JAKARTA (global-news.co.id) – PT Pertamina (Persero) memastikan stok seluruh Bahan Bakar Minyak (BBM) dan liquefied petroleum gas (LPG) selama Ramadan dan Lebaran Idul Fitri 2022 aman. Pernyataan itu menyusul adanya kelangkaan BBM jenis Partalite di sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU).
Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati, menyatakan, saat ini seluruh infrastruktur BBM telah disiagakan perseroan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Infrastruktur yang disiapkan meliputi 114 Terminal BBM, 23 Terminal LPG, lebih dari 7.400 SPBU dioperasikan oleh BUMN ini. Lalu, 667 Stasiun Pengisian dan Pengangkutan Bulk Elpiji (SPPBE), 4.972 agen LPG, dan 68 Depot Pengisian Pesawat Udara (DPPU).
“Untuk BBM dan LPG ini kami men-split-kan seluruh infrastruktur yang ada, ada 114 Terminal BBM, 23 Terminal LPG, SPBU ini 7.400, termasuk juga Petrashop ada sekitar 4.000, juga ada SPBE dan agen LPG, semuanya kita operasikan,” ungkap Nicke saat rapat dengar pendapat (RDP) bersama Komisi VII DPR RI, Rabu (6/4/2022).
Tak hanya itu, BUMN di sektor migas ini juga sudah menyiapkan layanan tambahan BBM di jalur potensial yang meliputi Jalan Tol, jalur wisata, dan jalur lintas utama. Adapun layanan yang disiapkan terdiri atas SPBU Siaga, agen dan Outlet LPG Siaga, Kios Pertamina, Motorist, mobil tanki stand by, hingga fasilitas kesehatan.
Untuk memastikan fasilitas tersebut dapat dioperasikan hingga supply dan distribusi BBM berjalan baik, lanjut Nicke, pihaknya pun akan membentuk Satuan Tugas (Satgas) pada 11 April 2022 mendatang. Dia memastikan meski Satgas secara resmi terbentuk pada pekan depan, tugas monitoring sudah dilakukan sejak 2 minggu lalu.
“Satgas ini sudah 2 minggu beroperasi, setiap hari kami melakukan monitoring atas supply, demand dan juga distribusi BBM,” jelasnya.
Adapun Tim Satgas Pertamina ini melibatkan Holding-Subhoding perseroan, instansi terkait seperti Kementerian ESDM, Kementerian Perhubungan, BPH Migas, PT Jasa Marga, Kepolisian, TNI, hingga PT Telkom Indonesia Tbk.
Nicke juga menjawab soal kenaikan harga BBM, khususnya Pertamax dan isu kenaikan harga Pertalite. Dia mengatakan, harga BBM di Indonesia termasuk termurah di dunia. Hal itu karena pemerintah memberikan subsidi yang besar untuk beragam jenis BBM, padahal harga minyak dunia sedang tinggi-tingginya.
“Solar itu per liternya Rp 7.800 loh subsidinya. Pertalite itu Rp 4.000 – Rp 4.500,” ujar Nicke dalam RDP bersama Komisi VII.
Lalu, untuk Pertamax yang harganya seharusnya mengikuti harga keekonomian tapi juga ikut ‘disubsidi’ oleh pemerintah sebesar Rp 3.500 per liter. Harga Pertamax memang naik jadi Rp 12.500 per liter, namun bukan hanya Pertamina yang menaikkan harga tersebut. “Seluruh perusahaan di Indonesia menaikkan, bahkan lebih tinggi. Perusahaan lain itu Rp 16.000, Pertamina naiknya Rp 12.500,” ungkap Nicke.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga bicara soal kenaikan harga BBM. Dia menyebut bahwa sudah menjadi keniscayaan bahwa Indonesia menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Dia beralasan, ini dipicu karena kondisi geopolitik internasional dan ekonomi global yang bergejolak saat ini. Akibatnya, hampir di semua negara mengalami lonjakan inflasi yang tak terhindarkan, termasuk Indonesia.
