Global-News.co.id
Kesehatan Utama

Covid-19, Dulu Lansia, Kini Fokus Anak

Cegah Covid-19 pada anak-anak dengan melatih mereka disiplin menjalankan protokol kesehatan.

SURABAYA (global-news.co.id) – Selama ini pencegahan penularan Covid-19  melalui vaksinasi lebih dikonsentrasikan pada para lanjut usia (lansia) yang dinilai rentan karena daya tahan tubuhnya menurun serta para tenaga kesehatan. Anak menjadi urutan yang kesekian karena dianggap memiliki daya tahan tubuh  lebih baik. Selain itu juga karena belum tersedianya vaksin untuk kelompok usia anak-anak atau di bawah 18 tahun.

Kasus Covid-19 yang melonjak lagi di DKI Jakarta memunculkan fakta yang selama ini terabaikan. Dari 5.582 kasus baru yang merupakan kasus harian tertinggi, sebanyak 665 kasus terjadi  pada anak usia 5-18 tahun dan 224 adalah kasus anak di bawah 5 tahun alias balita. Kalau ditelisik, selama 10 bulan perjalanan Covid-19 sebetulnya telah terdapat 1.270 anak yang terpapar.

Dari kelompok usia 0-5 tahun sebanyak 270 kasus dan usia 6-18 sebanyak 1.000 kasus.  Kalau yang terjadi  belakangan ini menjadi sorotan,  karena lonjakannya begitu tajam.  Dan varian Delta (B1617.2) yang berasal dari India disebut-sebut sebagai biang kerok melonjaknya kasus Covid-19 di beberapa wilayah Indonesia usai libur Lebaran.

“Sangat mungkin. Kini persentase anak yang tertular naik jadi 12.5%, lalu mortalitasnya naik jadi 3-5%. Sangat mungkin ini akibat varian baru tersebut,” kata Dr dr Gatot Soegiarto SpPD KAI, anggota Tim Advokasi Pencegahan Covid-19 PB IDI yang juga pakar imunisasi dewasa dari Unair Surabaya, kepada Koran Global News Rabu (23/6/2021).

Seberapa cepat varian Delta ini menular?  Berdasarkan investigasi yang dilakukan di Bondi Juction Westfield, New South Wales Australia, didapati varian ini bisa menular hanya dengan kontak sekilas. Menteri Kesehatan NSW,  Brad Hazzard, menyatakan, virus varian Delta ini merupakan sebuah virus dengan kemampuan penularan yang lebih kuat dari beberapa varian Covid terdahulu.

“Delta ini telah menunjukkan dirinya sangat mampu menyebar dengan sangat cepat dan dalam keadaan yang belum pernah dialami penduduk NSW dengan cara yang sama sebelumnya,” kata Hazzard dalam sebuah konferensi pers.

Lebih lanjut dia menerangkan, virus ini dapat ditularkan langsung oleh seseorang yang terinfeksi kepada orang-orang di sekitarnya. “Ini adalah virus yang sangat mampu menular bahkan ketika kita memiliki jarak yang dekat antara individu yang menularkan dan siapa pun dari kita yang mungkin lewat,” tambahnya.

“Mereka bertemu tidak lebih dari beberapa detik di suatu tempat dalam kisaran antara 10 dan mungkin 50-60 sentimeter jauhnya dalam situasi yang hanya lewat,” lanjutnya.

Swab berskala besar pun dilakukan lantaran ada 6 kasus dalam klaster baru mereka.  Dimulai dari seorang pekerja di airport selanjutnya virus berpindah ke beberapa orang di pusat pertokoan.

“ Yang menggiriskan, penularan terjadi begitu cepat. Kasus ke 3-4-5 mungkin hanya berdiri bersama sekitar beberapa detik pada jarak 10-60 cm dan mereka sudah tertular,” ujar Dr dr Dominic Husada SpA mengomentari pergerakan virus varian Delta tersebut.

