JAKARTA (global-news.co.id) – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) berkomitmen mengawal pengeboran 900 sumur pengembangan pada 2022 agar pelaksanaannya bisa berjalan baik.
Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratno menyampaikan hal itu melalui keterangan tertulisnya, Minggu (2/1). Menurut dia, jumlah pengeboran sumur pengembangan di tahun ini naik signifikan, dibandingkan target pengeboran sumur pengembangan pada tahun lalu.
“Kami telah menyusun rencana dan strategi Indonesia Oil and Gas 4.0 untuk mencapai target produksi minyak 1 juta barel dan gas 12 miliar standar kaki kubik gas per hari (BSCFD) pada pada 2030,” ujar Julius.
Menurut Julius, pandemi Covid-19 telah memaksa SKK Migas untuk melakukan perubahan strategi dan berbagai penyesuaian.
Menurutnya, kenaikan harga minyak dunia sepanjang tahun lalu dan diperkirakan bertahan pada harga yang tinggi di tahun ini telah membangkitkan optimisme pelaku usaha industri hulu migas.
“Saat inilah momentum mereka untuk meningkatkan investasi hulu migas, salah satunya adalah peningkatan investasi untuk pemboran sumur pengembangan,” kata Julius.
Julius merinci jumlah 900 sumur pengembangan untuk tahun ini berasal dari hasil pembahasan work, program & budget(WPnB), kesepakatan tambahan, dan rencana program filling the gap.
Hasil WPnB ada 790 sumur pengembangan, kemudian 10 tambahan sumur pengembangan dan potensi 100 sumur pengembangan dari survei Full Tensor Gravity Gradiometry (FTG),
“Kami berkomitmen 2022 adalah titik balik untuk produksi migas nasional kembali meningkat secara berkelanjutan sampai tahun 2023,” ujar Julius.
Saat ini, SKK Migas dan kontraktor (KKKS) telah mempercepat target jumlah 900 sumur pengeboran dari sebelumnya pada 2024 menjadi 2022.
Langkah ini sekaligus dalam rangka carry over beberapa target sumur pengeboran yang belum bisa direalisasikan sepanjang 2020-2021 karena pandemi COVID-19.
“Kami optimis target produksi dan lifting migas nasional tahun ini dapat dicapai. Kita semua berharap tahun ini bisa turn over dari menurunnya produksi migas menjadi tren meningkat secara berkelanjutan sampai tercapainya target di 2030,” kata Julius. (IP, ins, ntr)