari ini. Namun, bagi Achmad Supardi, lockdown di kota tempatnya tinggal tidak seseram di Eropa atau Indonesia, meski penegakan aturan lockdown dilakukan dengan tegas dan tanpa pandang bulu.
Karena itu, pria asal Madura ini pun masih bisa mengajak istri dan anak-anaknya berolahraga di luar rumah. Hanya saja, selama tiga hari dia tidak bisa mengajak teman atau tetangga olahraga atau makan bersama lebih dari satu orang. Bahkan, tidak bisa mengajak keluarganya yang berbeda tempat tinggal untuk melakukan aktivitas bersama.

“Aturan snap lockdown di wilayah South East Queesland diterapkan mulai tanggal 29 Juni jam 6 sore selama tiga hari. Tapi kita masih boleh berolahraga bersama di luar rumah bersama anggota keluarga serumah dan atau ditambah 1 orang lain yang tidak serumah. Anak dan orangtua yang tinggal di rumah berbeda maka dianggap orang lain. Mereka tetap dianggap sebagai “tamu” bila berkunjung dan harus memperhatikan jumlah maksimal orang yang boleh berkunjung. Ini kan berkaitan dengan virus ya, jadi memang harus dilokalisasi per tempat tinggal sehingga memudahkan pelacakan, tidak peduli hubungan darah,” kata Supardi kepada Koran Global News dan global-news.co.id, Rabu 30 Juni 2021.

Achmad Supardi

Sama dengan lockdown tahun lalu, kali ini acara yang mendatangkan banyak orang dibatasi dengan ketat. Misalnya untuk pemakaman hanya oleh dihadiri 20 orang. Begitu pula acara pernikahan hanya boleh dihadiri 10 tamu undangan tanpa acara joget atau menyanyi. Restoran dan kafe tidak boleh makan di tempat.

“Hanya take away, tempat hiburan, rekreasi, salon kecantikan, gym, tempat ibadah, semua ditutup sementara. Tempat penitipan anak tetap buka karena diangga jasa yang esensial,” katanya.

Artinya, aktivitas di dalam ruangan tidak boleh dilakukan dengan banyak orang, kecuali untuk kegiatan yang sangat esensial seperti bekerja, penelitian dan sejenisnya yang tidak bisa dilakukan dari rumah.

Para pekerja pun dibedakan menjadi dua kelompok. Esensial worker dan non-esensial worker. Contoh esensial worker adalah mereka yang kalau tidak ada maka layanan publik akan terganggu, seperti tenaga kerja medis, sopir angkutan umum, para pegawai kebersihan atau cleaning service, penjaga perbatasan, guru, dan sejenisnya.
“Bagi mereka tidak berlaku lockdown, bisa bekerja seperti biasa dengan prosedur penjagaan kesehatan yang sudah ditetapkan. Sedang yang non-esensial harus bekerja dari rumah dulu atau terpaksa libur,” katanya.

Namun masyarakat tetap boleh melakukan aktivitas esensial seperti berbelanja, hanya saja dibatasi satu orang untuk satu keluarga, tidak boleh berbelanja rame-rame setengah cuci mata seperti biasanya. “Mereka yang bekerja merawat orang lain atau mereka yang butuh perawatan orang lain tetap boleh keluar untuk keperluan tersebut. Yang dibatasi terutama jumlah orang pada lokasi indoor seperti tempat kuliah, rumah makan, klub malam, kafe, shopping center, tempat belanja, tempat ibadah, itu gak boleh dipakai dulu,” katanya.

Saat ini Supardi juga tidak menerima tamu orang lain. Begitu pula warga lain. Mereka saling menyadari kondisinya. Saling menjaga. “Saya jelas tidak menerima tamu dan orang lain juga tahu tidak akan bertamu. Jadi masing-masing sudah punya kesadaran untuk saling menjaga. Kalau sudah lockdown kami tak saling berkunjung,” katanya.

Begitu pula dengan kewajiban memakai masker hanya ketika berada di transportasi umum dan di dalam ruangan. Bila di luar ruangan atau lokasi yang terbuka, tidak wajib. Namun demikian, setiap warga sudah membawa masker karena suatu saat bisa dibutuhkan, seperti saat tiba-tiba naik angkutan umum atau membeli makanan ke restoran yang wajib bermasker.

Yang menarik di Brisbane adalah kesadaran dan disiplin warganya, juga penegakan hukum lockdown yang tegas tidak pandang bulu. Selama lebih dari setahun pandemi Covid-19 membuat warga memiliki kesadaran sehingga polisi pun tidak perlu lagi sering-sering melakukan patroli atau merazia kafe dan tempat lain seperti dilakukan di Indonesia.

