SURABAYA (global-news.co.id) – Negeri jiran Malaysia masih memberlakukan lockdown sehingga berdampak secara ekonomi. Termasuk memukul Tenaga Kerja Indonesia (TKI) atau pekerja migran Indonesia di negeri itu karena sejumlah proyek berhenti. Para TKI pun menganggur sehingga tidak memiliki pendapatan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Bahkan, mereka sampai harus meminta ditransfer uang kepada familinya di Tanah Air.
Seperti dialami oleh Mohammad. “Sudah hampir sebulan ini saya tak bekerja, sehingga uang habis untuk makan. Dana untuk membeli makanan sehari-hari sudah mulai seret. Pasalnya, beberapa waktu lalu saya sakit. Jadi uang saya cukup banyak keluar untuk berobat. Karena itu, saya minta kiriman (transfer) dari orang tua. Sejumlah teman saya juga begitu, minta ditransfer dari keluarganya di tanah air,” katanya kepada Global News Rabu 4 Agustus 2021.
Belum lagi, katanya, polis (polisi, Red.) yang selalu mengadakan operasi. “Jadi selain berhenti bekerja, saya juga masih dihantui ketakutan terkena operasi,” kata Mohammad asal Madura yang menjadi TKI tidak resmi itu.
Hal senada juga dikatakan Sri Wahyuni. “Sejak lockdown, saya berhenti bekerja. Sudah pasti pendapatan berhenti total. Saya punya warung. Sejak lockdown terpaksa tutup warung saya,” kata wanita asal Kediri yang sudah 10 tahun berada di Malaysia ini.
Ketua Umum PCI Muslimat Nahdlatul Ulama (MNU) Malaysia, Dra Mimin Mintarsih, membenarkan kondisi di negeri jiran itu. Lockdown yang sudah lama diberlakukan belum dicabut sehingga warga tidak bisa melakukan aktivitas. Tidak bisa bekerja. Apalagi sekarang kasus Covid-19 melonjak lagi. “Sampai sekarang belum ada pengumuman yang baru, masih lockdown yang pertama,” kata Mimin kepada DutaIndonesia.com dan Global News Rabu 4 Agustus 2021.
Kondisi di Malaysia belum berubah sebab masih lockdown ketat. “Saya juga belum bisa bekerja. Insya Allah minggu depan sudah masuk ke kantor. Untuk sektor usaha, di sini jualan makanan misalnya boleh tapi harus dibungkus. Tapi itu untuk warga Malaysia sendiri, sedang WNI banyak kerja di proyek bangunan. Sebagai pekerja kasar, sementara sekarang proyek-proyek juga berhenti,” katanya.
Karena itu banyak WNI di Malaysia terdampak sehingga secara ekonomi terpukul. Hal itu pula yang membuat Pengurus Cabang Istimewa Muslimat Nahdlatul Ulama (PCI MNU) Malaysia menggalang dana bantuan untuk Warga Negara Indonesia (WNI) di Malaysia. Tujuannya untuk mengurangi dampak pandemi covid-19 yang juga dialami WNI di negeri jiran tersebut. Bantuan tersebut total senilai Rp 398.345.000 yang sudah disalurkan beberapa hari lalu.
“Bantuan yang semuanya berupa paket sembako tersebut berasal dari seluruh elemen masyarakat Indonesia di Malaysia dan Singapura,” tutur Mimin Mintarsih.
Secara rinci, para donatur adalah KBRI (2.593 paket sembako), Bu Dewi (50 paket), Syarikat Paket Mail Sdn Bhd (210 paket), Keluarga Besar Mak Minah dari Singapura (60 paket) dengan total bantuan sebesar 2.913 paket sembako.
Mimin juga merincikan, bantuan tersebut dibagikan kepada Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang tidak bisa bekerja akibat lockdown yang diterapkan Kerajaan Malaysia. Pendistribusian akan sepenuhnya melibatkan Pengurus Muslimat dengan bantuan beberapa banom PCI NU Malaysia seperti Fatayat, Ansor, Banser, Sarbumusi, Pagar Nusa, KMNU, dan PMII.
Bantuan sendiri sebenarnya mulai didistribusikan kepada para PMI pada awal bulan Juni dan selesai sesuai target pada Juli 2021.“Saya sudah dua bulan tidak bekerja. Saya sangat berterima kasih atas bantuan ini,” tutur Herlina, seorang WNI asal Gresik.
Mimin pun berterima kasih atas bantuan KBRI dan semua pihak yang mendukung program ini. “Saya mewakili segenap pengurus dan anggota PCI Muslimat NU Malaysia salut dan berterima kasih atas bantuan dari Pemerintah Indonesia melalui KBRI. Ini bukti bahwa Pemerintah masih memberikan perhatian besar terhadap warganya di Malaysia,” kata Mimin.
