Buruh migran asal Indonesia (TKI) di Taiwan disebut-sebut lebih beruntung ketimbang mereka yang bekerja di negara lain, seperti di Malaysia atau Arab Saudi. Kasus penganiayaan TKI oleh majikan di Taiwan “nyaris tak terdengar”. Warga Taiwan juga dinilai lebih peduli pada TKI. Salah satu buktinya berupa iklan di TV yang mengedukasi para majikan agar memahami bahwa TKI muslim haram memakan daging babi. Sebaliknya, justru TKI sendiri kadang berulah negatif hingga mencoreng nama baik buruh migran asal Indonesia.
LAPORAN GATOT SUSANTO
Heboh dilakukan TKW yang biasa dipanggil Mbak Ana. Ulah perempuan yang berbuat jahil pada majikan prianya ini menjadi pembicaraan luas karena masuk tayangan TV Taiwan. Robby Owin, salah seorang TKW di Taiwan, mengaku hanya mengelus dada saat melihat berita di TV milik majikannya di Taichung, Taiwan. Perempuan bernama asli Rubbyah asal Sumedang, Jawa Barat, ini kaget saat TV Taiwan memberitakan ulah temannya sesama TKW yang berbuat jahil pada orangtua majikannya yang sudah sangat tua.
“Menurut saya dia nggak punya etika. Akibat perbuatan dia semua TKI di Taiwan kena getahnya. Majikan kami bisa saja menganggap semua TKI berbuat serupa dengan dia. Saya bersyukur majikan saya percaya sepenuhnya pada saya. Karena itu saya harus menjaga amanah ini dengan bekerja sebaik-baiknya, tidak seperti dia (Mbak Ana, Red.),” kata Robby kepada Global News, Rabu (20/4/2016).
Dalam tayangan TV itu terlihat seorang TKW asal Indonesia berpakaian seksi menjahili majikannya. Sesekali dia mencubit dan mencium majikannya itu. Pada adegan lain dia pamer uang. Yang memprihatinkan Ana juga menindih majikannya yang terbaring di tempat tidur sambil beradegan cabul.
Kontan saja tayangan ini menyebar di dunia maya hingga membuat kehebohan di kalangan para TKI. Bukan hanya di Taiwan, tapi juga TKI dari negara-negara lain. Semua mengecam ulah perempuan yang dipanggil Mbak Ana itu.
Kecaman juga ditampilkan dalam bentuk video yang diunggah di facebook. Sebagian besar pengecam khawatir gara-gara dia citra TKI buruk di mata masyarakat Taiwan. “Bisa saja pengiriman TKI ke Taiwan distop gara-gara dia,” kata seorang netizen.
Ana sendiri memiliki banyak akun facebook, dengan nama seperti Ana, Ana Dwi Maisya, Merica Sambil Upil, dan Ana Pesek. Dalam akun facebooknya dia sempat menjawab hujatan rekan-rekannya tersebut. Intinya, dia hanya bercanda dengan ulahnya itu. Karena itu dia kaget juga reaksi masyarakat terhadap tayangan video itu sangat negatif. “Tapi ini urusan aku, kalian tak bisa ikut campur. Aku juga tak ikut campur urusan kalian,” katanya, cuek.
Menurut Robby, video tak senonoh itu diposting sendiri oleh Ana di facebook-nya sehingga langsung menyebar di dunia maya dan menjadi bahan liputan media setempat. Padahal, kata dia, secara umum majikan di Taiwan baik. “Alhamdulillah, secara umum majikan di sini baik. Gaji TKW antara Rp 4-5 jutaan tergantung kurs. Kasus-kasus penganiayaan TKW hampir tak ada di Taiwan. Jadi kami sangat bersyukur. Memang kadang majikan cerewet tapi itu biasa kan. Kebutuhan kami semua dipenuhi, kecuali soal daging babi itu. Lalu kami lapor ke KDEI (Kantor Dagang Ekonomi Indonesia) hingga ada iklan soal daging babi itu,” katanya.
