DI TENGAH pandangan miring segelintir orang tentang program JKN (Jaminan Kesehatan Nasional), muncul kisah mereka yang merasakan manfaat program jaminan kesehatan yang diberikan oleh BPJS Kesehatan. Salah satunya pemilik toko jilbab di Surabaya. Cara pandang pasangan muda ini berubah setelah dalam kondisi terdesak, berjuang menyelamatkan sang buah hati.
Sore itu di Gubug Makan Mang Eking di kawasan Juanda Sidoarjo digelar perayaan ulang tahun Yusuf yang ke-2 tahun. Bocah ganteng berkulit putih bersih blasteran dari ibu WNI dan ayah WNA itu tampak ceria bermain dengan teman dan kerabatnya.
Yusuf makin gembira manakala orang-orang yang dicintai membawa kado untuknya. Mata bocah berhidung mancung ini berbinar-binar saat mendapat hadiah kesukaannya, mobil-mobilan beremote.
Di tengah kebahagiaan merayakan ultah putera sulungnya, ibunda Yusuf, Putri, merasakan kepedihan mendalam. Dia teringat Sena yang meninggal dalam usia 6 bulan atau sekitar 40 hari sebelum ulang tahun Yusuf. “Kalau ingat Sena, hati saya bagai teriris. Untuk pertama kalinya bisa memeluk anak yang saya lahirkan, justru pada saat dia sudah meninggal,” kata Putri, Selasa (29/8/2023).
Mencoba tegar, Putri menceritakan momen kehilangan Sena. Suatu sore saat beres-beres untuk pindah rumah, Putri merasa mulas. Khawatir terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, dia bersama suaminya, Ozcan, mendatangi RSIA di kawasan Kendangsari Surabaya, RS swasta tempat biasa dia kontrol kehamilan.
Betapa kagetnya Putri saat diberitahu dokter, kondisinya sudah pembukaan tiga. Keputusan untuk melahirkan saat itu juga diambil. Dokter sempat melakukan tes Covid-19 ke Putri. Hasilnya dia dinyatakan positif Covid-19. Putri akhirnya bisa melahirkan normal sekitar pukul 19.00 WIB. Karena positif Covid-19, dia harus dipisahkan dengan bayi yang baru dilahirkannya. “Setelah istirahat beberapa jam, tengah malam saya balik ke rumah. Sementara Sena masih di rumah sakit. Saat pulang, saya meninggalkan deposit Rp 4 jutaan,” katanya.
Karena lahir prematur, Sena ditempatkan di ruang NICU (Neonatal Intensive Care Unit) adalah ruang perawatan intensif yang disediakan khusus untuk bayi baru lahir yang mengalami gangguan kesehatan. “Saya hanya bisa pompa ASI dan perawat yang memberikan ke Sena. Saya hanya bisa melihat wajah bayi saya dari video dan foto-foto yang dibuat suami saya,” katanya.
Keesokan paginya dia mendapat informasi biaya melahirkan mencapai Rp 11.850.000. Menurutnya biaya yang cukup besar, apalagi dia melahirkan secara normal dan tidak rawat inap. RSIA juga mengabarkan jika respirator terbatas, kurang mendukung untuk perawatan bayi prematur. Dokter menyarankan untuk perawatan di rumah sakit pemerintah yang memiliki respirator lengkap dan memanfaatkan fasilitas JKN-KIS yang dimiliki Putri. Karena RSIA tidak bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, Putri dan keluarga diminta mengurus segalanya sendiri.
Putri kebingungan, selama ini tak pernah bersentuhan dengan JKN – KIS meski jadi peserta. Setelah mencari informasi kesana kemari, dia dapat kabar jika ruang NICU RSUD dr Moh Soewandhie milik Pemkot Surabaya masih ada kamar tersisa. Transfer pasien mulai dipersiapkan.
Perasaan jadi ngilu saat mendapat tagihan dari RSIA Rp 12.500.000 untuk perawatan dua hari Sena. Plus biaya melahirkan, total dia harus mengeluarkan biaya hampir Rp 25 juta selama dua hari. Jumlah yang cukup besar untuk keadaan darurat. Apa boleh buat, dia mengikhlaskan sebagian modal usaha untuk pengembangan toko jilbab di salah satu mal di Surabaya demi keselamatan sang buah hati.
Putri mengakui sebelumnya menganggap sebelah mata program JKN. Meski dia menjadi peserta JKN-KIS , tapi tak pernah memanfaatkannya. “Saya baru tahu kalau RSIA di kawasan Kendangsari itu tak bekerjasama dengan BPJS Kesehatan. Namun setelah terdesak keadaan, babak belur habis biaya banyak untuk melahirkan dan perawatan Sena, saya mulai tertarik menggunakan JKN-KIS dan mengurus kepesertaan Sena agar bisa ditangani di RS milik Pemkot Surabaya,” katanya.