Lebih khusus lagi, kata Mimin, ini merupakan bentuk kepedulian PCI Muslimat secara khusus dan PCINU dan Keluarga Besar Warga Nahdliyyin Malaysia secara umum terhadap warga Indonesia di Malaysia. “Kita mengharapkan dalam situasi seperti ini NU hadir dengan langkah nyata untuk masyarakat,” lanjut Mimin.
Terhambat Politik
Malaysia lagi-lagi mencetak rekor terbaru untuk tambahan kasus harian virus Corona (COVID-19) tertinggi di wilayahnya. Lebih dari 19.000 kasus Corona tercatat di negara ini dalam 24 jam terakhir.
Seperti dilansir The Star dan Channel News Asia, Rabu (4/8/2021), Kementerian Kesehatan Malaysia melaporkan 19.819 kasus Corona terdeteksi dalam 24 jam terakhir. Angka ini tercatat sebagai tambahan kasus harian tertinggi sejak awal pandemi merebak tahun lalu.
Dari angka tersebut, area Klang Valley menyumbang lebih dari separuh kasus baru, sedangkan wilayah Selangor menyumbang 8.377 kasus dan Kuala Lumpur menyumbang 2.467 kasus baru. Wilayah Johor, Kedah dan Kelantan masing-masing melaporkan tambahan di atas 1.000 kasus dalam sehari.
Rekor terbaru untuk tambahan kasus harian tertinggi ini tercatat selang dua hari setelah Malaysia mencetak rekor kematian harian tertinggi, dengan 219 kematian dilaporkan dalam sehari pada Senin (2/8/2021) waktu setempat.
Jumlah kasus Corona di Malaysia meningkat dengan cepat dalam beberapa pekan terakhir. Beban kasus harian di negara ini bahkan mencetak rekor tertinggi selama 10 hari berturut-turut pada Juli lalu.
Sejak 12 Juli, jumlah kasus baru Corona di Malaysia tidak pernah turun dari angka 10.000 kasus setiap harinya.
Laporan Kementerian Kesehatan Malaysia menyatakan negara dengan total 32 juta jiwa penduduk ini dilaporkan telah menyuntikkan lebih dari 22 juta dosis vaksin Corona, dengan lebih dari 7,4 juta orang telah divaksinasi sepenuhnya — menerima dua dosis — hingga 3 Agustus.
Sebelumnya per Minggu (1/8/2021) kasus corona negeri jiran tercatat 17.150. Hal itu merupakan kasus harian tertinggi keempat di negeri itu hingga saat ini. “Ini membuat perhitungan nasional (total) corona menjadi 1.130.422,” kata Direktur Jenderal Kesehatan Malaysia Noor Hisham Abdullah, dikutip Channel News Asia (CNA), kemarin.
Selangor masih menjadi negara bagian dengan kasus terbanyak, lebih dari 6.000 infeksi. Lalu Kuala Lumpur 2.086 dan Kedah 1.511. Malaysia mencatat ada 160 kematian baru karena Covid-19 kemarin. Sehingga total kematian negara itu menjadi 9.184.
Sebelumnya rekor tertinggi sempat dilaporkan Sabtu (31/7/2021). Malaysia mencatat 17.786 kasus harian. Beberapa analis menilai bahwa tingginya kasus Covid ini disebabkan oleh respon penanganan wabah yang kurang baik dan tanggap. Meski sudah lockdown berkali-kali, dinamika politik menjadi sebuah momok bagi penanganan pandemi.
“Respons Malaysia terhambat oleh pemerintahan yang kacau dan pertikaian politik yang terus-menerus,” ujar Joshua
Kurlantzick, peneliti Asia Tenggara di lembaga think tank Council on Foreign Relations.
Malaysia sendiri memang sedang dalam konflik politik internal yang tajam. Banyak pihak yang mengecam dan meminta Perdana Menteri (PM) Muhyiddin Yassin untuk mundur akibat manuvernya yang meminta keadaan darurat nasional dilakukan dan pembatasan pergerakan publik secara sepihak.
Bahkan, langkah ini membuat pihak partai koalisi pendukungnya saat ini semakin menipis. Terakhir kontroversi juga muncul saat salah satu menteri menyebut status darurat akan dicabut meski Raja Malaysia menyebut tak ada pembicaraan soal itu.
Sementara itu, akhir pekan pengunjuk rasa berkumpul di pusat Kuala Lumpur menyatakan ketidakpuasan penanganan pandemi oleh pemerintah. Bahkan massa menyerukan agar Perdana Menteri Muhyiddin untuk mundur. Mereka membawa bendera hitam dan membawa poster “Kerajaan Gagal”. Ini menjadi tagar populer di Malaysia seiring lockdown yang dilakukan dan kenaikan kasus Covid-19.
Ini menjadi demo pertama warga secara fisik di Malaysia. Sebelumnya banyak yang enggan turun ke jalan karena pembatasan dan takut infeksi Covid-19. Malaysia menerapkan status darurat sejak Januari hingga 1 Agustus kemarin. Lockdown melalui aturan kontrol pergerakan (MCO) juga diterapkan secara nasional sejak awal Juli 2021. (fan/gas/cnbci)