JAKARTA (global-news.co.id) – Bensin sawit alias bensa, varian baru bensin yang berbahan minyak sawit industri ini mulai diuji coba pada Selasa (25/1). Uji coba ini merupakan kerja sama Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bersama Institut Teknologi Bandung (ITB).
“Hari ini saya berkesempatan melihat langsung proses dari crude palm oil (CPO) ke bensin, ide ini sudah lama diinisiasi oleh Institut Teknologi Bandung, Profesor Subagjo dan teman-teman. Kemudian dua tahun yang lalu kita dorong supaya bisa di-scale up dari hasil skala laboratoriumnya. Dari skala pilot plant-nya yang ada sekarang ini 1000 liter umpan per hari, itu sudah bisa dihasilkan juga bahan bakar Bensa yang pada saat katalisnya masih segar bisa menghasilkan bahan bakar dengan Research Octane Number (RON) 115, bahan bakar yang berkualitas tinggi,” kata Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif, saat mengunjungi Lapangan Produksi Bensa Skala Pilot di Kudus, Jawa Tengah, Selasa (25/1).
Uji coba ini merupakan kelanjutan dari kisah sukses pencampuran dengan solar dan avtur. Bensa berkualitas tinggi ini akan menjadi parameter untuk penyusunan feasibility study (FS) dan detail engineering design (DED), untuk produksi Bensa yang direncanakan berkapasitas 238,5 kilo liter (kl) per hari, akan dibangun di Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan dan Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau.
“Bensa masih tahap pilot project. Masih butuh perjuangan panjang untuk menuju tahap komersial,” tutur Menteri ESDM Arifin Tasrif
Menurut Menteri Arifin, rencana uji coba bensa akan diarahkan bukan hanya untuk test belaka tetapi diproduksi secara massal.
Melalui pilot plant yang diselenggarakan ini, Arifin mengatakan sudah bisa mengambil parameter bensa yang menuju ke arah produksi komersial.
Pemerintah juga merencanakan target memproduksi bensa sebesar 238,5 kiloliter per hari. Produksi bensa akan dibangun di Kabupaten Musi Banyuasin, dan Kabupaten Pelalawan, Riau.
“Dari skala pilot plant yang ada sekarang ini 1.000 liter umpan per hari. Itu sudah bisa dihasilkan juga bahan bakar bensa yang pada saat katalisnya masih segar, bisa menghasilkan bahan bakar dengan research octane number (RON) 115, bahan bakar yang berkualitas tinggi,” tutur Arifin.
Bensa adalah salah satu jenis bahan bakar nabati yang perlu didorong pengembangannya. Hal ini penting dilakukan, jelas Arifin, untuk mencapai kemandirian energi dan mengurangi impor.
Terlebih pemerintah tengah mendorong masyarakat untuk menggunakan energi bersih dan terbarukan. “Untuk itu langkah sudah tepat, tinggal bagaimana kita melaksanakannya agar proyek ini memiliki nilai komersial yang kompetitif,” kata Arifin. (IP, ins, ntr)