Sementara di kafe, seorang yang nongkrong di salah satu meja tertular pula dari sumber lain yang tidak pernah duduk atau bicara di depannya.  Kemungkinan si penular hanya lewat saja. Beberapa detik.  Setengah meter.

“Dan sekuen genetik virus keduanya identik,” tambah Dominic, Kepala Divisi Penyakit Infeksi dan Tropis Anak Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga ini.

Lonjakan kasus Covid-19 selain terjadi karena varian Delta yang begitu cepat menular juga karena penggunaan alat tes Covid-19 buatan Universitas Gadjah Mada (UGM), Genose,  yang sejak 1 April 2021 menjadi syarat perjalanan di semua moda transportasi, selain antigen dan PCR. Gatot yang anggota Tim Advokasi Pencegahan Covid-19 PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI) sepakat dengan ahli biologi molekuler Ahmad Utomo yang meminta pemerintah untuk menghentikan sementara penggunaan Genose sembari menunggu hasil validasi dari tim peneliti eksternal non-UGM.  Validasi itu seharusnya sudah keluar hasilnya pada April, namun hingga Juni belum ada kabarnya.

“Bayangkan mereka yang sakit tapi OTG (orang tanpa gejala) yang bepergian naik kereta api atau kendaraan umum lainnya, yang hanya diperiksa dengan Genose lalu dianggap sebagai negatif (negatif palsu, karena ternyata Genose sensitivitasnya rendah nggak sampai 50%).  Selama perjalanan, mereka –dalam ruangan tertutup ber- AC di dalam kereta api atau kendaraan umum– tanpa sadar menulari banyak orang yang tidak menyadari hal itu. Mengerikan bukan. Maka penggunaan Genose harus dihentikan,” tandas Gatot.

Menanggapi tingginya kasus Covid-19 pada anak-anak, epidemiolog klinis, dr Tifauzia Tyassuma, mengatakan, Persebaran Covid pada 2021 ini patogenesisnya berbeda dengan yang terjadi pada 2020. “Yang sekarang gejalanya tidak spesifik. Kalau dulu pernafasan, sekarang lebih ke gastro atau ke pencernaan. Repotnya anak-anak sulit ditanya,” katanya.

Disebutkan, pada kasus-kasus yang terakhir keluhannya mual, muntah, sakit tenggorokan, kelelahan, kehilangan kemauan makan, sakit kepala, bahkan gatal di seluruh tubuh. “Kalau dulu kan gangguan pernafasan, tidak bisa membau,” katanya.

Tifa juga menegaskan harus dipahami di titik mana orangtua harus membawa anaknya ke rumah sakit mengingat rumah sakit kini menjadi episentrum Covid.   Ditambahkan, faktor risiko Covid-19 pada orang dewasa sudah terpetakan yaitu komorbid, lansia, gizi buruk, low income, densitas atau kepadatan penduduk.

Sedang pada anak-anak adalah komorbid, gizi buruk mengingat kasus stunting di Indonesia yang masih tinggi 37%, anak dari keluarga dengan status ekonomi rendah, dan tinggal di daerah padat penduduk. Dominic menambahkan, secara umum kondisi anak di Indonesia memang tidak sebugar di negara maju. “Jadi bila sama-sama terkena Covid bisa jadi efeknya nggak sama. Anak dengan penyakit menahun juga sangat banyak di indonesia,” katanya. “Kalau ada vaksin untuk anak, tentunya akan lebih baik,” lanjutnya. ret

baca juga :

Sejak 7 Oktober, WHO Catat 721 Serangan ke Layanan Kesehatan di Palestina

Redaksi Global News

Versi Hitung Cepat, Muhdlor – Subandi Ungguli Dua Paslon Lain

Redaksi Global News

Usai Pergelaran Surabaya Vaganza, DLH Bersihkan 30 Ton Sampah