Global-News.co.id
Malang Raya Utama

Halal Bihalal Kebangsaan Malang Raya, Dr Sugiharta Tandya Tegaskan Pentingnya Mempertahankan NKRI

MALANG (global-news.co.id) –Halal Bihalal Kebangsaan yang digelar di Tychi Hotel (d/h Kartika Graha Hotel), Malang, Minggu (30/4/2023) pesertanya di luar dugaan panitia, yakni mencapai 675 peserta. Padahal targetnya hanya 400 peserta. Hal ini karena acara tersebut dihadiri pejabat pemerintah Wakil Walikota Malang Sofyan Edi, Wakil Bupati Malang Didik Gatot Subroto, Ketua DPRD Kota Malang I Made Riandiana Kartika, juga anggota DPR RI Andreas Edi Susetyo, Forkopimda Kota Malang, pemuka agama, hingga sejumlah organisasi keagamaan dan kemasyarakatan.
Acara yang mengambil tema Penegasan Jati Diri Bangsa tersebut terselenggara atas kerjasama PITI Malang Raya, PMSTI Malang Kota, Arta Asia Putra, Optik Internasional, Golden Tulip dan PJM Group.
“Kami panitia cukup kaget, karena undangannya hanya 400 peserta yang hadir tercatat 675 peserta. Belum lagi yang tidak tercatat. Saya mengucapkan syukur Alhamdulillah, semua rangkaian acara berjalan aman terkendali,” kata Dr. dr. H. Sugiharta Tandya SpPK., Ketua PITI Malang Raya.
Dr Tandya yang juga Ketua PSMTI Kota Malang tersebut mengatakan, dengan Halal Bihalal ini diharapkan, semua lapisan masyarakat menyadari betapa pentingnya kita mempertahankan NKRI.
” Terutama sekali bagi organisasi masyarakat, dimana pemahaman keutuhan NKRI harus menjadi hal pokok dalam menjalankan roda-roda organisasinya,” katanya kepada global-news.co.id seusai acara.
Apalagi, kata dr. Tandya, dimasa globalisasi ini yang semakin mengarah pada kehidupan yang individualistik. Akibatnya, mereka terkadang menunjukkan sikap yang kurang peduli dalam memelihara, menjaga, serta mengembangkan wawasan kebangsaan. Minimnya kepedulian terhadap nasionalisme atau wawasan kebangsaan itu juga mulai dirasakan oleh masyarakat Indonesia.
Kehidupan individualistik tersebut secara perlahan mulai menggerus rasa kepedulian terhadap kehidupan bersama, terutama rasa cinta terhadap bangsa dan negara.
Gambaran kondisi kehidupan masyarakat Indonesia seperti itu tidak bisa terus dibiarkan, sehingga perlu disikapi secara bijak dan arif agar Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tetap utuh dan kokoh.
Arus globalisasi telah menyebabkan nilai-nilai yang mengikat persatuan bangsa terabaikan, tergeser oleh nilai-nilai dari luar yang dipandang sebagai nilai universal.
“Nilai-nilai kebebasan, kesetaraan, paham liberalisme diterapkan tanpa dilandasi oleh adat budaya bangsa. Kondisi itu menggambarkan semakin lunturnya semangat nasionalisme. Akibatnya, banyak warga negara merasa tidak terikat dengan negara bangsanya, serta tidak merasa bangga sebagai warga bangsa,” katanya.
Lebih lanjut Tandya mengatakan, jati diri bangsa merupakan identitas suatu bangsa yang menjadi pemicu semangat kelangsungan hidup bangsa yang bersangkutan. Bagaimana kita mengenali kebangsaan seseorang mulai dari tutur kata, tingkah laku, dan pandangan hidupnya itu merupakan Jati diri bangsa.
“Singkatnya, jati diri adalah semacam moralitas atau etiket publik yang menjadi pegangan kehidupan orang per orang dalam suatu bangsa. Kita ketahui bersama di Indonesia saat ini jati diri bangsa mulai memudar. Ditandai dengan mulai lunturnya nilai-nilai kebudayaan bangsa indonesia. Budaya adalah suatu aspek hidup yang berkembang dan dipunyai oleh sekelompok orang, serta diturunkan dari generasi ke generasi, pungkasnya.
Acara Hahal Bihalal yang kedua kalinya itu digelar dengan aman lancar dan meriah. Acara dengan tujuan untuk meningkatkan tali silaturahim tersebut, tahun depan juga akan digelar untuk ketiga kalinya. (Erfandi Putra).

baca juga :

Penerimaan Mahasiswa Jalur Mandiri Regular dan Kemitraan Unair Segera Dibuka

Redaksi Global News

PSBB Surabaya Raya Mulai 28 April 2020

Redaksi Global News

Antisipasi Kejahatan, Polresta Sidoarjo Masifkan Patroli Malam