
SURABAYA (global-news.co.id) – Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur berharap momen Java Coffee Culture (JCC) 2023 bisa membangkitkan area di Surabaya seperti kawasan Tunjungan yang sekarang hidup seiring maraknya kedai kopi.
Kepala Kantor Bank Indonesia Provinsi Jatim Doddy Zulverdi mengatakan kopi bisa menghidupkan dan menjadi pemacu kawasan untuk bangkit pasca pandemi Covid-19. Seperti kawasan Tunjungan sekarang menjadi hidup karena banyaknya kedai kopi.
“BI berharap banyak kawasan lain di Surabaya bisa hidup karena industri kopi, termasuk kawasan Peneleh yang memiliki banyak potensi objek sejarah,” katanya saat membuka Talkshow Coffeepreneur di Hotel Platinum, Sabtu (8/7/2023).
Talkshow Coffeepreneur menjadi rangkaian kegiatan Java Coffee Culture (JCC) 2023 yang digelar BI dan Pemkot Surabaya. Selain itu di hari yang sama juga digelar Coffee Talk dan Festival Peneleh.
Untuk mendukung hal ini, BI lanjut Doddy, memfasilitasi agar industri kopi mulai hulu hingga hilir bisa dinikmati semua orang dan dimaksimalkan. Karena itu momen JCC 2023 juga membahas edukasi, training, menghubungkan antara pelaku ekonomi dan pembeli. Komunitas kopi bisa berbagi pengalaman dan ilmu, juga belajar tentang bisnis kopi apalagi minum kopi sekarang makin berkembang baik rasa dan penyajian.
“Orang datang minum kopi tak lagi sekadar menikmati rasa, tetapi juga menikmati suasananya. Tren ini juga harus dipelajari mereka yang tertarik bergerak di industri kopi,” katanya.

Dalam kegiatan JCC 2023 juga ada kegiatan Business Matching, di mana diharapkan ada pengembangan-pengembangan dan inovasi baru di industri kopi Jawa. Dari sisi hulu, para petani kopinya diperkuat agar bisa menghasilkan produk kopi berkualitas sehingga punya daya jual yang tinggi. Juga mempertemukan petani kopi yang sudah diakurasi BI dengan para calon pembeli.
Doddy menjelaskan di saat ekonomi global lesu, inflasi negara-negara asing tinggi, ekspor lemah, BI mendorong untuk memperkuat sisi domestik khususnya di sektor industri kopi.
“Penguatan sisi domestik merupakan pilihan yang realistis. Dan potensi industri kopi sangat besar. Jika banyak kedai tumbuh, berapa jumlah tenaga kerja yang terserap. Bisnis rantai pendukung ikut bergerak, mulai biji kopi, mesin pembuat kopi, kemasan dan masih banyak lagi. Kami juga berharap dukungan pemerintah lewat anggaran untuk industri kopi juga bisa diperkuat,” kata Doddy.
Cerita Jokopi
Dalam Talkshow Coffeepreneur menghadirkan tiga narasumber, yakni Derry Aswar (Owner Jokopi), John Cristopher dan Hendro Salim. Jokopi adalah salah satu warung kopi kekinian di Kota Surabaya. Tapi siapa sangka, kedai kopi ini dulunya berjualan menggunakan gerobak di event Car Free Day. Sekarang Jokopi memiliki 7 kedai mentereng, 6 cabang di Surabaya dan 1 cabang di Malang.

Derry Aswar menceritakan bisnis bermula dari keinginannya untuk mempertahankan tradisi berkumpul dengan teman-teman semasa SMA. Bersama empat temannya, muncullah ide untuk membuka kedai kopi. Hal itu terinspirasi dari maraknya kedai kopi khususnya di Jakarta pada 2018 kala itu.
Sayangnya dia melihat kedai kopi yang bermunculan saat itu menunya ribet. “Munculah ide membuat kopi yang enak dan sederhana, ya rasa ya namanya. Misalnya kopi susu pisang, that’s it. Berarti kopi dicampur susu dan pisang. Kira-kira seperti itu konsep di benak kami kala itu,” cerita Derry.
Dengan modal Rp 5 juta, Derry dan teman-temannya pada Maret 2018 membuka warung kopi di Jl Ketabang Kali. Masih menggunakan gerobak. “Padahal saat itu kami belum tahu seluk beluk kopi yang baik itu gimana. Pokoknya buka dulu aja,” katanya.
Pemilihan nama Jokopi karena semua pendiri kedai kopi adalah 5 cowok. Dalam bahasa Jawa, cowok adalah Joko. Dipadukan nama “Joko” dan “Kopi” menjadi “Jokopi”.
Seiring waktu, kopi Jokopi makin diterima pasar. Kedai Kopi Jokopi bukan sekadar tempat berkumpul alumnus SMAN 15 Surabaya. Tempat tersebut juga menjadi jujugan anak-anak muda di Surabaya untuk nongkrong. “Kedai kopi ini bisa menjadi wadah berkumpulnya teman-teman. Jokopi juga menggelar berbagai diskusi bersama anak muda. Baik tentang permasalahan kota, sosial, dan industri kreatif,” terang Derry.
Varian baru juga terus bermunculan menyesuaikan dengan pasar. Salah satunya adalah es krim kopi dengan kadar kopi sedikit, khusus bagi mereka yang tidak terlalu suka kopi atau sedang belajar minum kopi. “Inovasi, itu kunci sukses untuk bertahan. Kita selesaikan semua masalah yang relevan didukung momentum yang tepat,” kata Derry. (tis)