Iklan Daging Babi
Iklan itu bertajuk “Jangan Paksa Tenaga Kerja Asing Muslim Makan Daging Babi”. Kabar ini cukup menggembirakan bagi BMI (Buruh Migran Indonesia) di Taiwan khususnya yang beragama Islam, di mana Pemerintah Taiwan melalui Vocational Training Council of Labour Affairs, Executive Yuan, telah berupaya menanamkan pemahaman kepada para majikan supaya tidak memaksa para Tenaga Kerja Asing Muslim memakan daging babi. Bahkan imbauan ini tidak hanya ditujukan kepada para majikan, namun juga khalayak pada umumnya.
Sejak tanggal 30 November 2010 Pemerintah Taiwan mulai menayangkan iklan TV berdurasi 30 detik tersebut. Iklan ini memperlihatkan seorang pembantu rumah tangga asal Indonesia bernama Ina, yang mengurus seorang kakek dalam keluarga Taiwan. Tayangan dengan tokoh Ina ini sangat kontras dengan ulah Ana menjahili majikannya.
Lalu muncul anak-anak Taiwan yang memberi pengertian soal pembantu di rumahnya. “Ibu mengatakan kepada saya bahwa Ina beragama Islam dan orang Islam tidak memakan daging babi, sehingga kami tidak boleh memaksanya makan daging babi,” kata seorang gadis kecil dalam keluarga Taiwan yang ada dalam iklan TV tersebut.
“Pada hari Minggu, kami memberinya hari libur sehingga dia bisa pergi ke masjid. Ibu berkata bahwa jika kita memperlakukan Ina dengan baik, dia juga akan mengurus Kakek lebih baik lagi,” imbuh gadis kecil tersebut. Iklan TV itu diakhiri dengan kata-kata penghormatan, kesetaraan, dan hak asasi manusia.
Dewan Ketenagakerjaan, Eksekutif Yuan, Taiwan, meluncurkan iklan TV ini setelah beberapa pekerja asing dan pembantu muslim sebelumnya mengeluh bahwa majikan mereka memaksa mereka untuk memakan daging babi atau bahkan sampai ada yang memaksa mereka mengubah agama mereka. Hal ini dilaporkan media KMIT (Keluarga Muslim Indonesia Taiwan).
Kasus ini sempat heboh pada tanggal 27 Agustus 2010 silam, di mana sebuah pengadilan Taiwan menghukum seorang pemilik perusahaan pakaian olahraga dengan hukuman enam bulan penjara karena memaksa tiga pekerja muslim Indonesia untuk makan daging babi.
Adalah Chang Wen-lin, pemilik Shin Hua Hang Fashion Co., diduga memaksa tiga pekerja perempuan Indonesia untuk memakan daging babi selama tujuh bulan, dengan alasan memakan daging babi bisa membuat mereka (pekerja muslim Indonesa) lebih kuat sehingga mereka bisa melakukan pekerjaan lebih banyak. Ketika mereka menolak untuk makan daging babi, dia mengancam akan memotong gaji mereka sebanyak NTD 500 (sekitar 15 dolar AS) per hari dari gaji setiap pekerja sebagai hukuman.
“Taiwan memiliki karakter masyarakat yang plural, jadi memang sudah selayaknya untuk saling menghargai antarkomunitas agama,”, ujar Mr. Ma, Ketua Chinese Muslim Association (CMA) seperti dimuat dalam pemberitaan KMIT online.
Untuk mengindari hal pemaksaan seperti ini terulang lagi, CMA menghubungi Executive Yuan agar Lembaga Eksekutif Taiwan tersebut mengeluarkan press release yang ditujukan ke organisasi-organisasi pemerintah, media cetak, serta khalayak umum untuk menyampaikan jika memang ada hal terkait Islam yang tidak dimengerti, mereka dapat berkonsultasi ke CMA.
Selama ini, BMI Taiwan sempat resah akan kondisi tersebut. Bukan hanya soal makanan yang tidak halal, majikan juga mayoritas melarang pekerjanya menjalankan sholat dan puasa Ramadhan. Padahal, bagi umat Muslim, tiga hal tersebut merupakan pokok ajaran yang berkonsekuensi tinggi jika dilanggar. Namun BMI Muslim selama ini tidak banyak yang berjuang mempertahankan kewajiban tersebut. Mereka sekadar menjelaskan kepada warga non muslim kenapa umat Islam tidak mengkonsumsi babi dan produk turunannya serta soal kewajiban sholat 5 waktu dan puasa Ramadhan.
