Global-News.co.id
Madura Utama

Refleksi HUT Ke-76 Kemerdekan RI: Pandemic Covid-19, Sejarah Menguji Kesetiakawanan

Badrut Tamam saat konferensi pers beberapa hari lalu di Pendopo Ronggosukowati 

Oleh : Baddrut Tamam*

Senin (16/8/21) kemarin saya mendengarkan pidato Presiden Joko Widodo. Itu sungguh sangat optimistis sekali.

Yang pertama disebutkan bahwa sektor penanganan layanan kesehatan pemerintah pusat bersama dengan seluruh pemerintahan di Indonesia sudah melayani pasien covid-19 dengan sungguh luar biasa.

Yang kedua, pertumbuhan ekonomi diprediksi tahun 2022 itu antara 5 % sampai 5,5%.

Yang ketiga kesetiakawanan.

Saya melihat pandemic Covid-19 ini memang sedang menguji kita semua untuk bisa mendorong kesetiakawanan yang juga saat ini bersamaan dengan Dirgahayu RI yang ke-76. Semangat mendorong kesetiakawanan yang diuji oleh sejarah bahwa pandemic ini tidak hanya menuntut kesabaran, keikhlasan tetapi menguji nasionalisme kesetiakawanan kebersamaan kita semua antar satu bangsa.

Di beberapa negara lain, misalnya di Afghanistan, memberikan gambaran kepada kita bahwa menipisnya nasionalisme, mengurangnya kesetiakawanan itu akan menimbulkan gesekan sesama di antara bangsa. Untuk kemudian bisa menghindari gesekan itu, kepedulian terhadap teman kawan tetangga saudara yang lain sedang diuji oleh pandemic ini.

Di sisi lain, Indonesia merdeka ini bukan pemberian, bukan juga hadiah, tetapi para pahlawan para pejuang para mujahid merebut kemerdekaan ini dari kolonialisme. Sehingga kalau pandemic ini menyudutkan nasionalisme kita, refleksi yang perlu kita lakukan adalah lebih berat mana menjaga dan mengisi kesetiakawanan dengan para pahlawan yang merebut kemerdekaan.

Mengisi kemerdekaan dengan kebersamaan kekompakan antar satu bangsa ini penting untuk bisa mengikat kembali sebagai negara yang aman dan damai.

Yang keempat, hoax kini meretakkan, hoax telah menjauhkan sesama, membuat ragu, semakin curiga kepada orang lain. Makanya disaat HUT RI ini kita semuanya harus memproduksi memberitakan hal hal yang merajut kebersamaan kita dan tidak mengoyak nasionalisme dan kebhinekaan.

Hoax jika dikonsumsi anak anak kita, mereka jadi gak tahu mana yang benar dan mana salah. Kalau generasi tidak tahu mana benar mana salah, maka perwajahan republic ini akan menjadi tidak menggembirakan. Tetapi jika berita hoax terus ditinggalkan dan dikuatkan berita edukatif transformative yang merajut keanekaragaman persaudaraan, maka ini akan sungguh luar baisa.

Saya sendiri memilih, misalnya anak-anak saya tidak boleh lihat atau pegang handphone, kalau megang di jam jam tertentu saja, saya takut mengonsumsi berita hoax. Generasi yang konsumsi berita hoax akan jadi anak antagonis.

76 tahun Indonesia merdeka, solidaritas kebersamaan harmoni dan komitmen untuk saling peduli mencintai sebagai suatu bangsa harus semakin kuat diantara kita. Mengisi kemerdekaan ini dengan sesuatu yang baik ini perlu kita tingkatkan, saling peduli tidak saling mengeluh diantara kita semua.

Betapapun ekonomi kita sedang turun karena pandemic, tidak membuat saling menyalahkan tetapi saling menguatkan bahwa kita sedang menghadapi pandemic.

Dalam kondisi pandemic ini syukur alhamdulillah kita ini bisa tetap bersyukur. Dalam al Quran disebutkan, jika kita bersyukur dalam kondisi apapun Allah akan nambah nikmat, nikmat kedamaian kebahagiaan, sehingga mengisi kemerdekaan ini alhamdulillah kita diberi oleh Allah berkat perjuangan para pahlawan berkat para pemimpin diberi negara Indonesia yang aman tenteram yang sekarang tengah berjuang menghadapi pandemic. Mudah mudahan dengan solidaritas kebersamaan yang kita miliki, pandemic ini segera berakhir dan kita segera tumbuh.

Kenapa tumbuh? Karena kita tangguh, tangguh kenapa, karena solidaritas kesetiakawanan semakin baik di antara kita.

Jika kita bukan bagian dari penyelesaian, maka memungkinkan kita menjadi bagian dari persoalan. Kontribusi apa yang sudah kita berikan kepada Indonesia, sementara Allah menganugerahkan oksigen yang kita hirup, air yang kita minum juga dari bumi Indonesia.

Sekarang apa yang sudah kita berikan untuk Indonesia ? Syukur apa yang sudah kita perbuat untuk tetangga, teman. Semakin banyak kebaikan yang kita lakukan mesti akan menjadi kebaikan yang terdampak ke diri kita sendiri, betapapun kadang dicibir, yang penting terus berbuat baik, caranya baik, tujuannya baik untuk bersama.

Kini kita focus membangun desa, bagaimana mendorong desa makmur. Desa makmur itu adalah kesetiakawanan antar masyarakat desa. Dulu waktu para pahlawan berjuang tanpa fasilitas, karena keyakinan karena etos lahir luar biasa akhirnya kita merdeka. Sekarang fasilitas lengkap tinggal bagaimana kesetiakawanan terus ditingkatan menjadi sikap utama kita. (*)

*Penulis adalah Bupati Pamekasan.

baca juga :

Bayi Kelainan Anus, Wabup Subandi Sebut Segera Dirujuk ke RS dr Soetomo

Redaksi Global News

Persik Kediri Pertahankan Pilar Benteng Pertahanan

Redaksi Global News

PON XXI Aceh-Sumut: Tim Drumband Jatim Targetkan 17 Medali

Redaksi Global News