Oleh Masdawi Dahlan
TANGGAL 15 Maret 2022 kemarin ditetapkan oleh PBB sebagai hari internasional melawan Islamofobia. Sebuah perkembangan global yang sangat menyejukkan kehidupan manusia. Betapa tidak gerakan Islamophobia selama ini bukan hanya membuat umat Islam gaduh, namun juga dunia ikut gaduh.
Islamophobia adalah gerakan global yang didesain untuk benci pada Islam. Bukan hanya itu, Islamophobia juga menjadi sebuah gerakan propaganda yang menampilkan Islam sebagai ajaran agama yang keras suka membunuh. Padahal Islam adalah agama rahmatan lilalamin.
Ada negara kuat yang menciptakan kelompok gerakan pembuat kekacauan dan keonaran di berbagai belahan dunia yang seakan pelakunya Islam. Seakan Islam adalah agama pembuat keonaran yang akhirnya memunculkan stigma negatif berupa tuduhan terorisme pada umat Islam.
Kecurigaan terhadap Islamophobia muncul sejak lama. Bukan hanya dari kalangan umat Islam namun juga dari para pemimpin dunia nonmuslim. Sebut saja Presiden Korea Utara Kim Jong-un, dia menuduh gerakan Islamophobia dimunculkan oleh Amerika Serikat untuk kepentingan politik dan ekonomi negara adidaya itu.
Gerakan Islamophobia telah melahirkan stigmatisasi yang sangat merugikan Islam dan umat Islam. Di antaranya istilah teroris, radikalis, intoleran dan lain sebagainya. Dalam bentuk gerakan taktis muncul lSIS, Al Qaeda dan lainnya. Gerakan propaganda itu telah berhasil membuat situasi umat dunia gaduh. Korban nyawa manusia akibat aksi bunuh diri telah banyak bermunculan diberbagai belahan dunia, dan tak terkecuali juga di Indonesia.
Kini dunia telah mengakui bahwa Islamophobia adalah bentuk pelanggaran terhadap hak manusia yang hakiki. Sebelum PBB menetapkan tanggal 15 Maret sebagai hari internasional anti Islamophobia, sejumlah tokoh dunia telah buka suara apa sebenarnya Islamophobia itu.
Sebut di antaranya mantan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Hillary Clinton dalam sebuah video yang pernah viral beredar dia juga mengaku bahwa gerakan ISIS, isu erorisme diciptakan Amerika.
Lalu, PM Kanada ke-23, Justin Trudeau, dia mengatakan isu Islamphobia sudah tidak diterima alias tidak laku. Di Amerika Serikat dikabarkan DPR di negara itu telah meloloskan rancangan undang undang untuk berantas Islamophobia.
Ditetapkannya 15 Maret sebagai hari internasional anti Islamophobia menjadi pengakuan dunia bahwa gerakan itu harus ditinggalkan karena melanggar hak asasi manusia yang paling mendasar. Tidak ditemukan bukti secara ilmiah tuduhan bahwa ajaran Islam ajaran yang keras.
Bagi umat Islam, munculnya Islamophobia ini telah diingatkan oleh Alah SWT dalam Al Quran Surat As saf ayat 8. Allah SWT berfirman : “Mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, tetapi Allah tetap menyempurnakan cahaya Nya meskipun orang kafir membencinya”.
Pada ayat ini Allah mengingatkan umat Islam bahwa orang orang kafir akan tetap selalu berusaha untuk menghancurkan Islam dan umat Islam dengan segala macam propagandanya. Namun Allah memastikan bahwa orang kafir itu tidak akan berhasil, karena Allah SWT menjamin akan mengamankan dan menjaga ajaran Islam.
Dunia sempat termakan oleh propaganda gerakan Islamophobia tersebut. Bahkan internal umat Islam sendiri, termasuk di Indonesia, saling hantam, saling menyudutkan antara satu dengan lainnya, nyaris membuat umat Islam tercerai berai.
Rupanya janji Allah akan menyempurnakan Islam mulai tampak. Gerakan Islamophobia kini mulai dijauhi oleh konstalasi politik global. Isu Islamophobia mulai tidak laku. Dunia sadar dan tidak lagi percaya Islamophobia sebagai senjata ampuh untuk merebut kemenangan global. Puncaknya PBB menetapkan tangal 15 Maret sebagai hari internasional anti Islamophobia.
Masalahnya adalah ketika dunia sudah mulai tidak menerima kehadiran gerakan Islamophobia, dan PBB memastikan akan memerangi Islamophobia, justru di Indonesia narasi Islamophobia masih terus bergema. Anehnya narasi itu juga dilontarkan oleh oknum pejabat yang seharusnya lebih faham tentang konstalasi politik global.
Istilah radikalisme, terorisme, intoleransi yang bermuatan narasi Islamophobia masih sering muncul di Indonesia. Ironis, ketika dunia global menjauhi Islamophobia, justru Indonesia yang warganya mayoritas muslim, masih dibisingkan dengan narasi Islamophobia. Indonesia, apa kabar? (*)