Oleh : Anisa Nizara*
PERGERAKAN Mahasiswa Islam Indonesia yang disingkat PMII merupakan organisasi ekstra Mahasiswa terbesar yang ada di Indonesia. Kader-kadernya tersebar nyaris di mayoritas Perguruan Tinggi Islam. Maka tak heran jika kader PMII selalu ada dimana-mana dan menempati posisi-posisi strategis.
Menjadi kader PMII tentu banyak tugas dan amanah yang harus dituntaskan. Sesuai dengan kata pertamanya, “Pergerakan,” kader PMII akan melakukan upaya-upaya dalam melakukan pengembangan diri dan SDM sekitar.
Kata pergerakan menjadi barometer tidak terjadinya stagnasi aktifitas sosial. Sederhannya bergerak bisa dimaknai sebagai perpindahan dari suatu tempat ke tempat yang lain. Sehingga mahasiswa yang beragama Islam dan ikut organisasi PMII berarti giat dalam pengabdian dan tidak malas dalam mengaplikasikan potensi diri.
Cukup terdengar lucu ketika kader PMII justru tidak mengerti tentang hal yang mesti dilakukan. Akhirnya ikut-ikutan saja atau bahkan menghilang dari kepengurusan dan kaderisasi.
Ada juga yang sejak awal su’udzan dengan memandang kader PMII biasanya keras dan arogan karena tukang demo. Padahal beraktifitas di dunia pergerakan cakupannya sangat luas. Pergerakan tidak melulu tentang demo dan menyerukan aspirasi rakyat di depan kantor parlemen. Bukan!
Melakukan pergerakan di PMII bisa dilakukan dengan banyak cara. Yang suka berorasi bisa melakukan aksi demonstrasi, yang suka nulis juga bisa ber-PMII dengan tulisan-tulisannya, menjadi Qori’, pelukis, dan lainnya. Sehingga sangat disayangkan ketika kader PMII dalam kebingungannya justru tidak mampu menemukan potensi diri yang sebenarnya bisa mengantarkannya pada pergerakan yang sesuai dengan minat, bakat dan skill kader.
Tercatat banyak kader PMII dengan kompetensi diri yang tak perlu diragukan menempati posisi strategis di negara ini. Sebut saja sahabat A. Muhaimin Iskandar yang di momen Pemilu kemarin mencalonkan dirinya sebagai Wakil Presiden RI. Meski tak beruntung, saat ini beliau masuk dalam kabinet Merah Putih sebagai Menko Pemberdayaan Masyarakat.
Bicara tentang Kabinet Merah Putih, ada beberapa senior PMII yang beruntung mengabdikan dirinya pada negeri. Ada Sahabat Prof. Nasarudin Umar sebagai Menteri Agama, Sahabat Nusron Wahid sebagai Menteri ATR/BPN, Sahabat Abdul Kadir Karding sebagai Menteri Perlindungan PMI, Sahabat Aminuddin Ma’ruf sebagai Wakil Menteri BUMN, Sahabat Juri Ardiantoro sebagai Wakil Menteri Sesneg. Terakhir ada senior Kopri PMII di kabinet Merah Putih. Beliau adalah Sahabati Arifatul Choiri Fauzi sebagai Menteri PPPA.
Selain itu masih banyak kader PMII yang mampu melakukan pergerakan dengan mengembangkan potensi diri yang dimilikinya. Menjadi penyanyi atau musisi misalnya. Di tahun 2006, seorang musisi yang juga kader PMII DKI Jakarta bernama Amsar Dulmanan menuliskan lirik lagu berjudul “Pancasila Rumah Kita” yang kemudian dinyanyikan oleh musisi kondang Franky Sahilatua saat pentas di seminar Nasional oleh PB PMII masa itu.
Dua senior PMII ini bahkan menyatakan bahwa potensi dirinya (menyanyi) adalah untuk organisasi PMII.
