MADIUN (global-news.co.id) – Pedagang di Kabupaten Madiun mengeluh kesulitan belanja beras karena di distributor dan pedagang besar tidak ada barang. Selain itu, harga juga mengalami kenaikan.
Hal tersebut dialami oleh Gunawan (62) seorang pedagang beras eceran di pasar Barak Dempelan, Dia mengungkapkan beberapa minggu terakhir ini kesulitan mencari beras. Bahkan di Wonogiri pun juga sulit. Selain itu harga terus merangkak naik hingga Rp 400 per kilogram. Biasanya dia menjual untuk beras biasa dengan harga Rp 8.800 per kilogram. Dengan sulitnya beras dan kenaikan harga, dia menaikkan harga menjadi Rp 9.200 per kilogram. Sedangkan untuk beras wangi dijual dengan harga Rp 12.000 per kilogram.
“ Beberapa minggu mencari beras sulit bahkan di Wonogiri pun juga sulit. Sudah begitu harganya naik lagi,” ungkap Gunawan saat di temui di kiosnya
Menurutnya, sulitnya mencari beras akan berpengaruh terhadap kenaikan harga. Hal ini akan berpengaruh terhadap daya beli masyarakat. Untuk itu dia berharap stok beras dapat tersedia dan tercukupi serta harga kembali stabil.
“ Kalau harga naik terus kasihan masyarakat, daya belinya jadi lemah. Saya berharap barang ada dan harga stabil. Bahkan saya mendengar harga beras akan terus naik hingga Januari 2023.” ujarnya berharap.
.
Kepala Disperindagkop dan UM Kab. Madiun melalui Kabid. Perdagangan, Toni Eko Prasetyo yang menyatakan bahwa stok pangan khususnya beras di Kabupaten Madiun aman dalam 3 bulan kedepan. Karena lumbung pangan Kabupaten Madiun terbaik ke 7 se Jawa Timur. Selain itu, Madiun juga memproduksi beras sendiri.
” Stok beras di Kabupaten Madiun masih aman dalam 3 bulan kedepan,” jelas Toni.
Hal senada disampaikan Plt. Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Kab. Madiun, Sumanto bahwa cadangan pangan milik Pemkab Madiun yang dikelola DKPP masih ada 43 ton. Cadangan tersebut akan digunakan apabila terjadi kedaruratan pangan, seperti bencana dan kejadian serius lainnya.
” Kalau tidak ada bencana dan tidak ada yang serius, stok beras kita aman,” ujar Sumanto.
Sesuai data di Kabupaten Madiun, lanjut Sumanto, produksi padi selama ini mengalami surplus, Sehingga cadangan beras tidak ada masalah. Selain itu, kebiasaan petani di Kabupaten Madiun setelah panen, menyimpan padi hingga panen berikutnya.
” Kabupaten Madiun produksi padi masih surplus, petani juga selalu menyimpan padi hingga panen berikutnya,” lanjutnya.
Terkait kenaikan harga beras, Sumanto menambahkan, selagi masih dalam batas wajar tidak masalah. Dalam hal ini Pemda terus melakukan pemantauan di lapangan.
” Kalau kenaikan dalam batas wajar, tidak masalah.” imbuhnya.
Isu stok beras menurun, Plt. Sekretaris Dinas Pertanian dan Perikanan Kab. Madiun menganalisa hal tersebut disebabkan musim panen di musim kemarau (MK) 2 tahun 2022 tidak serempak. Biasanya bulan Oktober panen raya. Selain itu organisme pengganggu tanaman (OPT) yang disinyalir meledak, seperti serangan WBC. Sehingga menyebabkan stok beras berkurang.
“ Tapi menurut laporan, produksi kita tetap terjaga aman. Prediksi kita masih ada surplus (padi) sekitar 300 ribu ton. Karena kegagalan panen akibat serangan WBC kurang lebih 0,5 persen.” pungkasnya. (her)