Global-News.co.id
Politik Utama

Kegagalan Pencalonan Anies dan Legitimasi Politik Pilkada Jakarta

Masdawi Dahlan

Oleh Masdawi Dahlan

SETELAH ditunggu tunggu akhirnya dipastikan PDIP tidak mengusung Anies Baswedan dalam Pilkada Jakarta. Masyarakat utamanya para pendukung Anies dan masyarakat yang pro demokrasi dan perbaikan bangsa sebelumnya sangat menunggu kepastian apakah benar PDIP akan mengusung Anies Baswedan atau tidak. Kini penungguan dan harapan itu terjawab. Bahkan Anies juga dikabarkan menolak saat PDIP menawari maju di Pilkada Jawa Barat.

Akibat Anies Baswedan tidak bisa maju di Pilkasa Jakarta, warga Jakarta khususnya para pendukung Anies Baswedan mengancam akan golput, bahkan ada yang mengancam akan melakukan gerakan untuk mencoblos semua pasangan agar surat suara tidak sah. Mereka mengkhawatirkan kalau hanya dengan golput masih berbahaya karena bisa jadi surat suara yang kosong itu dicoblos oleh pihak yang tidak bertangungjawab.

Polling yang dilakukan oleh Republika.co.id menghasilkan 73,7 % masyarakat Jakarta akan golput, sedangkan pasangan Ridwan Kamil-Suswono hanya mendapat 12,1 persen. Pasangan Pramono-Rano mendapat 6,6persen dan pasangan Dharma-Kun mendapat 7,6 %. Refly Harun Channel juga melakukan polling dengan hasil 80 % warga Jakarta akan melakukan Golput. Akun Aksanation menghasilkan RK-Suswono meraih 6 persen, Pramono-Rano 6 persen, Dharma-Kun meraih 2 persen, dangan responden yang akan coblos semua pasangan mencapai 87 persen.

Jika ini terjadi siapapun yang akan menjadi pemenang pada Pilkada Jakarta nanti benar benar tidak legitimet secara politik dan akan menjadi beban dalam menjalankan tugas pemerintahannya. Secara formal pemenang bisa memenuhi ambisinya menjadi peminpin Jakarta, namun kepemimpinannya akan kropos akan mudah mengalami persoalan. Kepemimpinannya tidak akan efektif karena tidak dapat dukungan dari rakyatnya. Dan bisa jadi jika ada momentum rakyat akan memberontak membuat berbagai persoalan yang akan menyebabkan terganggunya pembangunan Jakarta.

Jika PDIP Mengusung Anies

Bagi PDIP jika jadi mengusung Anies Baswedan sebenarnya akan menjadi kekuatan mendapatkan kemenangan dalam Pilkada Jakarta. Masyarakat pendukung PDIP yang besar di Jakarta bersama massa pendukung Anies Baswedan akan bersatu padu berupaya memenangkan pasangan kebanggaan mereka. Lain lagi jika nanti ditambah dengan massa pendukung Anies yang berasal dari PKS, PKB dan Nasdem yang sebelumnya telah jatuh hati pada Anies pada momentum Pilpres.

Seandainya Anies dengan PDIP bisa bergabung dalam momentum Pilkada Jakarta, sebenarnya tidak hanya menarik jika dilihat dari hitungan hitungan angka menuju kemenangan pasangan calon, namun yang sangat substansial adalah pertemuan antara PDIP dan Anies merupakan momentum sejarah bertemunya dua ideologi besar yakni nasionalisme yang dalam konteks politik di Indonesia lebih dikenal dengan istilah Soekarnoisme, dengan ideologi Islam yang merupakan agama yang terbesar dianut oleh masyartakat Indonesia.

Tema demokrasi, kebangsaan ke Indonesiaan dan agama, selama ini menjadi komitmen Anies Baswedan. Dia selama ini dikenal sosok muslim yang inklusif dan moderat yang bisa sangat mesra berkomunikasi dengan banyak golongan agama lain. Bahkan dalam pertemuannya dengan DPD PDIP Jakarta berapa hari lalu, Anies mengaku banyak membicarakan tentang masalah demokrasi, kebangsaan dan ke Indonesiaan, ekonomi dan masalah toleransi beragama.

Soekarnoisme

PDIP merupakan partai politik yang mengusung ideologi nasionalis. Bahkan PDIP sering mengaku sebagai partai politik yang menjalankan ajaran Soekarno, presiden pertama Indonesia. Ideologi nasionalis terbentuk dari kesadaran Soekarno melihat secara langsung tentang kehidupan masyarakat yang terpinggirkan dan perlu mendapatkan hak yang sama dengan kelompok lainnya.

