Global-News.co.id
Kesehatan Utama

Dukung ‘Nawa Bhakti Satya Jatim Sehat’ Dinkes Jatim Jalin Kerjasama dengan Unair dan Unusa

Kadinkes Jatim, dr Erwin Astha Triyono SpPD (kiri) dan Dekan FKM Unusa, Prof S.P. Edijanto SpPK (K), menandatangani naskah kerjasama untuk mendukung Program Nawa Bhakti Satya Jatim Sehat, Jumat (11/8/2023).

SURABAYA (global-news.co.id) – Dinas Kesehatan Provinsi Jatim menjalin kerjasama dengan Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) dan Universitas Airlangga dalam upaya untuk memberikan edukasi yang benar dan komprehensif terkait kesehatan kepada masyarakat. Penandatanganan kerjasama itu dilakukan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, Dr dr Erwin Astha Triyono SpPD, KPTI, dengan Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Unusa, Prof dr S.P. Edijanto SpPK (K) dan dr Hanifa Erlin Dharmayanti MM, SpOG, staf khusus denanat Fakultas Kedokteran Unair, Jumat (11/8/2023).

“Kerjasama ini kami lakukan untuk mendukung Program Nawa Bhakti Satya Jatim Sehat, khususnya dalam hal pengembangan pesantren sehat serta edukasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat kepada masyarakat Jawa Timur,” kata Kadinkes Erwin.

Lebih lanjut dijelaskan, melalui kerjasama ini pihaknya ingin memberikan pemahaman tentang masalah kesehatan yang utuh kepada masyarakat tanpa diganggu bias atau hoax. Dia mencontohkan kasus TBC, di mana isu di tingkat nasional adalah upaya penemuan kasus.

“Kalau tidak dibangun isu yang utuh, maka nanti akan dipotong-potong. Seakan-akan Indonesia ranking 2 dunia setelah India itu bahaya. Bahwa Jawa Timur ranking 2 se-Indonesia setelah Jawa Barat itu bahaya. Padahal itulah start awal untuk menyelesaikan kasus TBC di Indonesia. Kalau tidak ketemu malah lebih susah lagi, karena fenomena gunung es ini, bagi yang belum ketemu tetap akan menularkan terus. Bagi kami strateginya harus ditata ulang, sehingga ketemu itu menjadi bagian penting untuk sebelum memberikan obat dan mengintervensi perilaku supaya dia tidak menularkan ke orang lain. Itu terkait penyakit2 yang terstigma, TBC, HIV, termasuk lepra dan kusta,” ujarnya.

Begitu pun penyakit yang tidak ada stigma, tetap harus dibetulkan pemahamannya. Mereka yang ditemukan punya diabetes mellitus atau hipertensi hendaknya mendekat ke layanan kesehatan untuk mendapatkan informasi yang benar. Erwin menyayangkan informasi itu sering disalah-artikan oleh pasien. “Begitu kita bilang, ‘Ayo ke pola makan yang sehat’, bayangan mereka nanti ditarak, tidak boleh makan ini, tidak boleh makan itu. Itu yang harus kita betulkan. Bukannya tidak boleh, tapi cenderung membantu memilihkan mana yang sehat. Makanya isu tentang mana yang mau dipilih, makanan yang sehat atau yang enak, rata-rata memilih yang enak, meskipun yang betul ya makanan yang sehat dan enak,” ujarnya.

Menurut Kadinkes, ke depan pihaknya bukan hanya fokus pada isu JKN, tapi lebih cenderung bagaimana mengubah mindset anak muda supaya isu sehat itu sudah jadi cara berpikir yang mereka adopsi sejak usia dini. Sehingga makan sayur dan buah itu menjadi tren, gaya hidup yang positif.
PHBS

Erwin menjelaskan, kerjasama yang dilaksanakan antara Dinkes Jatim dan Unusa Surabaya itu terkait peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat pada pondok pesantren binaan Unusa. Sedangkan kerjasama dengan Unair melalui platform Dokter TV Unair terkait penyebarluasan informasi kesehatan kepada masyarakat.

Untuk diketahui, percepatan pembangunan kesehatan di Provinsi Jatim dilaksanakan melalui program prioritas bidang kesehatan. Dalam mewujudkan hal tersebut, Dinkes Jatim terus berusaha meningkatkan kesehatan ibu dan anak melalui upaya penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), Stunting, pencegahan penyakit TBC, dan penyakit katastropik.

Oleh karena itu, Erwin berharap agar mitra potensial memiliki komitmen untuk turut serta menyukseskan dan mendukung program kesehatan terutama melalui program pemberdayaan masyarakat dalam rangka penurunan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi, Pencegahan Stunting, TBC dan penyakit Katastropik di Jawa Timur.

“Berdasarkan data laporan rutin LKI Kab/Kota, jumlah kematian Ibu di Jatim pada tahun 2022 adalah 499 dan jumlah kematian bayi sebesar 3.086,” ungkapnya.

Sementara berdasarkan SSGI tahun 2022, prevalensi stunting di Jatim tahun 2022 sebesar 19,2%. Angka stunting ini mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu 23,5%, namun belum mencapai target tahun 2022 sebesar 18,4%. Butuh percepatan untuk mencapai target 14% tahun 2024.

“Dengan demikian, dalam rangka mempercepat dan mensinergikan tindakan dari upaya promotif dan preventif guna menurunkan AKI, AKB, stunting, TBC dan masalah kesehatan prioritas lainnya, salah satu bentuk intervensi yang dapat dilakukan adalah melakukan upaya pemberdayaan masyarakat melalui kemitraan dengan mitra potensial yaitu organisasi masyarakat, media massa, dunia usaha, perguruan tinggi, dan mitra lannya,” urai Erwin.

Berdasarkan hal tersebut, lanjutnya, perlu dilakukan penggalangan dukungan mitra potensial terkait upaya penggerakan masyarakat untuk menurunkan AKI, AKB, pencegahan stunting, dan atau Program Prioritas Kesehatan lainnya di Provinsi Jawa Timur. (ret)

baca juga :

Alergi Politik

Jelang PSBB Malang Raya, Sekdaprov Minta Draft Perwali/Perbup Lebih Detil

Redaksi Global News

Tahun 2023 TPP Pejabat dan ASN Pamekasan Naik 10 Persen

gas