SURABAYA (global-news.co.id) – KONI Jawa Timur (Jatim) menutup 2021 dengan meluncurkan Institute of Sport Science (ISS). Lembaga yang akan dipimpin Prof Toho Cholik Mutohir ini merupakan pengembangan dari Badan Sport Science (BSS). ISS bakal menjadi tulang punggung Pemusatan Latihan Daerah (Puslatda).
Selama ini BSS merupakan sesuatu yang positif keberadaannya. BSS telah dirasakan manfaatnya oleh pelatih maupun atlet. Mayoritas mereka menginginkan BSS ini dikembangkan. Hal ini untuk memberikan layanan yang makin optimal dalam pembinaan olahraga di Jatim ke depan.
“Fungsinya diperluas. Lingkupnya lebih luas. Pendekatan ISS lebih holistik, serta memperhatikan prestasi dan kehidupan atlet. Sehingga fokusnya tidak hanya atlet, tapi juga interaksi antara pelatih dengan atlet,” kata Prof Toho dalam launching ISS di Kantor KONI Jawa Timur, Kamis (30/12).
Maestro olahraga dari Universitas Negeri Surabaya (Unesa) ini menegaskan, ISS merupakan langkah maju dari KONI Jatim. Apalagi tidak banyak daerah yang getol dengan sport science. Baru Jatim dan DKI Jakarta saja. Ini merupakan kans Jatim untuk menjadi produsen atlet yang tidak hanya berprestasi di kancah nasional, tapi juga internasional.
“ISS akan bersinergi dengan Badan Pelaksana Puslatda, Badan Diktar sebagai tiga pilar besar di Puslatda Jatim ke depan,” kata mantan Direktur Badan Sains Olahraga (BSO) Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) itu.
ISS tak hanya diisi pakar olahraga di Jatim, juga ada pakar olahraga dari Australia Barat yang selama ini menjadi sister city Provinsi Jatim.
Toho secara khusus meminta Hallam Pereira dari Department of Sport and Recreation Australia Barat, mengirimkan seorang ahli yang bisa fulltime di Jatim guna membantu Puslatda ke depan.
Sedangkan Ketua Umum KONI Jatim, Erlangga Satriagung, mengatakan, target Jatim bukan sekadar PON. Melainkan memperbanyak kontribusi raihan medali oleh atlet Jatim di single event maupun multievent di level internasional. Baik itu SEA Games, Asian Games, maupun Olimpiade.
“Sebab, meski ada atlet Jatim yang berprestasi di PON, tapi jika melempem di internasional, artinya dia masih jago kandang. Ke depan tidak boleh seperti itu. Kenapa BSS dikembangkan menjadi ISS, itu karena point of view Jatim sudah internasional, bukan semata nasional,” kata dia. (kmf, jtm)