Global-News.co.id
Madura Utama

Budidaya Ikan Kerapu, Solusi Masalah  Garam Hingga Kawasan Ekonomi Terpadu

Wabup Fattah Jasin panen ikan kerapu pada Mei lalu.
Dalam upaya mencarikan solusi mengatasi masalah anjloknya harga garam yang belum menemukan ujung penyelesaian, Pemkab Pamekasan kini menemukan terobosan baru pengembangan budi daya ikan kerapu di air payau. Apa dan bagaimana pengembangan ikan kerapu ini, berikut cacatan berdasarkan penuturan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Pamekasan Ir Bambang Prayogi MSi.
Masdawi Dahlan, Pamekasan 
BERKAITAN dengan upaya bagaimana mengatasi masalah garam, dicari peluang diversifikasi usaha salah satunya yaitu mengoptimalkan bagaimana lahan tambak yang biasanya dipakai untuk usaha garam, tidak melulu di garam. Karena itu pada saat mereka tidak produksi garam, dicarikan usaha alternatif, salah satunya yaitu dengan pengembangan ikan kerapu di air payau.
Berkaitan dengan itu, salah satu kawasan coba dikembangkan adalah di wilayah Desa Lembung, dengan luas tambak garam kurang lebih ada sekitar 50 hektare lebih. Untuk pengembangan ikan kerapu itu yang dipakai hanya 1.000 meter persegi. Lahan itu milik kelompok tani, jadi anggotanya adalah kelompok. Selain itu juga dikembangkan di beberapa titik lokasi lainnya.
Dalam perkembangannya, Dinas Perikanan dan Kalautan Pamekasan mencoba komunikasi dengan UPT pusat Kementerian Kelautan Perikanan yang ada di wilayah Situbondo, karena Madura ini juga menjadi wilayahnya mereka, yaitu BPBAP Situbondo. Akhirnya mendapat fasilitasi dalam bentuk benih kerapu yang ini diperkirakan menjadi satu satunya yang memulai di Madura.
Dari Kementerian DKP Pamekasan lalu mendapat bantuan kurang lebih 20 ribu ekor bibit ikan kerapu, yang kemudian disebar di beberapa titik, salah satunya di Desa Lembung itu. Di desa ini memang diberi  relatif banyak sekitar 8 ribu bibit yang dipelihara di situ. Diberi mulai November hingga Desember 2021.
Dalam perkembangannya, soal benih ini, warga di sana pernah ada bantuan tapi tidak intensif dalam pemeliharaan.
Karena itu DKP Pamekasan mencoba membantu mereka untuk optimal dalam pemeliharaan dan terus dipantau.
Dalam perkembangannya petugas dari UPT Pusat hanya membantu benih, termasuk juga membantu advice teknis dalam rangka pengembangan. Jadi yang lain lain menjadi tanggungan kelompok di lokasi.
Ternyata masyarakat sangat bertanggungjawab, buktinya setiap ada masalah dan perkembangan budidaya kerapunya, mereka selalu melaporkan dan akhirnya terus dipantau. Targetnya kedepan kalau pengemgbangan ini berhasil, maka wilayah Desa Lembung ini akan diusulkan untuk menjadi kawasan kampung kerapu satu satunya di wilayah Pamekasan.
Harapannya, paling tidak ada upaya dari masyarakat untuk mencari penghasilan di luar garam, diversifikasi garam, yang mana garam sangat tergantung kepada musim dan mekanisme pasar yang itu tidak jelas. Program ini tentu menjadi beban tersendiri bagi daerah.
Namun dalam perkembangannya sempat panen di bulan Mei. Panen pertama hasilnya sekitar 500 kg, panen kedua, sekitar 450 kg. Dijumlah dengan hasil panen di lokasi lainnya, total hasil panen ada sekitar 1,3 ton.
Ternyata yang menggembirakan langsung ada respon pembeli dari luar daerah yakni dari Situbondo yang langsung menuju ke lokasi, langsung membeli hasil panen itu dengan harga relatif bagus, yakni sektiar Rp 75 hingga Rp 80 ribu perkilonya, bahkan ada yang harganya mencapai Rp 120 perkilo. Perkilonya 3 ekor ikan.
Karena sudah relatif bagus, hasil panen bulan Mei lalu sudah terjual semua. Dengan sukses yang dicapai pada panen perdana dan kedua itu, kini kelompok masyarakat petani di sana,  sudah mandiri. Mereka langsung komunikasi, bukan lagi untuk minta bantuan sendiri, sudah mencoba mulai beli benih secara mandiri, sekalipun sebagian masih ada yang butuh bantuan.
Karena saking gembiranya, kemarin dipanen kedua, kelompok masyarakat mengundang Pak Bupati Baddrut Tamam dan Wakil Bupati RB Fattah Jasin untuk hadir dalam panen, sekalipun yang bisa hadir hanya Bapak Wakil Bupati.  Usaha ini tidak banyak penyakitnya sekalipun memang ada hal yang rawan di masalah kualitas air yang apabila hujan suhu dingin bisa mempengaruhi kualitas air.
Dengan sukses panen perdana dan kedua, usaha ini sangat prospek  dan baru pertama di  Madura. Sehingga kedepan semoga saja ini menjadi andalan dalam rangka mengatasi urusan lain yang berkaitan dengan seputar tata niaga garam, karena pangsa pasar ikan kerapu ini  relatif bagus.
Kayaknya peluang untuk  bisa dikembangkan lebih jauh potensinya masih besar. Soal anggaran jika dibebankan pada APBD memang masih berat, karena butuh anggaran relatif besar. Harga benih relatif mahal, perekor benih ikan kerapu harganya antara Rp 5 ribu hingga Rp 7 ribu. Hitungannya panjang ikan percentimeter Rp 1000, sedangkan benih yang layak  dipelihara ukuran antara 5 hingga 7 centimeter.
Kedepan harapannya bisa berkembang lebih jauh nanti, dan selanjutnya akan diupayakan bikin konsep pengembangan kampung kerapu yang akan dipadukan dengan usaha lain misalnya dengan wilayah wisata, misalnya, dekat dangan edu wisata mangrove, sehingga kalau itu bisa dikembangkan lebih jauh, bukan hanya kampung kerapu yang muncul tapi usaha wisatanya jadi hidup, olahannya juga hidup.
Beberapa waktu lalu pihak DKP Pamekasan bersama pimpinan OPD terkait di Pemkab Pamekasan, diantaranya Bappeda, dan Dinas PUPR telah membangun komunikasi untuk pengembangan kedepan. Harapannya usaha pengembangan ikan kerapu ini bisa berkembang lebih jauh untuk memenuhi obsesi Bupati Pamekasan Baddrut Tamam mempercepat tercapainya Pamekasan Hebat yang Rajjeh, Bejreh dan Parjugeh. (*)

baca juga :

Mas Tamam Keliling Desa Bagikan Sembako

gas

Dosen dan Guru Kini Punya Cuti Tahunan

Beri Edukasi Keuangan untuk Diaspora di Jepang, BNI Diapresiasi OJK dan Kedubes

Redaksi Global News