Global-News.co.id
Gaya Hidup Metro Raya Politik Utama

Disambati Pamori, Komisi C Dorong Pemkot Surabaya Fasilitasi Keroncong

Ketua Komisi C Baktiono bersama Pembina Pamori Tatag Triwibowo beserta pengurus Pamori Kota Surabaya.

SURABAYA (global-news.co.id) – Tak ingin mati suri tergerus gempuran seni budaya asing, para pegiat musik tradisional keroncong mendatangi ruangan Komisi C DPRD Kota Surabaya, Senin (7/8/2023) siang 11.00 WIB.

Para seniman keroncong ini tergabung dalam Paguyuban Artis Musik Keroncong Indonesia (Pamori). Mereka diterima langsung Ketua Komisi C Baktiono. Ketua DPD Pamori Kota Surabaya Mulyadi hadir bersama jajaran pengurus, juga pembina Tatag Triwibowo.

Kepada awak media, Baktiono mengaku senang masih ada yang mau melestarikan seni dan kebudayaan lokal (Pamori). “Mereka semangat sekali untuk bisa bermain dan tampil menghibur khususnya warga Surabaya,” katanya sesaat setelah hearing.

Menurutnya, keroncong kesenian tradisional yang harus dilestarikan dan difasilitasi oleh pemerintah kota, agar dapat tampil menghibur warga Kota Surabaya.

Tak hanya itu, Baktiono juga setuju keroncong bisa masuk ke dalam kegiatan ekstrakurikuler sekolah. “Karena keroncong termasuk kesenian tradisional yang asal-usul nya dari Portugis. Namun sudah dimodifikasi, sudah diadopsi juga oleh bangsa Indonesia,” tambahnya.

Ia menambahkan, musik keroncong ini tidak ada unsur kekerasan sama sekali. Dan syair liriknya juga musiknya bisa menyentuh pikiran hati yang paling dalam.

Musik keroncong paduan kolaboratif dan dinamis. Di mana semuanya bermain secara harmonis, dinamis, aktif. “Gitarnya itu main terus, melodi. Serulingnya juga tidak pernah berhenti, improvisasi terus termasuk biola,” lanjutnya.

Beragam alat tersebut, berkolaborasi membuahkan irama yang menyatu indah, serta sangat luar biasa bagi yang memahami musik keroncong.

Oleh karena itu, Baktiono mengarahkan Pamori ke Disbudparpora agar keroncong ditampilkan sebagai kesenian tradisional di even-even nasional, even religius.

“Karena dinamis, bisa memainkan lagu religius apa saja. Bisa memainkan lagu-lagu nasional apa saja, juga lagu-lagu modern,” tuturnya.

Nantinya bisa tampil pada hari-hari nasional, acara-acara warga, atau ditampilkan Pemerintah Kota Surabaya secara bergantian. Sebab, keroncong di Surabaya masih ada, masih eksis, saat ini mereka di kafe-kafe atau tempat lain.

Oleh karena itu, keroncong agar bisa difasilitasi tampil di taman-taman, di gedung-gedung milik pemerintah, di acara-acara pemerintahan. Maupun tampil kolaborasi berdampingan bersama genre musik yang lainnya. “Jadi bukan hanya salah satu, atau salah dua saja, tapi semua bisa difasilitasi,” ucap Baktiono.

Mulyadi Ketua Pamori Kota Surabaya menyatakan, pihaknya melakukan hearing ke Komisi C untuk menyampaikan aspirasi agar pemerintah dapat memantau langsung perkembangan seni tradisional lewat musik keroncong itu.

“Di Surabaya musik keroncong memprihatinkan. Karena itu musik keroncong jangan sampai punah. Perlu berjuang keras sampai akar rumput. Bagaimana keroncong ini bisa masuk ke dunia pendidikan melalui kegiatan ekstrakurikuler, sebagai muatan lokal,” ungkapnya.

Ia berharap ada perhatian dari pemerintah kota, untuk diberikan kontribusi bisa tampil di hotel, rumah makan, dan tempat-tempat wisata.

“Kita harus aksen berani tampil beda, bagaimana keroncong digandrungi anak-anak muda khususnya milenial,” tukasnya.

Kata Mulyadi, jadi keroncong ini bisa dikolaborasikan dengan irama yang apik, tidak harus keroncong murni, klasik. Tapi bagaimana keroncong bisa dicampur alat-alat lainnya, dangdut, campursari.

Untuk jumlah grup yang eksis tergabung dalam Pamori ada 35. Setiap tahunnya aktif mengadakan even parade dan festival musik keroncong.

“Alhamdulillah ini hadirnya Pak Tatag sebagai pembina ini betul-betul sangat membantu, sangat mendukung sekali langkah-langkah dari Pamori ini untuk gebyar keroncong,” ucapnya.

Edi Setyono Wakil Ketua Pamori Kota Surabaya menjelaskan, sasaran utama yakni generasi bangsa. “Harapannya terus melestarikan seni budaya keroncong peninggalan leluhur mulai zaman sebelum kemerdekaan, masa kemerdekaan, hingga di saat-saat ini keroncong kurang perhatian,” ujarnya.

Selama ini ke-35 grup keroncong tadi berusaha menghidupi sendiri dengan berbagai cara seperti ngamen, latihan ala kadarnya. Sebab belum ada kontribusi dari pemerintah.

Ia menerangkan, Bengawan Solo yang dikaryakan oleh Mbah Gesang ini eksis juga di mancanegara. “Kami juga bisa go internasional kalau ada dukungan pemerintah. Ini yang perlu pemahaman kita sampaikan kepada generasi muda, anak-anak didik, siswa-siswi. Bahwa keroncong bukan hanya Bengawan Solo tetapi juga ada yang lain,” kata dia.

“Momen 17-an Agustus ini untuk peringatan HUT RI ke-78 menjadi momentum kebangkitan keroncong. Karena keroncong penyemangat para pahlawan bangsa. Sehingga digempur penjajah dengan keadaan apapun, tetap eksis melalui perjuangan lewat seni budaya keroncong,” ujarnya.

Edi juga prihatin, karena bangsa lain seperti Belanda, Portugis ingin mengakui keroncong dari mereka. Keroncong tidak pernah meninggalkan ciri budaya bangsa. Dalam menyanyikan penuh kelembutan, penuh perasaan, tampilannya pun penuh nilai-nilai kesopanan.

Terpisah, Tatag Triwibowo menjelaskan, hearing ke dewan ini untuk melestarikan seni keroncong sebagai warisan perjuangan yang memiliki nilai-nilai kebangsaan. (pur)

baca juga :

Setelah Castillion, Giliran Wander Luiz Dilepas Persib Bandung

Redaksi Global News

Pemprov Jatim Dukung Pertamina Kembangkan Pertashop dan Pangkalan LPG di Pesantren

Redaksi Global News

Festival Musik Surabaya Hebat: Dishub Siapkan 13 Lokasi Parkir