GELOMBANG La-Lina yang membawa kekeringan dan udara panas sudah mulai dirasakan oleh masyarakat. Terutama oleh masyarakat Jatim. Musim panas (perubahan musim dari hujan ke pasas) yang berlangsung sejak Mei 2023 lalu sudahj dirasakan masyarakat Jatim. Udara panas yang “tak biasa” sudah dirasakan. Di samping itu, kekeringan sudah melanda di sejumlah daerah di Jatim. Karena itulah, keadaan ini harus benar-benar diantisipasi oleh pemerintah. Juga demikian soal kebakaran hutan yang harus diantisipasi.
Sebagaimana diketahui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah menyebutkan bahwa musim kemarau 2023 di Jawa Timur diperkirakan terjadi pada Mei 2023 hingga September 2023. Di mana puncak musim kemarau akan terjadi di bulan Agustus 2023 dan akhir Juli 2023 bagi sebagian wilayah di Jatim.
Berdasarkan kenyataan ini, musim panas masih “panjang”. Sekarang saja, kekeringan melanda sejumlah daerah di Jatim. Apalagi kalau kita hitung sampai September berakhirnya musim panas tersebut. Mewaspahi itu harus kita lakukan, sehingga tidak terjadi bencana kekeringan. Langkah ini menjadi penting mengingat Inarisk-BNPB menyebutkan bahwa Jatim memiliki tingkat bahaya kekeringan yang cukup tinggi. Pasalnya, kekeringan di Jawa timur Tahun 2023 berpotensi terjadi di 27 Kabupaten/kota terdiri dari 1.617 dusun, 844 desa/kelurahan dan 221 Kecamatan.
Estimasi Penduduk terdampak dari kekeringan di Jawa Timur tahun 2023 sebanyak 1.6664.433 jiwa/655.277 KK. Sebanyak 844 desa/kelurahan terbagi dalam 500 kering kritis, 253 kering langka dan 91 kering langka terbatas.
Bertolak pada kenyataan inilah Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengatakan, bahwa tim gabungan dari BNPB, BPBD, sinergi Pemkab dan Pemkot, serta komunitas relawan telah disinergikan guna memaksimalkan upaya pencegahan maupun penanggulangan bencana kekeringan. Melihat penurunan dari kasus Karhutla, kita optimis bahwa kekeringan di Jatim akan bisa ditanggulangi dengan baik. Tentunya dengan gabungan dari BNBP, BPDB, Pemda, dan para relawan.
Tak hanya itu, BPBD Provinsi Jawa Timur juga sejauh ini telah melaksanakan Dropping Air Bersih ke beberapa Desa Terdampak di Jawa Timur, melalui anggaran APBD Prov. Jawa Timur. Pemberian bantuan berupa Tandon dan Jerigen telah dilakukan 38 daerah dengan rincian sebanyak 350 buah Tandon dan 10.000 buah Jerigen.
Pemprov Jatim sendiri, pengiriman air bersih saat ini antara lain telah dilakukan di Kabupaten Situbondo pada 24 Mei 2023 lalu. Pengiriman Air bersih PDAM dilakukan ke lokasi wilayah yang terdampak kekurangan air bersih akibat mesin pompa bor ( Sibel ) rusak sehingga air tidak dapat mengalir ke rumah warga. Lokasi pengiriman yaitu di Kampung Polay Desa Jatisari, Kecamatan Arjasa.
Lebih penting lagi, kita akan terus melakukan mitigasi dan penanganan untuk bencana-bencana di musim kemarau ini, baik antisipasi kebakaran hutan dan lahan maupun kekeringan. Mohon semuanya saling mawas diri dan meningkatkaan kewaspadaan. (*)