SURABAYA (global-news.co.id) – Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) bersama berbagai pihak melakukan pendampingan dan berhasil menaikkan berat badan 650 balita dari 724 balita pra stunting atau kerdil di Kota Surabaya, Jawa Timur.
Ketua TP PKK Kota Surabaya Rini Indriyani dalam keterangannya, Selasa (31/10/2023), mengatakan, selama dua bulan lamanya, pihaknya bersama dengan IDAI (Ikatan Dokter Anak), HIMPSI (Himpunan Psikologi Indonesia), FKM (Fakultas Kesehatan Masyarakat) Unair, Kesling (Kesehatan Lingkungan), dan Poltekes Lingkungan melakukan pendampingan. Yakni, mengenai pola asuh sehari-hari.
“Hasilnya 650 dari dari 724 balita pra-stunting atau kerdil mengalami kenaikan berat badan dan tinggi badan,” katanya.
Menurutnya, setelah pendampingan ini, PKK Surabaya bersama IDAI, HIMPSI, FKM Unair, Kesling, dan lainnya akan berkoordinasi dengan Walikota Surabaya Eri Cahyadi mengenai kendala selama di lapangan.
“Agar masukan mereka bisa kami terapkan dalam upaya penyelesaian pra stunting,” ujarnya.
Ia menjelaskan, inovasi selama dilakukan pendampingan kepada balita pra stunting sangat luar biasa. Bahkan, ada kader PKK yang telah mengabdi selama 30 tahun untuk terus mendampingi Pemkot Surabaya.
Melalui perjuangan tersebut, lanjut dia, Pemkot Surabaya dan PKK Surabaya memberikan penghargaan atas dedikasi mereka dalam upaya pengentasan stunting dan penguatan keluarga sejahtera.
“Kalau dari awal sudah menuntaskan pra stunting maka tidak akan ada balita stunting. Selamat dan terima kasih kepada seluruh kader PKK yang ikut membantu menuntaskan persoalan stunting,” ucapnya.
Walikota Surabaya Eri Cahyadi mengatakan, pihaknya berterima kasih kepada seluruh jajaran PKK yang tidak pernah lelah mendampingi Pemkot Surabaya sehingga stunting dan kemiskinan bisa menurun.
Walikota Eri mengaku bangga dan bersyukur lantaran terdapat kader PKK yang telah berusia 70 hingga 80 tahun, namun tetap mendampingi Pemkot Surabaya dalam menuntaskan persoalan stunting.
“Terima kasih karena terus mendampingi kami hingga saat ini. Lalu, ada beberapa kelurahan yang tidak terdapat balita stunting, namun yang paling hebat adalah ketika di titik itu tidak ada stunting, PKK tetap membantu di tempat yang lainnya,” ucapnya.
Walikota Eri menyebut pada 2021 prevalensi stunting di Kota Surabaya mencapai 28,9 persen (6.722 kasus), kemudian menurun signifikan pada 2022 menjadi 4,8 persen (923 kasus).
Jajaran Pemkot Surabaya bersama forkopimda, perguruan tinggi, dan pemangku kepentingan lainnya terus bekerja keras mengentaskan stunting sehingga pada akhir September 2023 turun menjadi 529 kasus. (pur)