Urus JKN via WhatsApp
Demi kelancaran pindah perawatan ke RSUD Soewandhie, Putri mengurus kepesertaan JKN-KIS untuk Sena. Dia melengkapi semua persyaratan hanya via WhatsApp karena masih dalam pemulihan pasca melahirkan dan menjalani isolasi mandiri. Dalam hitungan jam, kepesertaan JKN-KIS Sena jadi dan bisa langsung dipakai sehingga bisa dirawat di RSUD Soewandie.
Setelah menyelesaikan administrasi di RSIA , Sena dipindah ke ruangan NICU RSUD Soewandhie. Empat hari dirawat, suaminya dipanggil dokter. Dalam bahasa Inggris, dokter di RSUD Soewandhie menegaskan akan berbuat maksimal untuk keselamatan Sena. Namun rekam medis menunjukkan organ-organ vital Sena tak bisa berjalan optimal karena memang lahir prematur.
Persis hari ketujuh Sena dirawat, sekitar pukul 02.00 dini hari Putri diminta datang ke rumah sakit karena Sena dalam kondisi kritis. Putri yang sudah sembuh dari Covid-19 dan suami langsung ke RSUD Soewandhie. Sayangnya, tak beberapa lama dia sampai, Sena dinyatakan meninggal.
Paginya, keluarga akan memakamkan jenazah Sena. Bayangan akan mahalnya biaya perawatan di RSIA sempat menghantuinya saat mengurus administrasi. Ternyata Putri hanya mengeluarkan uang Rp 250 ribu, itu untuk biaya kamar jenazah dan jasa mensucikan jenazah. “Seluruh biaya perawatan Sena selama tujuh hari di RSUD Soewandhi semua ditanggung BPJS Kesehatan,” katanya.
Sejak meninggalnya buah hati, cara pandang Putri akan JKN-KIS berubah. Dulu dia tak menganggap JKN-KIS, kini dia menyadari manfaat luar biasa jadi peserta. “Ternyata pelayanan di RS yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan di Surabaya tak kalah dengan RS swasta, pelayanan cepat dan mudah, fasilitas rumah sakit lengkap, ditangani dokter dan perawat yang kapabel di bidangnya, mereka juga ramah ke semua pasien. Digitalisasi yang diterapkan di BPJS Kesehatan juga sangat membantu,” katanya.
Buktinya hanya dengan mengirimkan NIK melalui WA, tanpa perlu hadir di kantor BPJS Kesehatan Cabang Surabaya, Putri bisa mendapatkan kartu peserta JKN-KIS untuk bayi yang baru dilahirkannya. Kini Putri sudah memiliki buah hati lagi, pengganti Sena. “Saya gunakan JKN-KIS untuk kelahiran adiknya Sena. Saya daftarkan jadi peserta sejak usia kandungan 7 bulan,” katanya.
Cukup Gunakan KTP
Kepala BPJS Kesehatan Cabang Surabaya Hernina Agustin Arifin mengatakan bayi baru lahir dari ibu peserta aktif JKN bisa didaftarkan dan langsung aktif mengikuti kepesertaan ibunya. “Pembayaran iurannya sesuai ketentuan yang berlaku,” katanya.
Dijelaskan Hernina, hingga kini tercatat 6.316 bayi baru lahir yang didaftarkan untuk mengikuti program JKN. Di Surabaya ada 44 RS yang sudah bekerjasama dengan BPJS Kesehatan Cabang Surabaya.
Hernina menjelaskan status Universal Health Coverage (UHC) sudah disandang Kota Surabaya. Sebagai penyandang UHC, seluruh warga Surabaya bisa mendapat akses jaminan kesehatan secara gratis dengan pelayanan standar kelas III.
Walikota Surabaya Eri Cahyadi menyebutkan Pemkot Surabaya telah menjalin kerjasama dengan BPJS Kesehatan Cabang Surabaya. Bentuk kerjasamanya berupa layanan kesehatan di semua rumah sakit dan puskesmas yang dikelola Pemkot Surabaya kepada semua warga melalui keanggotaan BPJS Kesehatan sejak awal April 2021. “Warga Surabaya kalau sakit cukup tunjukkan KTP, langsung dilayani. Saat ini hampir seluruh warga Surabaya telah memiliki payung perlindungan untuk mengakses layanan di fasilitas kesehatan,” katanya.
Guna mewujudkan UHC, sekaligus memberikan jaminan layanan kesehatan bagi warganya, Pemkot Surabaya telah menyiapkan anggaran Rp 480 miliar per tahun.
Pemkot Surabaya juga melakukan sosialisasi Sistem Informasi Kesehatan (Sis-Infokes). Sis-Infokes yang mulai dijalankan per 1 April 2023 ini merupakan terobosan baru yang digagas oleh Pemkot Surabaya untuk memudahkan pendataan. Dengan Sis-Infokes itu semua data pelayanan di faskes bisa terkoneksi ke data Pemkot Surabaya. (Titis Tri Wahyanti)