Global-News.co.id
Ekonomi Bisnis Utama

Peneliti Hidrogen AS Beri Saran Atasi Oversupply Gas di Jatim

OKLAHOMA (global-news.co.id) – Peneliti hidrogen asal Indonesia di Amerika Serikat (AS), Dr Natarianto Indrawan, memberi tanggapan terkait masalah oversupply gas di Jawa Timur (Jatim). Founder dan CEO FlexiH, LLC,– sebuah perusahaan rintisan dalam mendukung pengembangan Hidrogen Hub (H2Hub) di AS–, ini memberi sejumlah saran kepada Pemerintah, khususnya Pemprov Jatim, agar oversupply gas bisa dimanfaatkan secara maksimal untuk mengembangkan industry, menggairahkan iklim investasi, sekaligus mendukung pertumbuhan ekonomi di wilayah ini.

Natarianto Indrawan yang kini merintis bisnis energi baru terbarukan (EBT) di Tanah Air maupun di negeri Paman Sam itu, mengusulkan, Pertama, Pemerintah perlu membangun lebih banyak lagi kawasan industri dengan ketersediaan infrastruktur gas di dalamnya di wilayah Jatim.

“Adanya kawasan industri akan membuka lebih banyak penyerapan gas untuk mendukung transisi energi karena gas alam merupakan sumber energi yang rendah emisi karbon dibandingkan dengan bahan bakar fosil lainnya,” kata Dr Natarianto Indrawan kepada Global News, Rabu (14/8/2024).

Kedua, kata dia, mentransformasi kelebihan gas tersebut ke produksi ammonia. Selama ini ammonia tidak ada masalah dalam hal penyimpanan dan transportasi, sebab sudah biasa dipakai di industri pupuk. Natarianto sendiri sekarang tengah menggeluti usaha di bidang ini. Yakni proses produksi hidrogen menjadi ammonia atau ammonia menjadi hidrogen yang sekarang menjadi fokus usaha yang sedang dikembangkan baik di AS maupun di Indonesia.

“Keberadaan ammonia dalam skala besar, dapat dengan mudah ditampung dengan infrastruktur yang sudah memadai. Ammonia dapat meningkatkan ketahanan energi wilayah karena mudah untuk dikonversi ke hydrogen pada penggunaan masa depan,” katanya.

Ketiga, mentransformasi kelebihan gas alam ke produksi berbagai produk turunan berharga lainnya selain ammonia, seperti DME dan methanol. Kedua produk ini masih diperlukan di tanah air, khususnya DME sebagai pengganti LPG dan methanol untuk bahan baku industri lainnya.
“Keempat, mempercepat perluasan infrastruktur pipa gas di kawasan, tidak hanya di wilayah Jatim namun di sekitar dengan target industri, komersial dan perumahan. Mendukung upaya yang telah berjalan seperti saat ini, seperti konversi ke CNG, juga diperlukan.” katanya.

Seperti diberitakan Global News sebelumnya, Jatim mengalami oversupply produksi gas. Kelebihan gas itu tidak bisa diserap oleh industri karena tidak adanya infrastruktur gas, padahal industri sangat membutuhkan lantaran harganya lebih murah dan ramah lingkungan. Pemanfaatan gas secara maksimal oleh industri ini sekaligus bisa mendukung pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Jatim.

Yang menarik, ketika industri di Jatim kesulitan mendapatkan gas gegara tidak adanya infrastruktur gas tadi, ada kemungkinan kelebihan gas di Jatim itu justru akan dinikmati oleh industri di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Barat setelah tersambungnya infrastruktur gas yang dibangun di wilayah tersebut.
PT PGN Tbk (PGAS), Subholdig Gas Pertamina, menyebutkan, saat ini perusahaan tengah mengusahakan kelebihan pasokan gas di Jawa Timur akan dialokasikan ke Jawa Barat. Direktur Utama PGN Arief Setiawan Handoko mengatakan, pada tahun 2024 diperkirakan proyek pipa gas transmisi Cirebon-Semarang terbangun, sehingga nantinya kelebihan gas dari Jawa Timur bisa dialirkan ke Jawa Barat.

