SURABAYA (global-news.co.id) – Pertumbuhan ekonomi Jawa pada triwulan II 2023 tumbuh 5,24% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan I 2023 (4,96%, yoy). Pertumbuhan ekonomi Jatim yang meningkat dibandingkan triwulan I 2023 didukung perbaikan konsumsi RT seiring dengan adanya momen HBKN (Hari Besar Keagamaan Nasional) Idul Fitri, Idul Adha serta long weekend, peningkatan investasi seiring dengan percepatan proyek strategis nasional maupun proyek swasta.
Selain itu juga didorong adanya peningkatan konsumsi pemerintah didorong oleh realisasi gaji-13 dan THR, pemberian rapel bansos 3 bulan serta berlangsungnya subsidi penanggulangan kenaikan BBM juga ikut memengaruhi pertumbuhan ekonomi Jatim di triwulan II 2023.
“Kinerja ekonomi Jawa Timur triwulan II 2023 tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan I 2023 sejalan dengan kinerja konsumsi pemerintah dan investasi yang lebih tinggi. Hal tersebut mendorong peningkatan kinerja lapangan usaha industri pengolahan dan lapangan usaha konstruksi,” kata Kepala Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia Jatim Doddy Zulverdi dalam acara Bincang Bareng Media 2023 di Kantor Perwakilan BI Jatim, Selasa (8/8/2023).
Dijelaskan Doddy, perbaikan indikator ekonomi hingga akhir triwulan II 2023 tercermin dari peningkatan investasi penanaman modal, Prompt Manufacturing Index (PMI), impor bahan kontruksi, dan realisasi belanja daerah Jawa Timur.
Penanaman Modal Asing (PMA) sektor Transportasi dan Industri Kimia meningkat pada triwulan II 2023, sementara Penanaman Modal Dalam Negari (PMDN) ditopang oleh investasi pada sektor Perumahan, Kawasan Industri, dan Industri Makanan.
Prompt Manufacturng Index (SKDU) Jatim juga meningkat pada triwulan II 2023 yang mendorong perbaikan kinerja Investasi dan Industri. “Belanja Daerah turut meningkat pada triwulan II 2023. Perbaikan kinerja impor bahan konstruksi pada triwulan II 2023 juga mengindikasikan akselerasi kinerja investasi dan konstruksi,” katanya.
Sedangkan inflasi gabungan Kota/Kab IHK di Jawa Timur pada Juli 2023 tercatat sebesar 4,11% (yoy), lebih rendah dibandingkan capaian pada 2022 sebesar 6,52% (yoy) dan triwulan II 2023 sebesar 4,59% (yoy), namun lebih tinggi dari tingkat inflasi nasional sebesar 3,08% (yoy).
Tingkat inflasi tahunan tertinggi adalah Kota Surabaya dan terendah adalah Kota Madiun. Inflasi tahunan di Kota Surabaya didorong oleh komoditas bensin didorong adanya penyesuaian harga BBM pada September 2022, sementara inflasi tahunan terendah di Kota Madiun seiring penurunan harga pada cabai rawit.
“Tekanan inflasi Jawa Timur yang terus melandai tidak terlepas dari upaya pengendalian inflasi Jawa Timur melalui implementasi GNPIP yang masif, bersinergi dengan TPIP dan TPID,” katanya.
Sedangkan tingkat inflasi tahunan mayoritas kelompok barang tercatat melandai dibandingkan capaian pada 2022 dan triwulan II 2023. Pada Juli 2023, melandainya tingkat inflasi terutama ditopang oleh penurunan harga komoditas hortikultura, khususnya cabai rawit, bawang merah, dan tomat seiring terjaganya pasokan dan masa panen hortikultura, terjaganya stok beras yang ditopang oleh intensifikasi penyaluran SPHP beras dan terciptanya ekuilibrium harga baru.
Di sisi lain, masih tingginya tingkat inflasi Jawa Timur pada Juli 2023 terutama disebabkan oleh kenaikan harga daging dan telur ayam ras sejalan dengan kenaikan harga pakan (jagung, gandum, dan soybean meal) sejak Desember 2022. Selain itu dipicu berkurangnya pasokan akibat rendahnya harga daging dan telur ayam selama akhir 2022 hingga lebaran 2023 sehingga peternak mengurangi ternak.
Tingkat inflasi pada Juli 2023 turut dipengaruhi kenaikan biaya pendidikan, permintaan tiket pesawat yang masih tinggi, serta terbatasnya pasokan bawang putih diiringi belum optimalnya impor bawang putih.
Sementara lanjut Doddy, kinerja intermediasi perbankan di Jawa Timur pada triwulan II 2023 masih terjaga, tercermin dari peningkatan kinerja kredit secara nominal pada korporasi dan RT. Peningkatan kinerja kredit sejalan dengan penurunan suku bunga kredit perbankan dan membaiknya risiko kredit pada triwulan II 2023. Risiko kredit terpantau membaik dan berada di bawah threshold (5%), sementara Rasio Likuiditas perbankan terpantau terjaga (range RMI 80% – 92%). (tis)