BANTUL (global-news.co.id) – Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen, Friderica Widyasari Dewi mengatakan, pemahaman literasi dan inklusi bagi santriwati dan santriwan sejak dini sangat dibutuhkan.
Pasalnya saat ini literasi keuangan di Indonesia masih sekitar 38 persen dan inklusi di Indonesia masih 76 persen. Sedangkan pemerintah menargetkan inklusi pada tahun 2024 mencapai 90 persen.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) selalu melakukan pendidikan edukasi dan literasi ke masyarakat cara kita ingin meningkatkan indeks literasi dan inklusi masyarakat kita jadi sekarang literasi kita 38 persen, dan inklusi di Indonesia 76 persen.
“Ini artinya inklusi dan literasi perlu ditingkatkan pemahaman masyarakat terhadap akses produk dan jasa keuangan agar bisa mencapai inklusi keuangan tahun 2024 sebesar 90 persen,” kata Dewan Komisioner OJK Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen, Friderica Widyasari Dewi, dalam acara Edukasi Keuangan Syariah dalam rangka Hari Santri Nasional 2022, di Pesantren Al Munawwir, Krapyak, Bantul, Sabtu (22/10/2022).
Friderica yang akrab dipanggil Mbak Kiki mengatakan untuk keuangan syariah, literasi dan inklusinya masih jauh lebih rendah dari yang konvensional yakni untuk literasi syariah mencapai 8,9 persen dan inklusi mencapai 9,1 persen.
“Untuk pengetahuan tentang keuangan syariah kalau dilihat literasi dan inklusi jauh lebih rendah daripada yang konvensional yaitu sekitar sekitar 8 -9 persen. Itu masih kecil banget, jadi ayo adik adik santri sama-sama belajar supaya meningkatkan indeks ini,” tegasnya.
Ia juga mengatakan, para santri ini akan menjadi penerus bangsa yang harus bisa mengelola dan pintar keuangan dengan baik, agar terhindar dari investasi atau pinjaman ilegal. “Semua nanti santriwan santriwati ini akan mengelola keuangan, misalnya santriwati bisa mengelola keuangan rumah tangga, bisa berinvestasi , nanti punya asuransi, kalau santriwan juga mungkin pengurus keuangan, tapi jangan sampai kena skema-skema penipuan investasi,“ tegasnya.
Kiki berharap seluruh santriwan santriwati ini ketika sudah lulus dari Pondok pesantren bisa memberikan manfaat kepada manusia melalui pengetahuannya tentang apa yang dipelajari di pondok dan Insya Allah ke depan akan semakin banyak ilmu yang dipelajari tentang keuangan yang memberikan penerangan ini kemudian menjadi agen perubahan di masyarakat yang akan bisa mendorong pemberdayaan ekonomi umat.
Kiki juga mengatakan, Wakil Presiden Republik Indonesia Ma’ruf Amin yang juga merupakan ketua dewan Pembina masyarakat ekonomi syariah menyampaikan bahwa Pesantren merupakan garda terdepan dalam mewujudkan Islam yang rahmatan lil alamin.
“Kehadirannya di tengah kehidupan masyarakat mampu mewujudkan kedamaian dan bermanfaat bagi manusia maupun alam,” ujarnya
Kiki menuturkan, di era global ini, produk dan layanan jasa keuangan syariah dapat menjadi solusi dalam mendukung aktivitas transaksi keuangan di sekitar pondok pesantren.
Mengenalkan pesantren dengan layanan jasa keuangan syariah yang legal, ujar Kiki, juga mengantisipasi bahaya pergerakan lembaga ilegal seperti pinjaman online ilegal yang belakangan marak dan banyak dikeluhkan masyarakat.
“Dengan paham literasi keuangan, para santri bisa mengingatkan orang terdekatnya, seperti orang tuanya agar tidak menjadi korban pinjaman ilegal, dan OJK akan membantu memberi informasi juga edukasi,” katanya.
Sakinah
Lebih lanjut Kiki mengatakan , OJK juga meluncurkan Gerakan Santri Menabung dan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Syariah dalam peringatan Hari Santri Nasional. Gerakan Santri Menabung sebagai bentuk ikhtiar OJK dengan masyarakat ekonomi syariah dalam mendorong peningkatan literasi dan inklusi keuangan syariah di kalangan santri.
Gerakan menabung dengan tema “Sakinah” yang merupakan kepanjangan dari Santri Cakap Literasi Keuangan Syariah., diikuti oleh santri dari lima pondok pesantren dari Jakarta, Magelang, Bangkalan .
Sementara itu, Pengasuh Ponpes Al-Munawir Krapyak, Kiai Haji Raden Muhammad Najib Abdul Qodir Munawwir, mengatakan pengembangan ekonomi dan keuangan syariah perlu sinergi kuat di antara berbagai elemen masyarakat terutama santri dan pesantren.
“Santri dan pesantren memperkuat ekosistem pembangunan ekonomi dan keuangan syariah yang inklusif,” katanya.
Dikatakan Kementerian Agama mencatat total santri di Indonesia sampai 2022 mencapai 4,1 juta tersebar di 2.722 pesantren. Itu baru santri dari NU saja. “Jumlah pondok pesantren dan santri yang besar ini jelas elemen penting mendorong kemajuan peradaban di pesantren,” katanya.
“Semoga acara ini bermanfaat bagi kalangan santri agar terdepan santri mempunyai pengetahuan yang lebih luas tentang pengelolaan keuangan syariah dengan baik dan benar. Kami berharap para santri benar-benar memanfaatkan momentum ini dengan menyimak rangkaian materi yang nanti akan disampaikan, pesantren pada umumnya serta dapat meningkatkan literasi keuangan syariah para santri menuju santri yang berdaya dan bermartabat,” katanya. (jef)