Peran Soekarnoisme di Indonesia hingga kini masih kuat dan itu ada dan dilestarikan oleh warga dan simpatisan PDIP. Karena ideologi nasionalisme sebenarnya merupakan watak dasar kemanusiaan dalam membangun sosial dan bangsa. Dilihat dari segi agama, pengikut ajaran Soekarno di Indonesia mayoritas adalah umat Islam.

Nasionalisme memang ideologi yang bisa menembus batas kultur rasa hingga batas keyakinan keagamaan.

Anies Moderat

Anies Baswedan sosok yang sangat inklusif dan moderat. Memang dia sempat diidentikkan dengan kelompok Islam yang kaku dan keras. Tapi anggapan itu hilang tak terbukti ketika dia memimpin Jakarta. Saat itu dia tidak hanya dikagumi karena keberhasilannya menciptakan suasana demokrasi yang sempurna di Jakarta, namun juga berhasil menginternalisasikan sikap keIndonesiaan dan kebangsaan yang merata bagi masyarakat Jakarta.

Tuduhan bahwa dia orang yang intoleran bahkan dinilai sebagai tokoh politik identitas, semuanya hilang tak terbukti setelah dia bisa menunjukkan sebagai sosok yang memperjuangkan demokrasi, keIndonesiaan dan kebangsaan dan menanamkan nilai nilai kebersamaan yang sangat bagus di Jakarta. Anies bisa membangun komunikasi secara tulus dengan seluruh elemen keagamaan lain, hingga banyak disanjung oleh tokoh agama lain, karena kepemimpinannya yang inklusif bisa mengantarkan Jakarta menjadi ibu kota negara yang indah rukun aman dan nyaman.

Nasionalisme adalah ideologi besar ciptaan manusia, namun dalam Islam nasionalisme adalah bagian dari ajaran Islam yang sangat substantif. Islam mengajarkan bahwa sebaik baik manusia adalah yang paling banyak memberikan manfaat bagi orang lain. Islam dilarang bersikap egois, hedonis, ekslusif dan tidak peka terhadap persoalan social. Islam juga sangat menekankan tentang perlunya cinta tanah air. Hubbul watan minal iman, cinta tanah air sebagian dari iman. Islam menghormati dan menghargai keyakinan agama lain.

Berkah Bagi Indonesia

Seandainya Anies dengan PDIP bisa bertemu ini akan menjadi sinyal kebaikan bagi bangsa Indonesia. Bertemunya ideology nasionalisme dan Islam moderat akan menjadikan suasana psykologis hubungan kebersamaan masyarakat Indonesia dilandasi dengan kematangan dan kedamaian. Ini akan menjadi momentum bagi bangsa Indonesia untuk membangun kebersamaan dalam bingkai yang lebih luas lagi dalam rangka mencapai cita cita persatuan dan pembangunan Indonesia.

Di Indonesia hingga kini masih terasa adanya kotak kotak perbedaan ideology kelompok, sehingga persatuan yang utuh masih belum tercapai. Bhinneka Tunggal Ika terasa masih belum terimplementasi dengan baik. Aneka suku bangsa dan ras yang menjadi ciri khas masyarakat Indonesia, seringkali mudah goyah jika terusik oleh peristiwa, diantaranya peristiwa politik dan ketidakadilan ekonomi.

Bertemuanya Anies-PDIP ini menjadi menunjukkan bahwa keragaman ideology kelompok suku dan budaya dan agama di Indonesia, masih bisa dipertemukan dengan niat yang tulus dan jujur untuk membangunan bersama. Ideologi yang dimiliki oleh partai atau kelompok lainnya, baik bersifat keagamaan, kebangsaan dan kekaryaan akan bertemu dalam satu ruang bersama yang dipenuhi dengan semangat membangun untuk kejayaan bangsa kedepan.

Namun semua itu kini tinggal harapan saja. Konstelasi politik dalam rekrutmen kepemimpinan Indonesia berjalan seperti biasanya yang penuh intrik, kepentingan sesaat, mengutamakan kepentingan kelompok hingga melupakan kepentingan bangsa yang besar, yakni kepentingan rakyat, demokrasi dan persatuan hingga kepentingan bangsa Indonesia dalam jangka panjang. (*)

*Penulis adalah wartawan Global News Biro Pamekasan.

baca juga :

Harga Capai Rp 20 Ribu/Kg, Petani Cabai di Bojonegoro Raih Untung

Redaksi Global News

Walikota Eri Ajak Warga Nonton Bareng Film “Koesno”

Redaksi Global News

Penyebaran COVID-19 di Surabaya Meluas, Masjid Al-Akbar Tutup Sementara

Redaksi Global News