Global-News.co.id
Indeks

Hari Penglihatan Sedunia 2018, Menkes Luncurkan Sigalih

Menkes Nila Moeloek didampingi Direktur P2PTM, Cut Putri Ariani, Sekdaprov Jatim, Heru Cahyono, dan Wakil Komite Mata Nasional Aldiana Halim, menekan tombol peluncuran aplikasi Sigalih

SURABAYA (global-news.co.id) – Peringatan Hari Penglihatan Sedunia yang dipusatkan di Surabaya, ditandai dengan peluncuran aplikasi Sistem Informasi Penanggulangan Gangguan Penglihatan (Sigalih) oleh Menteri Kesehatan, Nila F.Moeloek.  Menteri Kesehatan mengatakan, angka kebutaan di Indonesia tergolong tinggi, yaitu 3% dari 250 juta penduduk Indonesia. Dari jumlah itu terbanyak, sekitar 80%  disebabkan oleh katarak yang penanganannya hanya bisa dilakukan dengan cara operasi.

Menurut ”Vision 2020: Right to Sight” yang menjadi komitmen politik pada World Health Assembly ke-56 tahun 2003, angka kebutaan itu harus di bawah 0,5%.  “Kita harus bekerja keras untuk mencapai itu. Setidaknya dalam setahun harus dilakukan 500 ribu operasi katarak,” ujar Menkes dalam Hari Penglihatan Sedunia yang bertema Mata Sehat untuk Semua, di Gedung Graha Indrapura, Puslitbang Humaniora dan Manajemen Kesehatan, Surabaya, Kamis (11/10).

Adanya aplikasi Sigalih diharapkan dapat membantu merealisasi target operasi katarak yang 500 ribu per tahun tersebut.  “Kalau yang 500 ribu itu tidak tertangani, dikhawatirkan akan menumpuk di tahun depan. Padahal kita hanya punya waktu dua tahun lagi untuk mencapai vision 2020 itu,” katanya.

Menteri mengakui, dengan target ini tugas dokter mata memang menjadi berat mengingat jumlah penduduk yang berusia 70 tahun ke atas semakin meningkat.

Sigalih merupakan sistem informasi yang berbasis web/android untuk melaporkan pencatatan dan pelaporan skrining gangguan penglihatan warga negara Indonesia yang melakukan deteksi dini di Posbindu (pos pembinaan terpadu untuk penyakit tidak menular). Sistem rujukan berjenjang ini diharapkan akan terhubung dengan Rumah Sakit sehingga akan dapat diketahui tindak lanjut terhadap pasien yang telah dirujuk.

Lebih lanjut Menteri yang juga dokter spesialis mata ini menjelaskan, katarak merupakan penyakit degenerasi yang tidak bisa diobati tapi bisa dicegah yaitu dengan cara menggunakan topi atau caping dan kacamata untuk melindungi mata dari terpaan sinar ultra violet. Penderita katarak umumnya terdapat di daerah pantai bukan yang berada di daerah pegunungan, dan mengingat Indonesia memiliki banyak pantai tak heran kalau jumlahnya cukup banyak.

Untuk membantu masyarakat bisa melakukan operasi katarak, para dokter mata sudah kerap melakukan bakti sosial antara lain dengan menggandeng perusahaan lewat program CSR-nya. “Kalau hanya mengandalkan BPJS mungkin tidak mencukupi,” kata menteri yang juga dokter spesialis mata ini.ret

baca juga :

Penanganan Kanker, Indonesia Masih Butuh Ratusan Fisikawan Medis

Redaksi Global News

Recovery Rate Jatim Terus Naik, Tembus 2.150 Pasien Sembuh Baru dalam 14 Hari

Redaksi Global News

Badrut Tamam Raih Penghargaan Bupati Peduli Unggulan Daerah

Redaksi Global News