“Ya, untuk 2024 sudah dibangun untuk sektor Semarang-Cirebon. Artinya nanti oversupply (kelebihan pasokan) Jawa Timur bisa dikirim ke Jawa Barat yang sedang shortage (kekurangan),” ungkap Arief dikutip dari CNBC Indonesia dalam program Energy Corner.

Potensi gas bumi di wilayah Jawa Timur memang akan terus melimpah. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat masih terdapat potensi tambahan produksi gas bumi dari Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang beroperasi di wilayah ini.

Total potensi tambahan tersebut berasal dari KKKS Petronas Carigali Ketapang II Ltd. memiliki potensi dari Lapangan Bukit Panjang sekitar 50 MMscfd mulai tahun 2026 hingga 2033. Sedangkan, KKKS Husky-CNOOC Madura Ltd. memiliki potensi pengembangan 2 lapangan gas MDK dan MBH dengan kapasitas produksi 24 dan 20 MMscfd. KKKS Medco Sampang juga memiliki lapangan gas Paus Biru yang dapat berproduksi 30 MMscfd dan lapangan ENC yang dioperasikan KKKS EML juga siap dikembangkan dengan kapasitas sampai 30 MMscfd, serta KKKS Kris Energy juga siap mengembangkan lapangan Lengo dengan kapasitas sampai 100 MMscfd.

Sebelumnya SKK Migas melaporkan angka oversupply gas di Jatim untuk tahun 2023 telah mencapai 173 MMscfd, posisi potensi lifting gas (sesuai WP&B) per Desember 2023 mencapai 747 MMscfd. Sedangkan serapan dari hilir seperti PLN hingga Petrokimia Gresik hanya 574 MMscfd.

Bahkan berdasarkan proyeksi yang disampaikan SKK Migas, bila sejumlah wilayah kerja (WK) migas di Jawa Timur dan Jawa Tengah jadi mengembangkan temuan lapangan gasnya maka potensi produksi gas bakal naik terus sampai titik puncak produksi pada rentang tahun 2030.

Saat ini di Semester I 2024, kondisi pasokan gas berlebih atau oversupply di Jatim dan Jateng masih tidak banyak berubah mengingat pada kuartal I 2024 serapan gas rata-rata masih 557 MMscfd.
Persoalan ancaman oversupply gas di Jatim menjadi perhatian khusus dalam rangkaian acara reuni alumni Fakultas Teknik Mesin ITS Tahun 1984 — M 27 saat mengadakan reuni mulai 25 Mei hingga 26 Mei 2024 lalu. Di mana dalam pembukaan acara reuni digelar Kuliah Tamu dari Senior untuk Yunior Teknik Mesin ITS di Kampus ITS, Sabtu (25/5/2024) pagi hingga siang dengan mengambil tema Jawa Timur Over Supply Gas, Bisakah Mendukung Ketahanan Energi Jawa Timur?.

Tampil sebagai pembicara pertama Nurwahidi, mantan Kepala SKK Migas Jabanusa yang sekaligus alumnus Fakultas Teknik Mesin ITS. Ia menegaskan, Jatim mempunyai potensi besar gas yang hingga kini belum optimal dimanfaatkan untuk kesejahteraan rakyat.

“Hal ini karena belum membaiknya infrastruktur. Terutama pipa-pipa gas yang belum ada di sejumlah kawasan industri,” katanya.

Nurwahidi mengatakan, tahun 2023 potensi Lifting gas Jatim dan Jateng kisaran 750 MMscfd, sedangkan serapannya rata-rata hanya 557 MMscfd. Jadi masih ada kelebihan gas sekitar 170 MMscfd. Sampai saat ini belum ada penambahan pembeli gas yang signifikan, sehingga rencana pengembangan lapangan gas lainnya menjadi tertahan karena belum ada buyernya. (gas/fan)

baca juga :

Bersama Persib, Beckham Sambut Tantangan Baru di Musim Baru

Kodrat Jatim Genjot Even, Usai Lebaran Gelar Kejurprov di Kediri

Redaksi Global News

SEA Games ke-31, Atlet Sepeda Peraih Emas dan Perak Disambut Meriah Masyarakat Lumajang