Global-News.co.id
Indeks Madura Pendidikan

Disdik Pamekasan Gelar Diklat Guru Inklusif

 

GN/Istimewa
Suasana diklat guru pengajar inklusif yang digelar Dinas Pendidikan Pamekasan, Sabtu (16/9/2017).

PAMEKASAN (global-news.co.id)-Dinas Pendidikan (Disdik) Pamekasan selama lima hari mulai Sabtu (16/9/2017) menggelar pendidikan dan latihan (diklat) bagi guru inklusif atau guru bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) tingkat sekolah dasar ( SD). Diklat diikuti 78 peserta dari 13 kecamatan di seluruh Kabupaten Pamekasan.

Diklat tahun ini merupakan yang ketiga kalinya dilakukan disdik setempat.  Pesertanya para guru SD yang selama ini menangani atau mengajar para siswa ABK yang ada di sekolah sekolah konvensional. Sementara para pematerinya didatangkan secara khusus dari Dinas Pendidikan JawaTimur.

Materi yang diberikan kepada peserta berupa teori dan praktik. Teori diberikan di lokasi pelaksanaan diklat dan praktik dilakukan di sejumlah SD yang kebetulan menangani siswa ABK.  Para peserta juga akan diberi kesempatan untuk berkunjung ke sekolah luar biasa (SLB) yang secara khusus menangani siswa ABK untuk melihat langsung penanganan siswa ABK secara lebih mendalam.

Kepala Bidang Sekolah Dasar Disdik Pamekasan H. Pramajaya mengatakan selama ini telah tiga kali pihaknya menggelar diklat ini. Tujuannya agar para guru yang menangani siswa ABK di SD konvensional itu akan lebih profesional lagi dalam melaksanakan tugasnya. Selama ini guru yang mengajar siswa ABK itu masih merupakan guru umum.

“Jadi peserta diklat ini adalah guru (sekolah) umum yang menangani atau mengajar ABK. Mereka bukan guru khusus  dengan spesialisasi untuk mengajar ABK. Makanya tiap tahun kita gelar diklat ini agar mereka benar benar bisa profesional dalam melaksanakan tugasnya. Alhamdulillah pesertanya antusis, ” kata Pramajaya.

Pramajaya mengungkapkan, siswa ABK kini tersebar di banyak kecamatan di Pamekasan. Sementara sekolah khusus atau sekolah luar biasa (SLB) yang menangani baru ada di empat sekolah, yakni dua di kecamatan Kota Pamekasan, satu di Kecamatan Tlanakan dan satu di Kecamatan Pademawu.  Karena itu banyak siswa ABK di luar kecamatan tersebut yang selama ini ditangani SD konvensional.

“Makanya guru di SD konvensional yang kebetulan ada anak ABK itu perlu mendapat diklat khusus agar mereka bisa melaksanakan tugas dengan baik. Harus diakui bahwa memang  sempat saat ini SLB baik untuk tingkat SD, SMP maupun SMA yang ada baru di empat titik itu. Semoga saja nanti terus  berkembang minimal ada di semua kecamatan,” harapnya.

Guru inklusif memiliki tugas berat. Sebab dia akan menghadapi siswa yang memilik kondisi yang berbeda. Ada siswa ABK  yang mengalami tuna netra, tuna rungu, autis  dan berbagai bentuk kelainan lainnya yang butuh penanganan khusus.  “Jujur harus diakui sebenarnya tugas guru inklusif sangat berat,” tandasnya. (mas/*)

baca juga :

Info-Demic Lebih Cepat Menyebar Dibanding Virus Corona

Redaksi Global News

Pastikan Transportasi Publik Tetap Berjalan, Wagub Emil Tinjau Terminal dan Bandara di Jatim

Redaksi Global News

Tambah 4 Kasus, Positif COVID-19 di Ponorogo 17 Orang

Redaksi Global News