Global-News.co.id
Na Rona Utama

Kisah Unik Bule Nikahi WNI

TOMI dan Tessa.

JODOH, rezeki, dan mati milik Allah SWT. Tak ada yang mengetahui secara pasti. Begitu pula jodoh para bule dan WNI ini. Mereka menikah dengan segala risikonya. Dengan segala romantikanya. Termasuk risiko soal pekerjaan. Misalnya harus jadi peternak unggas atau tukang rongsokan di negeri orang.

Misalnya pria kelahiran Bandung bernama Tomi ini. Dia bertemu secara unik dengan wanita bule asal Belanda, Tessa. Mereka bertemu saat Tessa tengah menjalani studi double degree di ITB dan kampus di Belanda.

“Kami bertemu 8 tahun yang lalu (sekarang 9 tahun). Saat itu istri saya lagi study double degree S2, tahun pertama di ITB lalu balik ke Belanda,” ungkap Tomi, dikutip dari channel YouTube Tess & Tom, kemarin.

Tomi mengatakan, pertemuan mereka itu justru terjadi kala Tessa akan meninggalkan Indonesia. Di momen tersebut, hubungan mereka mulai terjalin dengan jebakan yang disusun oleh dirinya sendiri. “Terus kita bertemu saat akan balik ke Belanda sekitar pertengahan tahun 2012,” kata Tomi.

“Pas ketemu di tahun 2012, aku dijebak untuk kencan. Aku pikir tadinya bakal ada orang lain yang ikut, tapi ternyata tidak,” sambung Tessa.

“Jadi kamu terjebak dalam mobil sama aku saja ternyata,” jawab Tomi pada sang istri mengingat kejadian tersebut. Meski terjebak, Tessa mengakui bahwa saat itu ia memang merasa jatuh cinta pada Tomi. Bahkan, ia memiliki keyakinan untuk menikahi sosok yang diketahui sebelumnya bekerja sebagai pengamen tersebut. “Tapi ternyata aku benar-benar jatuh cinta sama dia. Aku bahkan sudah siap buat nikahi pria ini, waktu itu,” akunya.

Karena Tessa tak memiliki waktu yang banyak, kemudian ia kembali ke Belanda. Terkait hubungan asmara, mereka lantas menjalani hubungan jarak jauh (LDR). “Tapi aku harus kembali ke Belanda karena harus selesaikan studi master. Pas tahun itu juga di Belanda aku dapat beasiswa pertukaran ke Florida, USA (Amerika Serikat).”

“Dan saat itu, kami putus. Alasannya, pernah bayangkan bagaimana punya perasaan ‘butterfly’ dalam hubungan? Tapi kami berhubungan dengan jarak beda waktu hingga 12 jam. Itu sulit sekali,” tutur Tessa.
“Pas kamu bangun, pasangan kamu baru mau tidur,” sambungnya.

Lain halnya pasangan WNI bernama Agus yang menikahi wanita asal Jerman bernama Viola. Keduanya kini telah dianugerahi satu orang buah hati. Uniknya, sang buah hati justru diajak Agus untuk mencari botol-botol bekas. Kendati demikian, mereka pun tampak antusias dan bahagia saat melakukan hal tersebut secara bersama-sama. “Beb kenapa kamu kumpulin botol plastik?” tanya Viola. “Ini duit cuy,” jawab Agus. WNI di Jerman ini tak malu jadi tukang rongsokan

Setelah mengumpulkan cukup banyak botol-botol, Agus dan Viola lantas pergi ke sebuah supermarket untuk menukarkan botol-botol tersebut. Perlu diketahui, hanya botol-botol yang memenuhi kriteria yang dapat ditukarkan dengan uang. “Biasanya di supermarket, semua supermarket punya mesin recycling,” kata Viola. “Jadi ini kita bisa minta duitnya langsung tanpa harus belanjain, tapi karena kita mau belanja bahan makanan, jadi kita mau pakai ini buat bayar di kasir,” kata Agus.