Dia menyebut, inflasi di Amerika Serikat misalnya, kini sudah di angka 7,9% yang biasanya di bawah 1%. Lalu, inflasi Uni Eropa mencapai 7,5% dari biasanya di sekitar 1%, begitu juga dengan Turki yang menembus 54%.
“Angka-angka seperti ini akan membawa kita yang saya kira sudah kita tahan-tahan agar tidak terjadi kenaikan (harga), tetapi saya kira situasinya memang tidak memungkinkan,” tuturnya saat memberikan pengantar pada Sidang Kabinet di Istana Negara, Jakarta, Selasa (5/4/2022). Jokowi menegaskan, tidak mungkin Indonesia tidak menaikkan harga BBM, terutama bensin non subsidi seperti Pertamax.
Lantas, apakah artinya Presiden juga memberikan sinyal kenaikan harga BBM juga akan terjadi untuk jenis bensin Pertalite (RON 90)? Namun sayangnya, Jokowi tidak menyebutkan apakah kenaikan harga BBM yang dimaksud tersebut juga akan berlaku untuk Pertalite. Tapi yang pasti, dia hanya menegaskan, kenaikan harga tak terhindarkan untuk jenis Pertamax. “Gak mungkin kita tidak menaikkan yang namanya BBM, gak mungkin. Oleh sebab itu, kemarin naik (harga) Pertamax,” tegasnya.
Namun demikian, Presiden meminta para “pembantu”-nya, khususnya yang terkait isu energi dan harga BBM ini untuk memberikan penjelasan kepada publik terkait situasi terkini dan alasan mengapa pemerintah menaikkan harga BBM. Hal ini karena saat kenaikan harga Pertamax per 1 April 2022 lalu tak ada satupun menteri yang menjelaskan kenapa pemerintah menyetujui kenaikan harga Pertamax, sehingga menimbulkan kehebohan di publik.
“Pertamax, Menteri tidak memberikan penjelasan apa-apa mengenai ini. Hati-hati, kenapa Pertamax naik, diceritain dong, ada empati kita, enggak ada? Yang berkaitan dengan energi gak ada (empati). Itu yang namanya memiliki sense of crisis?” tutur Jokowi.
Padahal, bila menteri diam, maka menurutnya masyarakat akan menganggap bahwa pemerintah tidak bekerja dan tidak melakukan apapun untuk rakyat. “Jangan sampai kita ini seperti biasanya dan tidak dianggap oleh masyarakat, nggak melakukan apa-apa,” tukasnya.
Dia pun meminta kepada para menteri terkait untuk terus mewaspadai kondisi global dan terus menghitung dampak terhadap harga gas, BBM, bahkan harga pangan.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan memberikan sinyal bahwa pemerintah kemungkinan akan menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis bensin Pertalite (RON 90), menyusul kenaikan harga pada bensin Pertamax (RON 92).
Kenaikan harga bensin Pertalite ini menurutnya akan dilakukan secara bertahap.
Seperti diketahui, Pertalite saat ini merupakan Jenis Bahan Bakar Minyak Khusus Penugasan (JBKP), sehingga pemerintah memberikan kompensasi kepada PT Pertamina (Persero) atas selisih antara harga jual dan harga keekonomiannya.
“Jadi overall ya akan terjadi nanti (kenaikan), karena itu Pertamax, Pertalite. Premium belum. mengenai gas (LPG) yang 3 kg itu kita bertahap. Jadi 1 April, nanti Juli, nanti bulan September, itu semua bertahap dilakukan oleh pemerintah,” tutur Luhut usai uji coba pengoperasian Light Rail Transit (LRT) di Stasiun Harjamukti, Cibubur, Jakarta Timur, Jumat (1/4).
Namun sayangnya, dia tidak menjelaskan lebih rinci terkait rencana kenaikan harga bensin Pertalite ini. Begitu juga dengan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto yang menyebut bahwa pemerintah tengah mengkaji kenaikan harga Pertalite tanpa penjelasan lebih lanjut. “Saat sekarang kita masih mengkaji. Setelah kita kaji, kita akan umumkan. Tetapi saat sekarang belum,” katanya di Istana Negara, Jakarta, Selasa (5/4). * (det, wis)