Global-News.co.id
Indeks Metro Raya Utama

Kunjungi ITS, Dubes Jerman Diskusi tentang Energi Terbarukan

GN
Michael Freiherr von Ungern-Sternberg, Duta Besar (Dubes) Luar Biasa dan Berkuasa Penuh dari Republik Federal Jerman untuk Republik Indonesia berfoto bersama dengan Rektor IT Prof Dr Joni Hermanadi gedung Rektorat ITS, Jumat (9/6/2017).

SURABAYA (global-news.co.id) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya mendapat kunjungan tamu istimewa dari Kedutaan Besar Jerman di Indonesia, Jumat (9/6/2017). Adalah Michael Freiherr von Ungern-Sternberg, Duta Besar (Dubes) Luar Biasa dan Berkuasa Penuh dari Republik Federal Jerman untuk Republik Indonesia yang baru bertugas menggantikan pejabat sebelumnya pada Oktober 2016 lalu.

Dalam lawatan perkenalannya ini, Michael juga melakukan diskusi dengan beberapa pimpinan dan peneliti di lingkungan ITS. Salah satunya mengenai energi terbarukan yang selalu hangat untuk diperbincangkan, akhir-akhir ini. Kebetulan, ITS juga telah lama menjalin sejumlah proyek kerjasama penelitian dengan beberapa universitas di Jerman, salah satunya dengan Wismar University yang turut mendampingi kunjungan.

Bertempat di Rektorat ITS, Michael menyinggung tentang nuklir sebagai energi terbarukan baik di Indonesia maupun Jerman. “Jerman memang sempat mempertimbangkan penggunaan nuklir sebagai energi terbarukan,” ujar Michael mengawali diskusinya.

Namun, lanjutnya, melihat peristiwa Fukushima yang memiliki dampak sangat besar akibat adanya kegagalan dari energi nuklir, Jerman menjadi khawatir. Sehingga dibuat keputusan politik untuk memberhentikan penggunaan nuklir sebagai energi terbarukan.

“Orang-orang seringkali berkata terlalu banyak dampak yang akan ditimbulkan, dan sangat butuh banyak waktu untuk memperbaiki suatu negara akibat kegagalan nuklir,” tutur mantan Dubes Jerman untuk Iran ini. Menurutnya, hal tersebut bisa mengubah banyak sekali aspek. Ditambah lagi adanya risiko medis dan kecelakaan.

Michael menuturkan bahwa banyak sekali jalan yang bisa dilakukan untuk membuat energi terbarukan selain dari energi nuklir. Semuanya tergantung dari wilayahnya. “Seperti Indonesia yang mengandalkan energi panas bumi, jika diteliti dan dimanfaatkan bisa membawa pengaruh besar selama kurun waktu yang lama,” ungkapnya.

Seperti diketahui, bahwa Indonesia sendiri memiliki 40 persen potensi sumber panas bumi dunia dan merupakan produsen listrik panas bumi terbesar ketiga di dunia setelah Amerika Serikat dan Filipina. Ini merupakan potensi besar yang bisa dikembangkan lebih lanjut sebagai sumber energi terbarukan.

Sementara itu, Dr Ing Wolfgang Busse, selaku perwakilan Wismar University di Surabaya,mengungkapkan bahwa saat ini pihaknya telah melakukan kerjasama penelitian dengan ITS untuk pemberdayaan potensi pulau-pulau terpencil di Indonesia dalam proyek yang bernama Sustainable Island Development Initiatives (SIDI). “Saat ini yang sudah kami tuju untuk proyek penelitian adalah Pulau Poteran di Madura dan Pulau Maratua, Kalimantan Timur,” paparnya.

Pulau Poteran dikembangkan untuk memberdayakan sumber daya alam berupa daun kelor yang bisa diekstrak sebagai obat atau pun kebutuhan lainnya, dan Pulau Maratua akan dikembangkan potensinya sebagai tujuan wisata bahari baik untuk wisatawan domestik maupun wisatawan asing.

Ke depannya, penelitian untuk pengembangan potensi energi terbarukan akan ditujukan ke Pulau Natuna, Kepulauan Riau. “Untuk pengembangan energi terbarukan di Pulau Natuna ini masih akan kami diskusikan lebih lanjut dengan pihak Kementerian Luar Negeri,” jelas Prof Dr Ketut Buda Artana ST MSc, Wakil Rektor ITS Bidang Penelitian, Inovasi dan Kerja Sama.

Ketut berharap dari hasil kerjasama yang dikembangkan ITS dengan Wismar University maupun pemerintah Jerman ke depannya bisa memberikan banyak manfaat untuk masyarakat dan bangsa Indonesia. (faz)

baca juga :

GLOBAL NEWS EDISI 226 (2-8 Januari 2020)

Redaksi Global News

Akui Kalah dari Bajul Ijo, Persija Fokus ke Laga Berikutnya

Redaksi Global News

Bupati Lumajang Audiensi dengan KONI Jatim