PAMEKASAN (global-news.co.id)-Pemkab Pamekasan serius menangani masalah dampak negatif akibat imunisasi difteri di wilayah Kecamatan Kadur. Pihak Dinas Kesehatan Pamekasan berusaha menyelidiki latar belakang penyebab terjadinya mual-mual, lemah dan muntah yang diderita puluhan siswa di lingkungan Lembaga Pendidikan Al Falah, Desa Kadur.
Dinas Kesehatan Pamekasan, Selasa (20/2/2018), melakukan dialog dengan sejumlah fungsionaris Forum LSM Pamekasan di ruang pertemuan Kantor Dinas Kesehatan. Dalam audiensi ini hadir Kepala Dinas Kesehatan Pamekasan Ismail Bey dan tiga orang dokter spesialias yakni spesialis anak, penyakit dalam dan psikiater.
Hingga kini belum diketahui secara pasti penyebab terjadinya mual muntah dan lemas yang dialami oleh puluhan siswa Al falah tersebut. Namun dari analisa sementara tim dokter diperkirakan terjadi karena faktor psikologis yaitu ketakutan yang luar biasa dari siswa atas program imunisasi tersebut.
Sekedar diketahui puluhan siswa SMP dan SMA Al Falah Kadur yang mengikuti imunisasi difteri mengalami sakit mual, muntah dan lemas setelah dilakukan imuniassi difteri atas mereka Sabtu (10/2/18) lalu. Sebagian siswa ada yang dirujuk ke Puskesmas Kadur dan sebagian yang lain sempat dirujuk ke sejumlah rumah sakit yang ada di kota Pamekasan. Tidak ada korban jiwa, namun karena banyaknya korban, sempat mendapat perhatian Kepala Dinas Kesehatan yang hadir kelokasi.
Pengurus Forum LSM itu mengungkapkan tentang berbagai hal yang diduganya menjadi penyebab munculnya efek negatif imunisasi tersebut. Di antaranya kurangnya sosialisasi bagi siswa yang akan diimunisasi. Mereka juga melihat adanya kekurangan profesionalan tenaga medis yang melakukan imunisasi. Karena itu Forum LSM meminta agar untuk sementara imunisasi lanjutan ditunda dulu.
Ismail Bey Kepala Dinkes Pamekasan mengungkapkan kasus Kejadian Luar Biasa (KLB) difteri di Jawa Timur terjadi sejak tahun 2011, sudah terjadi dan memuncak pada tahun 2017 dengan 460 kasus yang meninggal mencapai 15 orang. Sejak tahun 2018 ini di Jatim terjadi 175 kasus.
“Sedangkan di Pamekasan tahun 2017 lalu terjadi 4 kasus dan pada tahun 2018 kini baru dua bulan sudah terjadi 8 kasus. Karena itu maka keluarlah Surat Gubernr Jatim dan Keputusan Bupati Pamekasan tentang penetapan status KLB difteri di Pamekasan tahun 2018 ini,” katanya.
Karena itu, kata Ismail, perlu dilakukan Outbreak Response Immunization (ORI) yaitu suatu tindakan pemberian imunisasi massal untuk merespon KLB dalam 3 kali pemberian dengan interval pemberian 0,5 dan 5 bulan. Tujuannya agar penyakit tersebut tidak makin meluas dengan cara memberikan difteri kepa kelompk usia tertentu sehingga dapat memutus penularan difteri.
Sasaran ORI difteri, lanjut Ismail, 3 golongan umur manusia yakni umur 1-5 tahun menggunakan vaksin DPT HB HIB, umur 5-7 tahun menggunakan vaksin DT dan umur 7 hingga 19 tahun menggunakan vaksin Td. ORI di Pamekasan proyeksinya tahun ini sebanyak 246 anak. Hingga tanggal 19 Februari kemarin untuk usia 1-5 tahun mencapai 39,73 %, umur 5-7 tahun mencapai 45,39 % dan umur 7-19 tahun mencapai 37.85 persen. Total mencapai 39.23 %. (mas/*)