JAKARTA (global-news.co.id) – Kelompok pemberontak Houthi di Yaman bersumpah akan menyerang Israel habis-habisan jika Tel Aviv kembali melancarkan agresi militernya ke Jalur Gaza Palestina ketika masa gencatan senjata berakhir.
“Kami tak akan ragu untuk memperluas operasi militer terhadap entitas Israel termasuk target-target yang tidak akan mereka sangka di darat dan laut,” ucap juru bicara militer Houthi, Yahya Saree, dalam unggahannya di X pada Jumat (1/12/2023).
Ancaman itu diutarakan Houthi menyusul pernyataan Perdana Menteri Israel Netanyahu yang berjanji peperangan akan tetap berlanjut ketika gencatan senjata selesai.
Netanyahu bersumpah bahwa Israel akan “berjuang sampai akhir”.
“Selama beberapa hari terakhir saya telah mendengar pertanyaan ‘akankah Israel kembali berperang setelah memaksimalkan fase pembebasan warga kami yang disandera? Jadi jawaban saya tegas: Ya,” kata Netanyahu pada Rabu (29/11) seperti dikutip CNN.
“Ini adalah kebijakan saya, seluruh kabinet mendukungnya, seluruh pemerintah Israel mendukungnya, tentara Israel mendukungnya, rakyat pun mendukungnya. Itulah yang akan kami lakukan,” tutur dia menambahkan.
Militer Israel bahkan menyatakan bakal menggempur lagi Gaza dari segala sisi baik darat, laut, maupun udara.
Sementara itu, Houthi memang sudah ikut-ikutan menyerang Israel sejak negara Zionis itu melancarkan agresi brutal ke Jalur Gaza pada 7 Oktober lalu. Agresi Israel ini terjadi imbas serangan dan penyanderaan yang dilakukan milisi Hamas di hari yang sama.
Dikutip Al Jazeera, Houthi mengklaim telah menyerang wilayah utara Israel sebanyak lebih dari tiga kali sejak 7 Oktober lalu. Baru-baru ini, Houthi juga membajak sebuah kapal kargo Israel di lepas pantai Yaman.
Saree sebelumnya menyatakan serangan ini ditujukan untuk kemenangan bangsa Palestina. “Kami akan terus melakukan operasi militer untuk mendukung rakyat Palestina, hingga agresi Israel di Gaza berhenti,” kata Saree seperti dikutip Reuters.
Houthi bahkan mengultimatum Israel bahwa kelompoknya akan melancarkan serangan susulan yang lebih dahsyat ke negara itu dengan menembakkan rudal balistik dalam jumlah besar.
Houthi masih menduduki Ibukota Sanaa di Yaman setelah melancarkan kudeta dan pemberontakan pada akhir 2014 hingga memicu perang sipil di negara tersebut hingga hari ini.
Kelompok Houthi menguasai sebagian besar wilayah utara dan pusat populasi besar lainnya di Yaman. Sementara itu, pemerintah yang diakui secara internasional bermarkas di Aden.
Houthi merupakan milisi yang tergabung dalam “Poros Perlawanan”, kelompok-kelompok militan di Timur Tengah yang diyakini didukung oleh Iran.
Houthi memang telah lama mendukung Palestina dan menentang Israel serta sekutunya, terutama Amerika Serikat. (cnn, ins)