SURABAYA (global-news.co.id) – Keinginan memperoleh predikat cantik sering kali membuat kaum hawa kebablasan. Banyak dari mereka yang berani menabrak batasan estetika, kesehatan sehingga memunculkan fenomena overdone treatment. Yakni hasil perawatan yang berlebihan sehingga tampilan terlihat tidak natural.
Founder dan President Director Miracle Aesthetic Clinic Group dr Lanny Juniarti Dipl AAAM menjelaskan saat ini tren kecantikan wanita Indonesia banyak mengacu pada tren kecantikan Korea. Yakni bentuk wajah V alias tirus, kulit putih ala wanita-wanita Korea dan hidung mancung. Sayangnya banyak dari mereka yang berlebihan dalam melakukan tindakan kecantikan sehingga tampilan tak proporsional. Terjadi perubahan wajah secara drastis. Saat membagikan foto dan video dengan tampilan yang dirasa merupakan tampilan terbaiknya di media sosial, bukannya pujian yang didapat, justru menuai komentar pedas.
“Narik dagunya atau potong rahang dagunya terlalu banyak, atau hidung terlalu mancung sehingga tak proporsional. Atau kadang melakukan filler bibir terlalu berlebihan atau tarik benangnya terlalu kencang sehingga wajah sulit tersenyum,” kata dr Lanny saat menjadi pembicara dalam acara Tweakment: The New Era of Beauty Movement yang digelar di Milleu Space, Kamis (13/2/2020) siang.
Dijelaskan dr Lanny tindakan kecantikan yang tak proporsional ini kadang juga dipicu permintaan kastemer sendiri. Mereka berpikir apa yang dilakukan itu menarik, menjadi lebih cantik dan seksi. Padahal bagi orang lain, apa yang dilakukan terlihat aneh karena berlebihan. “Apapun kalau serba berlebihan, itu tidak baik. Penampilan terlihat alami sekarang lebih diapresiasi, digandrungi. Oke ada perbaikan, tapi jangan sampai mengubah wajah aslinya. Misal pakai filler di bibir, tapi jangan terlalu banyak sehingga bibir terlihat penuh tak proporsional,” kata dr Lanny memberi contoh.
Diakuinya saat ini, orang-orang sudah jenuh dengan tampilan yang berlebihan. Jika dilihat tren make up saat ini juga bergeser. Masyarakat sekarang suka dengan polesan yang ringan, tidak terlalu heavy sehingga memberikan kesan menawan namun tetap tampak natural (natural look).
Industri estetika juga mengikuti bergesernya tren masyarakat yang ingin tampilan natural. Muncul tuntutan agar tampilan tampak natural dan memesona sesuai dengan karakteristik personalitinya. “Dalam konteks ini yang disebut natural bukan berarti tidak melakukan perawatan, akan tetapi perawatan estetika yang dilakukan mampu menghasilkan tampilan yang natural dan tidak berlebihan,” katanya.
Muncullah istilah tweakment untuk merespon tuntuan masyarakat tersebut. Tweakment ini kata dr Lanny merupakan perawatan estetika minimal invasive yang dapat mengatasi pigmentasi, kerutan kulit, peremajaan kulit, mengencangkan wajah, pembentukan wajah dengan mengembalikan volume wajah dan menyesuaikan kembali proporsi dari setiap bagian wajah. “Dengan porsi tweakment yang tepat, seseorang dapat memiliki hasil tampilan yang tampak natural dan juga tidak berlebihan,” katanya.
Miracle, kata dr Lanny memahami apa yang menjadi keinginan kastemer dan berusaha memenuti tuntutan masyarakat. Dengan metode Facial Architecture dapat menjadi solusi dari kebutuhan dan tampilan natural dari masyarakat. Pihaknya mengaku mengintegrasikan fasilitas perawatan yang telah dimiliki baik menggunakan perawatan teknologi canggih maupun perawatan injectables layaknya tweakment.
R & D Medis Miracle Aesthetic Clinic dr Erlita menambahkan Facial Architechture dilakukan secara holistik yang mana tidak hanya asal melakukan perawatan. Dokter akan melakukan analisa pada wajah pasien untuk mengetahui problem yang dialami sehingga dapat menentukan perawatan apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh setiap pelanggan. “Baru merancang blueprint yaitu menentukan titik-titik mana yang menjadi target perawatan pembentukan wajah,” katanya.
Dia yakin penggabungan dukungan teknologi, teknik kesehatan dan seni yang dimiliki dokter mampu memberikan hasil perawatan yang aman, tahan lama dan tidak membuat wajah tampak overdone. Sehingga setiap individu dapat tampil dengan versi terbaiknya tanpa menjadi orang lain. tis, eno