“Penegakan aturan di sini dilakukan terutama dengan denda yang cukup besar. Ribuan dollar. Kalau sampai kena, ya lumayan besar. Dulu awal covid tahun lalu ada polisi patroli keliling area tapi belakangan seiring dengan kasus yang tidak terlalu banyak sebab bisa ditekan dan masyarakat juga sudah disiplin, patroli polisi berkurang. Saya jarang melihatnya tapi pasti ada, hanya tidak sesering dulu,” katanya.

Salat Idul Adha

Melonjaknya kasus Covid-19 gegara amuk varian Delta juga sempat membuat khawatir kaum Muslim Australia, sebab sebentar lagi perayaan Idul Adha. Mereka khawatir tidak bisa salat Idul Adha berjamaah dan melakukan kurban.

“Salat Idul Adha belum pasti sebab lockdown kan hanya tiga hari. Ini sudah beberapa kali terjadi di Queensland lockddown singkat. Mungkin yang kedua atau ketiga saya lupa. Snap lockdown ini untuk memberikan kesempatan kepada pemerintah, dalam hal ini negara bagian, melakukan pelacakan cepat dan memastikan bahwa tidak ada lagi penyebaran di tingkat lokal, atau dari warga ke warga. Local transmission dianggap lebih mengkhawatirkan karena artinya virus sudah berkembang di wilayah tersebut, apalagi kalau orang lokal yang positif itu sudah pernah ke mana-mana, sudah belanja dan lain-lain tanpa menyadari dirinya positif. Rantai penyebaran virus ini yang harus segera diputus,” katanya.

Caranya? Ya dengan tracing atau pelacakan. Orang yang positif ditanya detail dia berada di mana saja pada tanggal dan jam berapa. Lokasi itu kemudian disampaikan oleh pemerintah ke warganya dengan imbauan bagi mereka yang berada di lokasi pada tanggal dan jam yang dimaksud harus segera tes dan mengisolasi mandiri sampai diketahui hasilnya. “Kalau hasilnya negatif tidak perlu isolasi, tapi kalo positif harus melanjutkan isolasi mandiri,” katanya.

Selain pelacakan, cara kedua, ya dengan snap lockdown ini. Bila orang tidak lagi berkerumun, virus tidak menyebar, hingga kondisi diharapkan bisa pulih seperti sebelum adanya kasus baru tersebut.

“Ini aparat tegas dan tidak pandang bulu. Dengan adaya denda yang cukup besar membuat orang berpikir dua tiga kali untuk melakukan pelanggaran. Selain itu ada juga hukun pidana penjara bagi mereka yang jelas melakukan pelanggaran lockdown. Misalnya pemerintah Queensland beberapa waktu lalu menetapkan negara bagian Victoria sebagai hotspot, di mana orang dari sana tidak boleh masuk ke Queensland. Kemudian ada orang dari sana berhasil masuk Queensland dengan cara memalsukan dokumen masuk atau memberi keterangan palsu terhadap petugas agar bisa masuk, maka mereka diproses hukum, dikenai denda belasan ribu dollar dan kurungan enam bulan,” katanya.
Warga harus menerima keputusan itu. Sebab ini demi kepentingan bersama.

“Ini adalah keputusan sulit,” kata Premier negara bagian Queensland, Annastacia Palaszczuk. “Kami melakukan lockdown di kota-kota besar karena kedatangan dari luar negeri membawa virus (corona) ke sini,” lanjutnya dikutip dari AFP.

Sementara itu di Perth lockdown sudah berlaku mulai Selasa pagi sampai empat hari ke depan. Sebelumnya Sydney dan Darwin juga lockdown mulai Senin tengah malam (28/6/2021), dan berlangsung minimal empat hari.

Hanya tiga kasus positif corona ditemukan di Perth sejak wabah kembali merebak, tetapi pejabat kesehatan setempat sangat berhati-hati menangani klasternya. “Kami tahu risiko yang ditimbulkan Covid dan kami tahu dari seluruh dunia bahwa varian Delta adalah ancaman lainnya yang tidak dapat kami ambil risikonya,” kata Premier Australia Barat Mark McGowan dalam konferensi pers kemarin.

Australia cukup berhasil menangani Covid-19, tetapi sekarang direpotkan varian Delta yang lebih menular. Kasus Covid-19 di Australia total mencapai lebih dari 30.000 dengan 910 kematian, dalam populasi sekitar 25 juta orang. Wabah terbesar saat ini adalah di Sydney, di mana 130 orang dinyatakan positif Covid-19 sejak seorang sopir untuk awak penerbangan internasional terinfeksi pada pertengahan Juni. Sydney sekarang menerapkan perintah tinggal di rumah selama dua minggu. (*)

baca juga :

Presiden Jokowi Tegaskan vaksinasi Covid-19 Dosis Ketiga Gratis

Redaksi Global News

ITS Bersama PTN di Jatim Gelar Online EJx, Kenalkan Keunikan Wisata Secara Daring

Redaksi Global News

Kantor PU Bina Marga dan Sumber Daya Air Sidoarjo Digeledah KPK

Redaksi Global News