JAKARTA (global-news.co.id) – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan peperangan melawan Hamas di Gaza harus dibayar dengan “harga yang sangat mahal” oleh para tentara Israel. Pasalnya, jumlah tentara Israel yang tewas terus bertambah setiap harinya.
“Ini adalah pagi yang berat, setelah melalui hari yang sangat melelahkan dalam pertempuran di Gaza,” kata Netanyahu setelah mengumumkan 14 tentara tewas di wilayah Palestina sejak Jumat (22/12).
“Perang ini menuntut harga yang sangat mahal, tapi kami tidak punya pilihan selain terus berjuang,” tambahnya dalam sebuah pernyataan, mengutip AFP.
Netanyahu menegaskan Israel akan terus melancarkan agresi ke wilayah Palestina dengan “kekuatan penuh hingga akhir”. Menurutnya Israel tidak akan berhenti hingga tujuan mereka tercapai, yakni menghancurkan Hamas dan mengembalikan para sandera serta “memastikan bahwa Gaza tidak akan pernah lagi menjadi ancaman bagi Negara Israel”.
Dia menambahkan, “Mari kita perjelas, ini akan menjadi perang yang panjang, (sampai) Hamas dihancurkan dan kita memulihkan keamanan di utara dan selatan.”
Sejak serangan darat Israel dimulai pada 27 Oktober, militer Israel telah kehilangan 153 tentara di wilayah Palestina, termasuk 10 tentara pada hari Sabtu, menjadikannya salah satu hari paling mematikan bagi tentara, yang juga menghadapi militan Hizbullah di seberang perbatasan utara dengan Lebanon.
Kondisi Netanyahu sebetulnya semakin tertekan soal agresi brutalnya ke Jalur Gaza Palestina yang berlangsung hampir dua bulan. Di awal agresi, Israel mendapat dukungan kuat dari sekutu dekat terutama Amerika Serikat, Inggris, hingga Prancis.
Namun, negara-negara tersebut pelan-pelan mulai berhati-hati menyuarakan dukungannya dan malah berbalik meminta Netanyahu untuk menahan diri setelah jumlah korban tewas agresi Israel di Gaza terus melonjak.
Di awal agresi Israel, Amerika Serikat membela operasi militer sekutunya itu ke Jalur Gaza sebagai bentuk pembalasan dan pertahanan diri terhadap milisi Hamas yang lebih dulu melancarkan serangan ke negara Zionis itu pada 7 Oktober lalu.
Kini, Gedung Putih justru mewanti-wanti Netanyahu agar mengubah strategi agresi brutalnya di Jalur Gaza jika tidak ingin kehilangan dukungan dari sekutu. Biden bahkan disebut kewalahan menghadapi Israel yang semakin bersikap “di luar kontrol” AS terkait strategi militernya ke Gaza.
Kementerian kesehatan di Gaza yang dikelola Hamas mengatakan pada hari Minggu bahwa setidaknya 20.424 orang telah terbunuh di wilayah Palestina sejak dimulainya perang dengan Israel.
Jumlah tersebut termasuk 166 korban tewas dalam 24 jam terakhir, katanya, karena agresi terus berlanjut dalam perang yang meletus ketika Hamas melancarkan serangannya pada 7 Oktober di Israel selatan. (cnn, ins)