Global-News.co.id
Gaya Hidup Metro Raya Nasional Utama

HUT ke-78 RI: Cak Kartolo Raih Penghargaan Jer Basuki Mawa Beya Emas

Cak Kartolo (tengah) meraih penghargaan Jer Basuki Mawa Beya Emas

SURABAYA (global-news.co.id) – Legenda hidup seniman tradisional ludruk Cak Kartolo meraih penghargaan Jer Basuki Mawa Beya Emas saat upacara peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-78 Republik Indonesia di Gedung Negara Grahadi Surabaya, kata pejabat setempat.

Gubernur Jawa Timur (Jatim) Khofifah Indar Parawansa menilai Cak Kartolo berkontribusi atas pelestarian kesenian tradisional khas budaya “Arek”, khususnya tari remo dan kidungan “jula-juli” yang merupakan bagian dari pertunjukan ludruk.

“Saya rasa Cak Kartolo itu legend. Pelawak dan juga budayawan ludruk yang dimiliki Indonesia,” katanya usai menyerahkan penghargaan Jer Basuki Mawa Beya Emas dalam rangkaian upacara peringatan HUT ke-78 RI di Surabaya, Kamis (17/8/2023).

Selain Cak Kartolo, terdapat lima tokoh lainnya yang mendapatkan penghargaan tertinggi dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jatim tersebut.

Masing-masing adalah Kepala Badan Intelijen Negara Daerah Jatim Brigjen Fahmi Sudirman, Kepala Pengadilan TInggi Surabaya Kresna Menon, Ketua Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia Jatim drh Dedy Fachruddin Kurniawan, Ketua Ikatan Paramedik Veteriner Indonesia Jatim Efendy dan pemilik perusahaan batik ciprat Edy Wahyono.

Sementara itu, Cak Kartolo berharap dari penghargaan Jer Basuki Mawa Beya Emas yang diraihnya dapat memacu generasi muda untuk mencintai serta melestarikan kesenian tradisional “Jawa Timuran”, khususnya ludruk. “Kita, khususnya generasi muda, harus belajar ludruk yang asli itu seperti apa,” ujarnya.

Cak Kartolo juga tidak mempersoalkan seniman generasi muda yang saat ini menggeluti kesenian ludruk modern.

“Ludruk modern juga gak apa. Pokok patokan dalam pertunjukannya tetap terdiri dari tari remo, ngidung ‘jula juli’ dan lawakan,” tuturnya.

Cak Kartolo kini berusia 77 tahun. Seniman kelahiran Prigen, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, yang cuma lulusan Sekolah Rakyat itu telah menggeluti kesenian ludruk “tobong”, atau pentas dengan berpindah-pindah tempat, sejak tahun 1970-an dan masih eksis sampai sekarang.

Di antaranya telah menghasilkan sebanyak 79 episode audio cerita ludruk dalam bentuk kaset, yang direkam sejak 1980-an. Potongan-potongan dari rekaman lawakannya tersebut sampai sekarang viral di media sosial. (ntr, fan)

baca juga :

Islamophobia di Tengah Pusaran Tuduhan Politik Identitas

gas

Forkopimda Lumajang Cek Kesiapan Tim Penyelamat di Objek Wisata

New Normal, Gubernur Khofifah Ajak Media Sosialisasikan Lebih Masif Protokol Kesehatan ke Masyarakat

Redaksi Global News