“Tidak bisa ngomongnya, dijelaskan juga majikan tetap gak ngerti-ngerti,” Begitu rata-rata alasan TKI muslim yang bekerja di Taiwan saat ditanya mengapa tak berusaha menjelaskan kepada majikan.
Ulah PJTKI
Yang aneh, sebelum ke Taiwan, BMI telah lebih dulu dicekoki oleh pihak BLK/PJTKI di tanah air, ditakut-takuti dan diberikan pemahaman yang salah kaprah, bahwa orang Taiwan tidak suka melihat pekerjanya sholat karena menggunakan rukuh berwarna putih yang diidentikkan dengan hantu; tidak suka pekerjanya menjalankan ibadah puasa karena takut tidak bertenaga sehingga tidak bisa bekerja, bahkan diberitakan ada orang Taiwan yang beranggapan bekerja dan tidak makan (puasa) dikatakan bisa mati.
Ya, pemahaman itulah yang ditanamkan pihak BLK/PJTKI di tanah air sebelum BMI berangkat ke negara Taiwan. Hal ini yang membuat BMI pasrah, dari pada memberitahukan majikan.
“Padahal, jika berpikir lebih jauh, bukan hanya bisa disiasati, tetapi semua itu merupakan hak azasi manusia dalam menjalankan ajaran agama, yang jika ditentang tentu korban bisa mengadukan dan mencari perlindungan keadilan. Sekarang, dengan adanya pemahaman lewat iklan TV Taiwan diharapkan non muslim bisa lebih mengerti dan faham terutama terhapap BMI yang tinggal dan menetap sekian lama bersama mereka,” kata Robby.
Para mahasiswa muslim Indonesia pun sebenarnya mempunyai permasalahan hampir sama. Tinggal di Taiwan yang 90% makanan mengandung unsur babi dan produk turunannya (daging, minyak, bulu, kulit, gelatin dll) belum lagi cara pemotongan hewan dan cara memasak tidak bisa dipastikan kehalalannya.
Muslim di Taiwan sering dihadapkan pada pertanyaan dan rasa heran orang Taiwan. Pertanyaan seperti “Why you don’t eat pork? Why you don’t drink wine?” selalu ditujukan ke mereka. Terlebih majikan para pekerja yang “kolot” kadang bertanya lebih mendetail lagi. Sebenarnya, ini merupakan kesempatan untuk menjelaskan ke mereka baik secara ilmu, logika dan sudut pandang lainnya. Masalahnya, seperti sudah disebut di atas, BMI tidak menguasai bahasa setempat sepenuhnya. Majikan juga tidak dapat menerima semua penjelasan BMI karena mereka tidak faham.
Jika sebagian BMI ada yang menjawab dengan kalimat sederhana “Saya tidak makan babi, sama halnya seperti Ama (nenek) yang tidak makan sapi.” (orangtua di Taiwan banyak yang tidak mengkonsumsi sapi karena ajaran yang dianutnya melarang) maka jawaban yang dikemukakan para mahasiswa muslim lain lagi.
Seperti dalam pembahasan KAMAL (Kajian Jum’at Malam) FORMMIT (Forum Mahasiswa Muslim Indonesia Taiwan) edisi 31 Desember 2010, bertema “Halal dan Haram Makanan dalam Islam” dengan pembicara Fauzan Saiful Haq, salah satu solusi (penjelasan) yang diungkapkan seorang peserta Kamal menurutnya paling tidak jawablah seperti ini: “The main reason is because we obey Allah, we follow what Allah wants for our daily life in this religion.” Kajian Jum’at Malam FORMMIT merupakan kajian Islami khusus ikhwan yang diselenggarakan oleh FORMMIT UTARATU bertempat di kampus NTUST, kampus dengan jumlah mahasiswa terbanyak untuk wilayah Taipei. *