Lain lagi dengan pasangan berbeda negara yang satu ini. Beberapa waktu lalu, seorang WNI asal Lombok, NTB, bernama Indra Sasak membagikan momen saat dirinya tengah menghabiskan waktu bersama sang istri tercinta WN Prancis. Mereka pun tampak berbahagia meski tinggal di gubuk sederhana.

“Hari ini saya akan buat room tour di rumah mertua saya, rumah kami, kita mulai dari dapur,” ucap sang istri yang orang Prancis. Di sela-sela kegiatan sang istri yang mengungkapkan perihal kondisi kediamannya, ada satu hal tak terduga yang mereka bagikan. Indra beserta sang istri diketahui beristirahat di ruang seluas 6 meter persegi saja serta beralaskan semen. “Ya ini sangat sederhana,” terangnya.

Keduanya kini diketahui telah memiliki buah hati yang lucu menggemaskan. Meski berbahagia, namun bule cantik tersebut sempat mengaku kesulitan untuk beradaptasi. Menggunakan toilet jongkok salah satunya.

Selanjutnya kisah seorang WNI bernama Matrozi serta wanita cantik asal Jerman, Ana, yang juga begitu unik. Kedekatan keduanya berawal keinginan Ana usai tamat SMA untuk mendapatkan pengalaman di luar negeri. Saat tiba di Indonesia, Ana langsung mendapatkan bagian untuk menjadi pengajar. Ia diminta untuk menjadi guru Bahasa Inggris di panti asuhan hingga pondok pesantren daerah tempat tinggal Matrozi yang berprofesi sebagai kuli bangunan di Jerman.

“Aku mendapat kesempatan untuk menjadi guru bahasa Inggris di sebuah panti asuhan dan pondok pesantren. Jadi kami bertemu di pondok pesantren,” jelasnya.

Kedatangan Ana langsung mendapat perhatian Matrozi. Kala itu, dia pun seketika tertarik dengan Ana. Namun, Matrozi sempat merasa minder lantaran latar belakang ekonomi keluarganya. Tapi kedekatan keduanya kian meningkat seiring intensitas pertemuan Matrozi yang ingin turut belajar bahasa asing. Ana mengaku, ia mulai tertarik juga dengan sang suami kala itu. “Aku mikir dua kali, maju mundur, ya bagaimana lagi,” kata Matrozi.

Kisah terakhir yakni datang dari pasangan WNI dengan seorang pria asal Turki. Marni, wanita Lampung itu berhasil menikah dengan Ozdas usai bertemu di sebuah aplikasi daring. Niat baik Ozdas untuk menikah dengan Marni itu pun awalnya tak mendapatkan respon baik. Namun, beberapa waktu setelahnya, Marni pun luluh. Ia bahkan nekat terbang ke Turki seorang diri.

“Saya gak takut ke sana (sendiri), karena cinta ya. Dia orang yang bertanggung jawab juga, terus semisal kalau gak jadi nikah kan orang kampung sudah sedikit tahu kalau saya pacaran dengan orang luar. Jadi kalau semisal aku gak nikah ya aku kerja di sana,” jelasnya.

Mereka pun akhirnya menikah setelah Marni berhasil menemui keluarga Ozdas di Turki. Keduanya pun menikah saat Ozdas masih berprofesi sebagai seorang tentara. Setelah menikah, keduanya lantas memutuskan untuk pindah dan tinggal di Indonesia. Untuk menyambung hidup, Ozdas bahkan tak segan untuk menjadi seorang peternak unggas. Keputusannya pun mendapatkan dukungan dari keluarga. “Mereka (keluarga) menghormati keputusan saya,” terangnya. (mdk, hb)

 

baca juga :

Liga 1: Lupakan Tren Negatif, Madura United Fokus Hadapi Bali United

Redaksi Global News

Command Center 112 Surabaya Jadi Percontohan Nasional

Redaksi Global News

Lanjutkan Pertumbuhan Griya, BNI Perbanyak Opsi Perumahan Akses LRT Jabodebek

Redaksi Global News