SURABAYA (global-news.co.id) Masih tersebarnya dokter spesialis di kota besar seperti di Surabaya, Sidoarjo, Malang, dan Gresik, membuat Dinas Kesehatan (Dinkes) Jatim berupaya melakukan pemerataan ke sejumlah daerah yang dinilai kekurangan
Kepala Dinkes (Kadinkes) Jatim, Dr dr Kohar Hari Santoso usai menjadi pembicara di acara Perhimpunan Rumah Sakit Indonesia (Persi) Daerah Jawa Timur, Selasa (3/10/2017), mengatakan pihaknya butuh waktu untuk mendistribusikan tenaga dokter spesialis ke daerah yang membutuhkan.
“Secara umum jumlah dokter spesialis relatif kurang. Sekarang ini masih banyak berkumpul di kota-kota besar saja. seperti Surabaya, Malang, Sidoarjo, dan Gresik,” katanya.
Dr Kohar mengutarakan pihaknya bakal mengkoordinasikan dengan organisasi profesi dan center-center pendidikan dalam membuat jejaring. “Jadi mereka yang akan lulus menjadi dokter spesialis kita kirim ke tempat-tempat yang membutuhkan. Tetapi, memang tidak lepas begitu saja. melainkan harus dikontrol dari para seniornya,” terang dia.
Ia menjelaskan program pusat wajib kerja dokter spesialis masih tetap berjalan. Yakni, saat ini diprioritaskan untuk daerah perbatasan. Lanjut dr Kohar, daerah terpencil dan sulit dijangkau serta tidak ada satupun dokter spesialisnya menjadi prioritas. “Nanti kalau jumlah dokter spesialisnya banyak maka semua diwajibkan kerja di berbagai tempat,” imbuhnya.
Daerah yang paling membutuhkan dokter spesialis sekarang ini, lanjut Kohar, adalah daerah yang paling jauh dan terujung. Seperti di Kabupaten Sumenep dan Pacitan relatif masih kurang. “Mereka (dokter spesialis, red) ini bukan tidak mau, tetapi belum gilirannya saja. Nanti kalau jumlahnya sudah cukup banyak dan di kota besar jenuh akan lari kesana,” urainya.
Dinkes Jatim, kata Kohar, telah membuat program Nusantara Sehat melalui Kementrian Kesehatan (Kemenkes) untuk mengirim ke daerah pelosok. “Tetapi untuk dikirim kesana membutuhkan anggaran. Oleh karena itu, kita sedang berhitung bagaimana mengirim dokter spesialis kesana. Daerah juga mampu untuk ikut membiayai menjaga akomodasi dan kehidupannya disana. Jadi disana itu harus diopeni lah, kalau sampai sana tidak bisa hidup gimana,” paparnya.
Berkait dengan masih belum meratanya penugasan para dokter spesialis, Dinkes Jatim juga meminta pemerintah daerah turut berperan merekrut tenaga dokter spesialis di wilayah setempat. Ini karena, dokter spesialis kini masih terpusat di beberapa kota besar seperti Surabaya, Malang, Sidoarjo dan Gresik
“Kami berharap bupati/walikota bersedia merekrut tenaga dokter spesalis dengan membuka penerimaan pegawai negeri sipil atau sejenisnya. Melihat kebutuhan dokter spesalis yang minim menjadikan kepala daerah harus cepat melakukan perekrutan,” tutur Kohar.
Salah satu kendala, sambung Kohar, adalah sarana dan prasarana yang ada di rumah sakit tidak cukup memadai bahkan kekurangan. “Jika di rumah sakit ada dokter spesalisnya tapi sarana dan prasarana tidak mendukung bagaimana dokter spesalis bisa bekerja dengan baik,” ungkapnya.
Dalam waktu dekat, pihak dinkes akan berkoordinasi dengan kepala daerah untuk menyatukan komitmen terkait perekrutan tenaga dokter spesialis. Termasuk imbauan untuk mendukung program Nusantara Sehat dari Kemenkes yang salah satu tujuannya mengatasi masalah keterbatasan tenaga dokter spesalis di daerah terpencil. Seperti diketahui, program Nusantara Sehat merupakan program untuk memperkuat pelayanan kesehatan primer untuk mewujudkan Indonesia Sehat melalui peningkatan jumlah, sebaran, komposisi, dan mutu tenaga kesehatan. Program Nusantara Sehat melibatkan sejumlah tenaga kesehatan seperti dokter, bidan, perawat, tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan lingkungan, analis kesehatan, dan tenaga kesehatan masyarakat di dalam satu tim kerja.(zis)