SUDAH barang tentu yang baca judul di atas bakal spontan : “Lhooo kok ?”. Memang seperti janggal ya, di tengah banyak orang bilang bahwa “Uang Segala – galanya”, kawan yang satu ini pernyataannya malah nyleneh.
Tapi sueer, memang iya, Yusron Aminulloh – kawan yang saya kenal pertama, saat kami sama – sama kerja di Surabaya Post sekitar tahun 1990-an ini – bilang: begitu. Dia sampaikan itu, saat saya temui di salah satu unit bisnisnya, De Durian Park, Wonosalam, Jombang, Jawa Timur.
Gus Yus — begitu saya memanggil dia — yang ketemu mutakhir pada acara pengajian “Bang Bang Wetan Cak Nun” di Masjid Agung Al Akbar, Surabaya, sekitar 10-15 tahun yang lalu itu, sekarang sudah menjadi “saudagar” (pengusaha property) di Wonosalam, Jombang, selain juga sebagai Achievement Motivation Trainer. Setidaknya dia punya usaha De Durian Park yang menjual kapling kebun pohon durian, menyewakan motel, convention room dan resto, di ketinggian Wonosalam, lereng Gunung Anjasmoro.
Setelah start dengan De Durian Park yang langsung “sold out”, Gus Yus – sang adik Cak Ainun Najib (sekarang, mbah Nun) ini – makin laris ditawari para tuan tanah di Wonosalam. Tak heran maka ia jadi terdorong kembangkan lagi usaha property – kolaborasi dengan para saudagar muda belia – sehingga ada 3 titik lagi di Wonosalam pada ketinggian yang berbeda. Ternak Park, Saieda Green dan Wonosalam City Park yang berada di lereng Puncak Tertinggi Jombang dengan ketinggian 500-600 m dpl (di atas permukaan laut).
Itu sebabnya jadi aneh khan, lha wong pengusaha kok ngomong “Dhuwik iku gak penting” (Uang itu tak perlu). Sambil ngobrol minum kopi dan ngemil makanan di tempat yang sekarang jadi salah satu destinasi wisata unggulan Jombang itu, Gus Yus yang mantan Dirut BUMD Batam ini njlentrehkan pandangannya.
“Umi ku pernah wewanti ke aku, bahwa kalau kamu gak punya duwit akeh, opo sing turah, sing onok kasihkan orang (yang susah),” urai Gus Yus. Lalu Gus Yus menambahkan : “Maka suatu hari ketika besok Sabtu aku harus bayar supplier, bayar karyawan dan bayar angsuran pinjaman bertumpuk, saldo yang ada di Kas Perusahaan aku ambil semua dari bagian Treasury dan tak bagikan kepada saudara, teman, karyawan yang susah ; sebagian aku poskan untuk Panti Yatim Piatu”. Kemudian apa yang terjadi ? “Allah membuktikan janji-NYA, hari Sabtu yang ditunggu, terjadi keajaiban nyata. Semua bisa terselesaikan dengan win-win solution, tak ada yang kurang,” jlentrehnya.
Gus Yus yaqin, semakin dia sabar dan bersyukur, maka semakin mudah usahanya dikembangkan. Itu sebabnya dia berfilosofi, bahwa DHUWIK IKU GAK PENTING. Yang penting adalah yaqin, jika kita sudah berharap (berdoa) kepada Allah, selebihnya kita tinggal jalani iktiyar kita dengan tetap selalu “memberi” atau berbagi ilmu dan amal kepada banyak orang. Jadilah kita orang yang selalu memberi manfaat kepada siapa pun yang membutuhkan. Itulah Gus Yus yang sekarang juga jadi petinggi di Ikatan Saudagar Islam Indonesia Jawa Timur. (esbe)