Senin (19/2/2018), Mat Tadji mendapat tugas di ibu kota. Jakarta, ya… Jakarta. Kali ini, dia akan “bertandang” ke seorang direktur sebuah perusahaan pelayaran ternama. Maryono, namanya. “Assalamualaikum. Bapak selalu kelihatan segar setiap saat,” kata Mat Tadji setelah masuk ruangan Bapak Maryono di kawasan Jl. Sudirman, Jakarta Pusat.
Setelah melakukan pembicaraan serius dan fokus, Mat Tadji selalu tertarik dengan penampilan Maryono yang mengaku berusia 65 tahun itu. “Oreng reya omorrah la towah, tapeh acorak gik ngodheh, Segger. (Orang ini umurnya sudah tua, tetapi kelihatan seperti masih muda. Segar, Madura, Red),” Mat Tadji bertanya dalam hati.
“Ini kan sudah waktunya makan siang. Ayo makan siang,” kata Maryono, sambil mengajak Mat Tadji ke ruang sebelah, ruangan khusus makan karyawan.
Di depan tempat duduk Mat Tadji sudah ada bungkusan nasi (makanan yang dibeli). Yang membuat Mat Tadji heran, yakni dua tas kecil yang dibawa Maryono ternyata menu makan siang yang terdiri dari nasi, sayur hingga buah. Lengkap. Tentang ini Maryono mengaku dirinya sudah lama makanan makan siang itu dibawa dari rumah. Masakan istri tercinta.
“Saya percaya pada istri saya. Dia akan memasak masakan sehat bagi saya. Membeli? Memang lebih praktis dan banyak pilihan. Hanya saja, saya ragu bahannya. Tidak menutup kemungkinan vetsin bertaburan pada masakan itu, sehingga enak. Serta tak menutup kemungkinan bahan-bahan bahaya lainnya, seperti pengawet dan lainnya. Kalau masakan istri, dijamin tanpa vetsin dan bahan pengawet serta bahan bahaya lainnya,” kata Maryono sambil tertawa.
Mat Tadji semakin “terpesona” dengan gaya hidup bos yang satu ini. Kalau bos-bos yang lain pas waktu makan siang, pasti ada di restoran papan atas. Itu tidakberlaku bagi Maryono. “Ini kan hanya pilihan saja. Ingi sehat atau tidak. Kalau ingin sehat makanlah makanan sehat, olah raga dan istrihat cukup. Saya memilih ingin sehat,” katanya.
Mat Tadji semakin “terpesona lagi” melihat wajah yang tak keriput. Lengan yang tak gelembir dan lainnya. Intinya, orang ini segar bugar di usianya yang sudah 65 tahun. Lalu Mat Tadji bertanya, “dari bangun sampai mau tidur malam apa saja yang dilakukan bapak,”.
“Pagi setelah bangun tidur setelah sholat saya buat jus sendiri. Sarapan roti ditambah 3 butir telur kampung masak yang dimakan putihnya saja. Lalu lari sekitar 30 menit. Ke kantor. Makan siang nasinya tidak terlalu banyak, tapi sayur dan buah cukup banyak. Malam hari tidak makan nasi, tapi makan sayur dan buah. Kadang ditambah tempe dan tahu goreng. Sholat Isya pastilah. Setelah itu, tidurlah. Itulah keseharian saya,” katanya.
Lari rupanya tidak cukup, Maryono dalam semingu sebanyak dua kali melakukan fitness di rumahnya yang sudah lengkap peralatannya di rumahnya. “Siapa pun orangnya, pasti pada saatnya akan ‘kembali’. Hanya saja, saya tetap berusaha bagaimana saya sehat. Kalau sudah berumur seperti saya ini, ibadah dan menjaga kesehatan sangatlah perlu. Itu saja. Saya bekerja untuk kesehatan. Hasil bekerja dibelikan barang-barang yang sehat. Kahir pekan berlibur bersama istri dan anak-anak, tapi lebih banyak dengan istri, karena anak-anak sudah besar-besar,” kata Maryono.
“Bapak hebat. Insyaallah saya akan meniru pola hidup bapak,” kata Mat Tadji.
“Ehhh…, tapi merokok harus berhenti lo,” kata Maryono sambil ketawa lepas.
“Siap,” sahut Mat Tadji. (*)