SEOUL (global-news.co.id) – Korea Selatan memperluas operasi disinfeksi di habitat utama burung liar dan peternakan unggas untuk mengatasi meningkatnya jumlah kasus flu burung yang sangat patogen di negara tersebut.
“Karena masuknya burung migran ke negara itu, kontaminan dapat masuk ke peternakan lokal kapan saja,” kata Kementerian Pertanian, Pangan dan Urusan Pedesaan dalam sebuah pernyataan mengutip The Korea Times, Selasa (22/12/2020).
Lantaran menghadapi situasi yang gawat, kementerian tersebut juga menyatakan tidak akan ada toleransi sama sekali terhadap pelanggaran pedoman karantina.
Otoritas setempat menggunakan 958 unit kendaraan dan drone untuk melakukan operasi disinfeksi di sekitar peternakan unggas.
Kementerian Pertanian juga menyarankan pertanian untuk menerapkan disinfektan di sekitar pertanian mereka dan membersihkan lantai setiap hari. Mereka juga diminta mengganti sepatu saat berpindah di antara gudang.
Negara tersebut sejauh ini telah melaporkan 18 kasus flu burung yang sangat patogen dari peternakan unggas, termasuk di sebuah taman pribadi, sejak akhir November. Tidak ada kasus yang dicurigai sedang diselidiki pada Senin pagi.
Sebuah peternakan ayam di Gumi, Provinsi Gyeongsang Utara, sedang didesinfeksi pada 16 Desember setelah patogen yang ditemukan dari sana dipastikan terkena flu burung.
Virus itu terutama menyebar dengan kecepatan lebih cepat di Provinsi Jeolla Selatan, yang menyebabkan enam infeksi. Empat berasal dari Provinsi Jeolla Utara.
Penyebaran virus sejauh ini telah menyebabkan pihak berwenang memusnahkan 6,1 juta unggas, termasuk 4 juta ayam dan 1,2 juta burung puyuh.
Berdasarkan hukum setempat, unggas dalam radius 3 kilometer dari peternakan yang terinfeksi kasus yang sangat patogen harus dimusnahkan.
Negara tersebut melaporkan kasus flu burung yang sangat patogen pertama tahun ini dari burung liar pada akhir Oktober. Sebanyak 30 kasus dikonfirmasi dari habitat burung liar di seluruh negeri.
Sementara itu, kementerian mengatakan kasus flu burung terbaru hanya berdampak terbatas pada pasar lokal untuk unggas dan telur. “Harga telur baru-baru ini naik sekitar 7,3 persen dibandingkan dengan rata-rata tahunan,” kata kementerian, seraya menunjukkan bahwa pengecer juga memiliki volume yang cukup untuk stok produk unggas. zis, tkt, bis