SURABAYA (global-news.co.id) – Tidak sedikit pelaku usaha mengalami problem dan kesulitan dalam menjalankan usahanya. Mulai dari pemasaran, manajemen pengelolaan keuangan (finansial) dan modal usaha, ketika menghadapi tantangan bermigrasi dari bisnis konvensional ke dunia digital.
Atas dasar permasalahan tersebut, BPSDMP (Balai Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Penelitian) Surabaya Kementerian Kominfo RI bekerjasama dengan Stikosa-AWS (Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi – Almamater Wartawan Surabaya), menggelar pelatihan _Digital Enterpreneur Academy_ (DEA), untuk para pelaku usaha dan bisnis di era digital, di kampus Stikosa – AWS.
Pelatihan bertajuk “Pengelolaan Keuangan Digital” merupakan salah satu program DEA BPSDMP Surabaya Kementerian Kominfo digelar selama 2 hari (9 – 10/3). Pelatihan tersebut menghadirkan para pemateri praktisi bisnis media digital dan akademisi dari Stikosa – AWS, di antaranya Dr Eko Pamuji, MKom, pimpinan perusahaan media Duta Masyarakat _online_, yang juga Sekretaris PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) Jawa Timur, Dr Meithiana Indrasari, ST, MM, Ketua Stikosa – AWS, Ir M. Adhi Prasnowo, ST, MT, IPM, ASEAN Eng, Praktisi media digital, dan Revita Aryati, AMd, Finance dan Direktorat Marketing and Public Relations Stikosa – AWS.
Ketua Stikosa – AWS, Dr Meithiana Indrasari, ST, MM, yang akrab dipanggil Mei, menjelaskan sasaran kerjasama Stikosa – AWS dengan BPSDMP Surabaya dari kegiatan pelatihan ini adalah untuk masyarakat Surabaya. Pihaknya mengembangkan _aware_ atas media digital juga kemanfaatannya, untuk mendorong semua masyarakat pelaku usaha dan bisnis yang ada di Surabaya, agar produktif usaha dan bisnis melalui media digital.
“Di pelatihan ini para peserta selain mempelajari dan memahami digital marketing, juga mempelajari digital keuangan. Jadi kalau kita bisa mudah kenapa kita masih harus susah-susah dengan pengelolaan keuangan yang konvensional? Dengan aplikasi – aplikasi keuangan digital bahkan untuk menghitung HPP (Harga Pokok Produksi-red) pun kita bisa menggunakan aplikasi. Ini semua yang diajarkan ke seluruh peserta DEA,” tandas Mei.
Bagus Winarko, SKom, MT, Sub Koord. Tata Usaha BPSDMP menjelaskan, melalui program DEA ini sangat diperlukan bagi para pelaku usaha dan bisnis, bagaimana cara mengelola keuangan secara digital dan bukan lagi secara manual atau konvensional.
“Pelatihan pengelolaan keuangan digital ini terutama untuk teman-teman UMKM, karena hasil survei kami rata-rata pengelolaannya masih manual. Karena mereka rata-rata belum tahu harus beralih ke digital. Dengan harapan hasil akhir setelah mengikuti pelatihan ini teman-teman sudah tidak lagi menggunakan pengelolaan keuangan secara manual. Selain itu para peserta juga diberikan pelatihan bagaimana melakukan pemasaran secara digital,” lanjut Bagus.
Panitia pelaksana pelatihan Maulina Jayantina, SKom, MP, yang juga Peneliti BPSDMP Surabaya, menjelaskan para peserta yang mendaftar pelatihan melalui online sebanyak 500 pelaku usaha. Yang lolos proses seleksi daftar ulang sebanyak 100 peserta pelaku usaha ditambah dengan 30% peserta cadangan. Dari para peserta yang menjalani tes antigen, ditemukan 1 orang peserta yang dinyatakan positif Covid-19 dan secara otomatis gugur untuk mengikuti pelatihan ini. Pelatihan terbagi dalam 4 kelas dan berlangsung secara _Luring_ atau interaktif tatap muka langsung.
Sebagian besar para peserta pelatihan datang dari pelaku usaha dan bisnis di Kota Surabaya dan sekitarnya, yang rata-rata sudah menjalani pemasaran usaha dan bisnis melalui media sosial namun mengaku belum memahami betapa pentingnya pengelolaan keuangan digital.
Seperti yang dialami salah satu peserta, Roy Krisno Atmojo, pelaku usaha asal Surabaya yang berprofesi sebagai operator alat berat di dunia usaha konstruksi dan bangunan.
“Selain saya sebagai operator alat berat, saya juga punya usaha _supplier_ bahan bangunan dan selama 5 tahun ini saya menggunakan medsos (media sosial) untuk pemasaran. Saya mengikuti pelatihan ini selain ingin mendalami pemasaran digital yang dipaparkan pemateri, juga membutuhkan bagaimana cara mengelola usaha. Kalau saya hanya mengejar pemasaran konvensional, ya penghasilan saya hanya segitu-gitu aja, tapi kalau saya memanfaatkan media digital tentu saya dapat mengoptimalkan hasil penjualan dan omzet,” kata Roy Krisno Atmojo yang akrab dipanggil Roy.
Hal yang serupa dialami oleh Andreas Eko Moeljanto asal Surabaya, yang akrab dipanggil Leo, berprofesi sebagai relawan kebencanaan, salah satu peserta lainnya.
“Memang sebagai relawan adalah jiwa kita, tapi urusan mencari penghidupan sehari – hari kita dituntut bekerja atau berwira usaha. Relawan saat kebencanaan saya katakan kita buka tabungan (amal), tapi di saat tidak ada bencana, ya kita nabung dari hasil pekerjaan atau usaha untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Hubungannya apa antara kebencanaan dengan pelatihan marketing dan keuangan digital ini, karena saya punya banyak kawan dan relasi yang dapat menunjang pemasaran bisnis saya,” ungkap Leo. (fan)