Siapa sangka pula ternyata di dunia modeling dan selebritas juga ada kader PMII. Sebut saja Arumi Bachsin yang tercatat pernah mengikuti Mapaba di Tulungagung pada tahun 2018 silam. Menurutnya, kader PMII harus bisa memfasilitasi SDM sosial dengan menjadi teladan yang agung. Karena aktivis diprediksi paling dominan melahirkan generasi bonus demografi. Sehingga sangat disayangkan ketika hal ini tidak dimanfaatkan untuk mendidik generasi yang ber-PMII bagi Indonesia.
Beberapa nama di atas sebagai contoh bahwa kader PMII selalu eksis dan mampu mengabdikan dirinya sebagai kader dengan memaksimalkan potensi diri yang dimilikinya. Ini menjadi petunjuk bahwa siapapun kita saat ini dalam berproses sebagai kader PMII kelak bisa menjadi apa saja dan siapa saja dengan cara memaksimalkan skill yang kita punya.
Tidak diam dan selalu aktif dalam melakukan pergerakan, sehingga pengabdian di PMII menjadi menyenangkan dan menghasilkan.
Semua upaya dan catatan keberhasilan di atas sesuai dengan tujuan atau cita-cita PMII yang termaktub dalam AD/ART PMII Bab IV pasal 4 yakni; terbentuknya pribadi Muslim Indonesia yang bertakwa kepada Allah, berbudi luhur, berilmu, cakap, dan tanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya dan komitmen dalam memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia.
Sederhananya, setiap kader PMII yang memiliki kemampuan atau ilmu yang membidangi sesuatu, cakap, bertakwa kepada Allah, dan berbudi luhur harus melakukan pergerakan dengan mengamalkan ilmu yang dimilikinya.
Selain itu, kader PMII juga memiliki kewajiban dalam upaya memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia. Tersirat makna dalam point-poin tujuan PMII, salah satunya adalah kita harus menjadi orang yang bermaanfaat untuk orang-orang di sekitar.
Hal paling mudah yang bisa dilakukan oleh mahasiswa yang mendaftarkan dirinya menjadi anggota atau kader PMII adalah dengan selalu melibatkan dirinya untuk aktif kegiatan pengembangan di PMII. Setidaknya kader PMII bisa menemukan solusi atas masalah yang menimpa dirinya sendiri. Akan tetapi perlu diperhatikan, bahwa menjadi aktivis PMII, itu berarti harus bisa menyeimbangkan antara kegiatan perkuliahan dengan kegiatan yang ada di organisasi.
Karena jika mahasiswa hanya aktif di organisasi namun lalai kegiatan akademis maka ia bukan aktivis, ia hanya seorang organisatoris. Begitupun sebaliknya, hanya berkutat di kegiatan akademik saja dan tidak aktif di organisasi, maka ia menjadi seorang akademis. Bagi yang bisa mengikuti keduanya lah yang disebut sebagai aktivis PMII.
Mengutip perkataan salah satu pendiri PMII yang diberikan nikmat sehat oleh Allah SWT hingga detik ini, beliau adalah KH. Munsif Nahrowi. Beliau mengatakan bahwa “Menjadi kader PMII itu harus memiliki peranan penting bagi sekeliling. Selagi kau bisa dan masih kuat berjuang, lakukanlah dengan ikhlas. Karena semua pasti ada nilainya.”
Senada dengan pidato Presiden RI yang baru dilantik, Prabowo Subianto. Ia berpesan kepada masyarakat Indonesia bahwa sebagai warga Indonesia yang baik mestinya kita bisa saling mendukung satu sama lain.
“Kalau anda tidak bisa membantu banyak orang, bantulah beberapa orang. Kalau tidak bisa beberapa banyak orang, maka bantulah satu orang. Jika tetap tidak mampu, maka setidaknya jangan buat orang lain susah atas tindakanmu.” (*)
* Penulis merupakan Kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) yang saat ini sedang menjabat sebagai ketua Kopri PMII IAIN Madura sekaligus Founder Rumah Sahabat Perempuan IAIN Madura.