Global-News.co.id
Madura Utama

Menunggu Terobosan Pamekasan Pasca Beasiswa Kedokteran

Oleh Faizuddin Yusuf Yudha*

SETIAP daerah mempunyai kebijakan dalam menangani masalah kesehatan, termasuk di Kabupaten Pamekasan. Diantara masalah yang dihadapi Pamekasan saat ini adalah soal kekurangan hingga ketimpangan pendistribusian dokter. Di Pamekasan ada program bagus yang dilakukan oleh Bupati Pamekasan Baddrut Tamam, yakni beasiswa kedokeran yang bekerjasama dengan fakultas kedokteran Universitas Airlangga (Unair) Surabaya.

Program ini berupa pemberian beasiswa bagi lulusan SLTA dari Pamekasan yang diterima di Fakultas Kedokteran Unair. Mereka dibiayai Pemkab Pamekasan hingga lulus. Dan setelah lulus mereka mendapat kewajiban untuk mengabdi di Pamekasan. Hingga kini telah terdapat 10 orang mahasiswa asal Pamekasan di Fakultas Kedokteran Unair hasil program beasiswa Pemkab Pamekasan ini. Mereka rata-rata adalah mahasiswa cerdas dan potensial.

Apa yang dilakukan Pemkab Pamekasan soal kemitraan dengan Fakultas Kedokteran Unair ini sangat bagus dan bisa dicontoh oleh daerah lain untuk secepatnya menangani kekurangan tenaga dokter di daerah, ke depan. Pemkab Pamekasan tiap tahun menyediakan dana dari APBD untuk membiayai program kemitraan ini. Hingga tahun 2022 kemarin telah berjalan dua tahun.

Program ini sangat bagus sekali dan menjadi solusi untuk mengatasi kekurangan tenaga dokter di Pamekasan. Hingga tahun 2022 lalu telah 10 orang mahasiswa kedokteran di Unair yang dibiayai dengan program kemitraan ini. Di Pamekasan utamanya di wilayah kecamatan masih banyak kekurangan tenaga dokter khususnya dokter spesialis. Idealnya sangat penting peserta program kemitraan ini ditambah dengan kemitraan untuk dokter spesialis. Sekarang masih baru program dokter umum.

Selain program kemitraan beasiswa kedokteran, yang perlu diperhatikan juga oleh Pemkab Pamekasan adalah perlunya memperhatikan salery bagi para dokter spesialis yang ditempatkan di pelosok pedalaman. Kini banyak dokter spesialis yang tidak mau bertugas di pedesaan karena masalah salery ini.

Di Pamekasan kasus salery ini terjadi di RSUD Waru dan Puskesmas Batumarmar. Terdapat kendala masalah salery bagi dokter spesialis. Hal ini terjadi karena masalah keuangan. Sehingga membutuhkan terobosan baru untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Bagaimana caranya?

Pemkab perlu mengalokasikan dana dari APBD, misalnya, menyediakan 10 persen dari APBD untuk masalah ini. Dengan disediakan dana dari APBD, selain untuk program beasiswa kedokteran juga bisa dimanfaatkan untuk pengadaan alat alat kesehatan hingga untuk kepentingan mengatasi kekurangan salery bagi para dokter spesialis yang akan ditugaskan di desa atau pedalaman.

Hingga kini banyak masyarakat yang takut untuk memasukkan anaknya di Fakultas Kedokteran. Karena biayanya mahal dan membutuhkan waktu lama. Hal itu itu harus dicarikan jalan keluar. Dengan program beasiswa bisa membantu, dengan beasiswa itu ada ikatan kontrak, bahwa setelah lulus dia harus mengabdi di daerah bahkan harus jadi PNS di daerah itu.

Soal kekurangan salery bagi dokter spesialis, ini harus menjadi perhatian utama di Pamekasan. Selama ini di RSUD Waru Pamekasan sudah 10 tahun selalu kekurangan dokter. Karena setiap dokter umum dan spesialis, gak lama bertahan, cuma dua hingga tiga bulan, lalu lari ke kota. Hampir semuanya, karena salery, ada dokter jantung, penyakit dalam, dokter anak. Mereka lari semua, karena salery tidak pantas. Ini terjadi karena anggaran di RSUD itu tidak mencukupi. Karena itulah maka perlu kebijakan dari Pemkab.

Masalah lain yang perlu perhatian adalah perlunya memberikan kemudahan bagi para siswa yang ingin memasuki fakultas kedokteran. Selain dengan cara memberikan beasiswa juga harus mempermudah bagi anak yang ingin masuk kedokteran. Persyaratan jangan terlalu ketat. Kalau diluar negeri orang kuliah dipermudah, namun yang diperketat saat mau keluar atau lulusan.

Di Pamekasan dokter spesialis masih kurang utamanya di pedesaan terutama dipantura. Selama ini dokter spesialis banyak yang milih tugas di kota. Di Pamekasan jumlah rasio juga kurang. Jumlah penduduk 900 ribu, jika per 1000 orang harus ada 1 dokter, paling tidak harus ada 900 dokter. Di Pamekasan baru ada sekitar 150 dokter.

Terkait masalah stunting di Pamekasan saat ini masih kurang dokter spesialis anak dan ahli gizi. Kini angka kematian ibu cukup tinggi, kurangnya dokter spesialis kandungan yang tersebar dipelosok. Seharusnya tiap Puskesmas ada spesialisnya terutama spesialis anak, kandungan, bedah dan penyakit dalam. (*)

 

*Penulis adalah Mahasiswa Fakultas Kedokteran Uniar Surabaya.

baca juga :

PLN Dukung Program Container Farming Pertama di Ibu Kota, Percepat Masa Tanam Hidroponik

gas

Gubernur Jatim Apresiasi Percepatan Pembangunan Huntara di Lahan Relokasi Sumbermujur

Redaksi Global News

Presiden Jokowi Hadiri Upacara Pembukaan PON XX Papua

Redaksi Global News